Investor kawakan asal AS, Robert Kiyosaki, mengatakan berniat menimbun sebanyak 100 BTC. Sekarang dia baru punya 73 BTC. Di sisi lain, Peter Brandt meramalkan harga aset kripto nomor satu itu bisa menembus US$150 ribu pada 2025.
Robert Kiyosaki memang terkenal sebagai investor Bitcoin selama beberapa tahun terakhir, dan tetap masih menimbun emas dan perak yang dianggapnya sebagai real money.
Dalam unggahan terbarunya di X, pada Sabtu (9/11/2024) Robert Kiyosaki membagikan pandangannya untuk kesekian kalinya tentang kekayaan dan investasi pada aset seperti Bitcoin, emas, dan perak.
Pertama, dia menyoroti perbedaan pola pikir antara orang yang membangun kekayaan dan yang tidak, terutama dalam cara mereka menyikapi harga aset.
Kiyosaki menekankan bahwa banyak orang melihat aset seperti Bitcoin di harga US$76.000, emas di US$2.684 per ounce, atau perak di US$32 per ounce sebagai terlalu mahal dan memilih menunggu harga turun sebelum membeli. Namun, menurutnya, menunggu harga rendah tidak membangun kekayaan. Namun kuncinya adalah mengumpulkan dan menyimpan aset seiring waktu.
“Harga mungkin akan terus turun, tetapi harga itu sendiri tidak membuatmu kaya raya. Yang membuatnya kaya adalah bagaimana koin (BTC) atau ounce (takaran emas dan perak) yang dikendalikan oleh si pemiliknya,” tulis Robert Kiyosaki. Ini menyiratkan bahwa yang terpenting adalah jumlah aset yang dimiliki, berapapun harganya ketika dibeli.
Sebagai contoh, Kiyosaki mengungkapkan bahwa dia mulai membeli perak hanya dengan US$1 per ounce dan terus menambah kepemilikannya seiring kenaikan harga, sehingga kini memiliki ribuan ounce.
Pendekatan yang sama berlaku untuk Bitcoin dan emas, dia membeli Bitcoin pertamanya di harga US$6.000 dan terus membelinya di harga sekarang. Artinya, Robert Kiyosaki memilih lebih fokus pada jumlah kepemilikan aset bukan pada harga per unit.
Skenario Rencana AS Timbun 1 Juta Bitcoin, Hanya Demi Dominasi Dolar?
Punya 73 BTC, Berencana Beli Lagi Hingga 100 BTC
Khusus investasi Bitcoin, Robert Kiyosaki mengakui saat ini dia memiliki sebanyak 73 BTC dan berencana membeli dan menimbun lebih banyak lagi hingga totalnya menjadi 100 BTC.
“Hingga hari ini saya punya 73 BTC. Setahun mulai sekarang saya ingin punya 100 BTC, berapa pun harganya ketika saya beli,” tulis pria penulis buku terlaris sepanjang masa, Rich Dad Poor Dad ini.
Jikalau sasaran itu dikonversi dengan harga saat ini (Rp1,1 miliar per BTC), 100 BTC itu setara dengan Rp119,5 miliar. Di sisi lain, sejumlah analis misalnya Peter Brandt yakin bahwa harga BTC bisa menembus  US$150 ribu per BTC pada tahun 2025.
Tujuan Kiyosaki adalah memiliki 100 BTC dalam setahun ke depan, terlepas dari harganya, dengan pandangan bahwa aset seperti Bitcoin, emas, dan perak disebut sebagai real money.
Dia memang membandingkannya dengan apa yang disebutnya “uang palsu” atau mata uang fiat (seperti dolar AS ataupun uang lain yang diterbitkan oleh negara), yang menurutnya kehilangan nilai seiring waktu.
Baginya, berinvestasi dalam aset asli dan investasi yang menghasilkan arus kas, seperti properti dan tambang emas, sangat penting untuk kebebasan finansial dan kemandirian.
Robert Kiyosaki memang sangat rajin membicarakan soal Bitcoin di akun X-nya itu. Pada Maret 2024 Robert Kiyosaki menyampaikan kekhawatirannya tentang gejolak ekonomi yang akan datang. Ia memperingatkan bahwa generasi baby boomer yang banyak berinvestasi dalam dana pensiun berpotensi mengalami kesulitan finansial signifikan. Menurutnya, gelembung ekonomi terbesar dalam sejarah akan merugikan baby boomers saat pasar saham jatuh. Kiyosaki merekomendasikan investasi dalam emas, perak, dan terutama Bitcoin sebagai perlindungan dari krisis ekonomi yang ia prediksi.
Pada April, Robert Kiyosaki mengungkapkan ketidaktertarikannya terhadap Spot Bitcoin ETF dan produk keuangan Wall Street lainnya. Ia lebih memilih kepemilikan langsung atas aset fisik. Menurutnya, ETF itu lebih cocok untuk institusi, sementara dia tetap memilih investasi langsung dalam emas, perak, BTC, dan real estate. Ia menekankan bahwa pilihannya sesuai dengan semangat kewirausahaannya, meski mengakui bahwa setiap investor sebaiknya memilih strategi yang paling sesuai bagi mereka. [ps]