Robert Kiyosaki Akui Telat Beli Bitcoin

Penulis buku keuangan ternama Rich Dad Poor Dad, Robert Kiyosaki, mengakui bahwa dirinya terlambat membeli Bitcoin.

Ia menyampaikan penyesalan tersebut dalam pernyataan terbarunya, seraya mengungkap bahwa dirinya kali pertama membeli Bitcoin saat harga berada di kisaran US$6.000 per koin. Meskipun saat itu ia merasa harga tersebut sudah mahal, kini ia mengaku berharap telah membeli lebih banyak.

“Saya terlambat masuk ke Bitcoin. Saya menunggu terlalu lama, yang mungkin merupakan hal yang baik. Saya menunggu karena saya tidak mengerti mata uang modern saat ini,” ujar Kiyosaki.

Kini, ketika harga BTC telah mencapai US$107.000, ia mengaku masih melakukan pembelian meskipun pikirannya kembali menyebut harga tersebut “mahal.” Menurutnya, jika suatu hari harga Bitcoin mencapai US$1 juta per koin, ia tak ingin kembali menyesal karena tak menambah kepemilikan di harga saat ini.

Berdasarkan data pasar pada Senin (30/6/2025), harga Bitcoin tercatat menguat sebesar 1,15 persen dalam 24 jam terakhir dan naik 7,24 persen dalam tujuh hari terakhir. BTC kini diperdagangkan di kisaran US$108.518,19.

BACA JUGA  Kapitalisasi Pasar BTC Bisa Kembali US$1 Triliun di 2023?

Kiyosaki bahkan menyarankan kepada publik untuk mulai membeli Bitcoin meski hanya mampu membeli satu Satoshi, unit terkecil dari Bitcoin. Ia meyakini bahwa dalam lima tahun ke depan, banyak orang akan berkata, “Saya menyesal tidak membeli lebih banyak.”

Kiyosaki Waspadai Gejolak Global, Tapi Tetap Yakin pada Bitcoin

Kendati optimis terhadap masa depan Bitcoin, Kiyosaki juga mengingatkan soal potensi ancaman yang bisa memicu gejolak pasar.

Dalam pernyataan pada 23 Juni 2025, ia menyoroti ketegangan geopolitik serta membengkaknya utang global yang dapat menyebabkan crash pada aset-aset seperti Bitcoin, emas dan perak.

Namun demikian, ia menegaskan bahwa dirinya tidak panik, dan justru melihat potensi penurunan harga sebagai peluang. Ia sedang menunggu kesempatan untuk buy the dips alias membeli di saat harga jatuh dan mencetak low baru.

Kiyosaki juga menilai perak sebagai salah satu aset yang paling menarik saat ini, terutama di tengah situasi global yang tidak menentu. Baginya, diversifikasi aset tetap menjadi strategi penting, walaupun keyakinan utamanya tetap tertuju pada Bitcoin sebagai alat lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian sistem keuangan.

BACA JUGA  AT&T Ajukan Paten Peta Media Sosial Berbasis Blockchain

Lebih lanjut, Kiyosaki menegaskan kembali posisi kritisnya terhadap produk investasi derivatif seperti Bitcoin ETF.

Dalam unggahan pada 19 Mei 2025, ia menyebut Bitcoin ETF sebagai “jebakan bankster” dan “semu seperti dolar AS dan obligasi.”

Ia berpesan agar investor hanya membeli Bitcoin secara langsung, bukan melalui produk keuangan yang dikendalikan oleh bank dan regulator.

“Kalau kamu tidak memegangnya secara fisik, maka kamu tidak benar-benar memilikinya,” tulisnya.

Sinyal Teknis Menuju Rekor Baru

Dari sisi teknikal, analis popular Master Ananda memberikan pandangan positif terhadap tren harga Bitcoin. Ia menyebut bahwa Bitcoin baru saja mencatatkan penutupan mingguan terbaik kedua sepanjang sejarah setelah mengalami empat pekan penurunan berturut-turut.

“Ini adalah penutupan candle hijau penuh yang sangat signifikan. Kita sedang menyaksikan kelanjutan dari tren bullish yang dimulai awal April,” ujarnya.

BACA JUGA  Bitcoin Semakin Dijamah Gegara Dolar Kian Melemah

Ia menambahkan bahwa penutupan mingguan di level US$108.356 merupakan konfirmasi bahwa pasar sedang bersiap menuju rekor harga tertinggi berikutnya.

Sebelumnya, pada Mei 2025, Kiyosaki juga sempat menyatakan bahwa dunia kini berada di masa paling mudah dalam sejarah untuk menjadi kaya, berkat kehadiran Bitcoin. Ia menyebut momen ini sebagai “waktu termudah dalam sejarah untuk menjadi kaya.”

Bahkan menurutnya, kepemilikan kecil seperti 0,01 BTC pun bisa menjadi aset yang sangat berharga dalam dua tahun ke depan.

Dengan pernyataan dan pandangan yang konsisten, Kiyosaki menegaskan bahwa meski volatilitas masih tinggi, ia memilih tetap percaya pada potensi jangka panjang Bitcoin.

“Jika suatu saat Bitcoin terjual seharga US$1 juta per koin, saya akan berkata lagi, ‘Andai saja saya bisa membeli lebih banyak’,” pungkasnya. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait