Rugi di Crypto? Waspada Sunk Cost Fallacy Agar Tidak Bangkrut!

Dalam dunia perdagangan mata uang kripto yang serba cepat dan berisiko tinggi, para investor sering kali terjebak dalam perangkap psikologis yang dikenal sebagai Sunk Cost Fallacy.

Konsep Sunk Cost Fallacy mengacu pada kecenderungan trader atau investor untuk terus berinvestasi dalam suatu proyek atau aset yang merugikan, dengan dalih “sudah terlanjur” mengeluarkan uang dan segala sumber daya.

Dalam konteks crypto trading, Sunk Cost Fallacy dapat menjadi penentu keputusan yang buruk dan mengakibatkan kerugian finansial yang jauh lebih besar, bahkan mendatangkan kebangkrutan. 

Menurut Alfatur Devaki, pakar investasi dan pendiri platform edukasi finansial Moneynesia.com, memahami Sunk Cost Fallacy adalah kunci untuk menjadi investor yang cerdas dan berkelanjutan.

“Investor perlu memahami bahwa keputusan investasi seharusnya tidak dipengaruhi oleh jumlah waktu, tenaga, atau uang yang telah diinvestasikan sebelumnya. Sebaliknya, keputusan itu harus didasarkan pada analisis objektif tentang prospek masa depan dari investasi tersebut,” kata Alfatur dalam keterangan resminya belum lama ini.

Para investor yang masuk dalam perangkap Sunk Cost Fallacy biasanya akan terus menahan posisi yang merugikan, sambil berharap bahwa pasar crypto akan berbalik dan mengembalikan hasil investasi awal mereka. Namun, realitasnya adalah bahwa pasar kripto yang bergerak volatil dan tidak dapat diprediksi sering kali tidak mengikuti harapan investor.

Alfatur menekankan pentingnya untuk tetap rasional dan objektif dalam mengambil keputusan investasi. Ia juga menekankan bahwa para investor harus siap untuk memangkas kerugian mereka jika hasil evaluasi objektif menyimpulkan bahwa investasi tersebut tidak lagi menguntungkan.

“Investor dapat mengevaluasi prospek suatu aset kripto dengan menggunakan pendekatan fundamental dan teknikal. Jika hasil yang diperoleh adalah sentimen negatif, investor harus segera mengambil keputusan secara objektif tanpa terpengaruh oleh berapa banyak yang telah diinvestasikan sebelumnya. Jangan biarkan kerugian terus membengkak yang membuat modal investasi tergerus habis,” jelas Alfatur.

Dalam praktiknya, menghindari Sunk Cost Fallacy memerlukan disiplin diri, pemahaman yang mendalam tentang pasar, dan kemampuan untuk mengevaluasi investasi secara objektif. 

“Petani profesional tidak akan mengairi tanaman yang sudah mati,” tegas Alfatur.

Ini menggambarkan bahwa ketika tanaman sudah tidak dapat diselamatkan lagi, terus memberinya air tidak akan mengubah situasi. Itu justru hanya akan membuang sumber daya yang masih tersisa. 

Begitu juga dalam hal investasi. Ketika itu sudah tidak membuahkan hasil dan justru merugikan, terima itu sebagai pelajaran dan cari peluang lain yang tersedia.

“Investor yang dapat melepaskan diri dari keterikatan emosional terhadap investasi masa lalu mereka akan memiliki keunggulan dalam mengelola risiko dan mengoptimalkan potensi keuntungan mereka di pasar kripto yang sangat fluktuatif,” kata Alfatur.

Jadi, penting bagi para investor untuk memahami Sunk Cost Fallacy agar dapat membuat keputusan investasi yang logis. Dengan demikian, investor dapat mengembangkan strategi perdagangan yang lebih rasional dan mengurangi risiko kerugian yang datang dari keputusan emosional. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait