Dalam beberapa jam terakhir, pergerakan besar telah terlihat di dunia kripto, tepatnya di Binance, bursa kripto terbesar berdasarkan volume perdagangan global. Menurut data yang dibagikan oleh analis on-chain Amr Taha dari CryptoQuant, lebih dari US$550 juta, setara Rp9,07 triliun, dalam bentuk stablecoin masuk ke platform tersebut.
Buat orang awam, mungkin itu hanya angka besar tanpa makna, tapi bagi para pelaku pasar yang sudah terbiasa memantau gerak-gerik aliran dana, ini adalah sinyal yang sangat jelas. Ada sesuatu yang sedang disiapkan, sesuatu yang besar.
Masuknya Dana Segar, Tanda-tanda Awal Tekanan Beli
Stablecoin, seperti USDT dan USDC, memang dirancang untuk tetap bernilai stabil terhadap dolar AS. Nah, ketika jumlah stablecoin yang masuk ke bursa spot seperti Binance meningkat drastis, itu biasanya bukan karena iseng.
Berbeda dengan derivatif yang sering digunakan untuk spekulasi atau hedging, bursa spot lebih condong ke aksi beli nyata. Singkatnya, orang mengirim stablecoin ke sana karena mereka benar-benar mau beli kripto.
Dalam konteks ini, masuknya dana US$550 juta bisa diartikan sebagai “amunisi” yang siap ditembakkan kapan saja ke pasar. Ibaratnya seperti penonton yang baru masuk bioskop dengan popcorn di tangan, mereka belum duduk, tapi jelas sudah siap menikmati pertunjukan.
Sejarah Selalu Meninggalkan Jejak
Kalau melihat ke belakang, gelombang stablecoin seperti ini kerap menjadi pertanda datangnya volatilitas. Mungkin bukan hari ini, mungkin juga bukan besok. Tapi biasanya tidak butuh waktu lama sampai tekanan beli itu berubah jadi gerakan harga.
Beberapa analis menyebutnya sebagai “classic signal,” semacam alarm halus bagi mereka yang tahu apa yang harus dicari.
Namun demikian, bukan berarti semua orang harus buru-buru masuk pasar. Seperti biasa, membaca niat pasar perlu dibarengi dengan kesabaran dan strategi. Tidak semua pergerakan dana langsung diikuti kenaikan harga, tapi sebagai indikator, ini tetap jadi salah satu yang paling dipercaya dalam analisis on-chain.
Di sisi lain, cerita tentang stablecoin bukan hanya soal Binance dan US$550 juta. Jauh lebih besar dari itu, lanskap stablecoin sedang berkembang sangat cepat.
Menurut laporan Reuters, pasar stablecoin global saat ini bernilai sekitar US$247 miliar. Angka ini bukan hanya besar, tapi juga punya potensi melonjak hingga menyentuh US$2 triliun pada 2028, berdasarkan estimasi dari Standard Chartered.
Kenaikan ini tidak hanya akan memengaruhi dunia kripto, tapi juga bisa merembet ke sektor keuangan tradisional. Mengapa? Karena untuk mendukung nilai stablecoin, para penerbitnya harus membeli aset yang dianggap aman, dan itu berarti, dalam banyak hal, dalam bentuk surat utang pemerintah AS.
JP Morgan bahkan memprediksi bahwa dalam waktu tidak lama lagi, para penerbit stablecoin bisa menjadi pembeli Treasuri AS terbesar ketiga. Itu seperti kalau dompet digital tiba-tiba jadi pemilik separuh toko swalayan di kota, jelas bakal mengubah cara semuanya bekerja.
Dampak Terhadap Likuiditas dan Suku Bunga
Yang menarik, implikasi dari tren ini bukan sekadar pada dunia kripto. Jika para penerbit stablecoin benar-benar menyedot banyak Treasuri AS, maka dampaknya bisa terasa hingga ke kebijakan moneter.
Permintaan yang tinggi terhadap surat utang itu bisa membuat likuiditas meningkat, bahkan berpotensi menekan tingkat bunga pemerintah AS. Ini bukan spekulasi kosong, pemain besar di Wall Street sudah mulai memperhitungkannya dalam analisis mereka.
Lebih lanjut lagi, jika adopsi stablecoin meluas ke penggunaan harian masyarakat, bukan tidak mungkin peran bank sebagai penyedia likuiditas juga akan berubah.
Lalu, siapa yang akan mengatur dan menjaga stabilitas sistem ini? Itu pertanyaan yang belum punya jawaban jelas, tapi pasti akan terus menjadi topik panas dalam diskusi keuangan global.
Kembali ke Binance dan gelombang dana yang masuk, apakah ini hanya awal dari gelombang besar selanjutnya? Bisa jadi. Tapi satu hal yang pasti, pasar sedang bergerak dan mereka yang memperhatikan lebih dulu, biasanya punya keunggulan.
Jadi, kalau tiba-tiba kamu melihat volume perdagangan naik tanpa alasan jelas, atau harga mulai menggelinjang seperti ikan lepas dari jaring, mungkin ini jawabannya. Tekanan beli sudah dibangun diam-diam, dan sekarang waktunya menunggu, apakah pasar akan menjawabnya dengan ledakan. [st]