Pejabat Duma, lembaga legislatif Rusia membantah bahwa Rusia berencana membeli Bitcoin senilai US$10 miliar di kuartal pertama 2019. Elina Sidorenko, ketua kelompok kripto Duma, menyebut rumor tersebut adalah omong kosong.
“Pernyataan ini tidak masuk akal. Federasi Rusia, seperti negara manapun di dunia, belum siap untuk menggabungkan sistem keuangan tradisionalnya dengan kripto,” jelas Sidorenko kepada kanal berita kripto Rusia Forklog. Kalaupun benar, kecil kemungkinan Rusia bisa melakukan hal tersebut dalam kurun waktu 30 tahun ke depan.
Sidorenko menanggapi berita yang mengklaim Rusia berencana menginvestasikan dana senilai US$10 miliar di Bitcoin untuk mengurangi dampak sanski ekonomi Amerika. CCN adalah kanal berita pertama yang mengklaim berita tersebut tidak benar, mengingat sumbernya hanyalah sebuah cuitan oleh Vladislav Ginko. Ginko adalah seorang ekonom di Akademi Presiden Rusia Ekonomi Nasional.
Melalui Twitter, Ginko mengklaim Kremlin tidak memiliki pilihan lain selain menanam miliaran dolar di Bitcoin. Ia bersikeras itulah satu-satunya cara menyeimbangkan sanksi ekonomi ketat yang ditumpahkan kepada Rusia oleh Presiden Amerika Donald Trump.
Ekonom tersebut berkata, “Kerusakan akibat sanksi AS hanya bisa diredam melalui penggunaan Bitcoin. Elit Rusia terpaksa membuang aset dan dolar AS, dan menginvestasikan jumlah besar di Bitcoin.”
Pernyataan Ginko yang kontroversial menjadi viral setelah Telegraph merilis berita terkait hal itu. Tidak lama setelahnya, sejumlah situs kripto mengulang berita yang tidak berdasar tersebut. Ginko menjadi sensasi media yang viral, dan kini ia meminta imbalan uang untuk wawancara media.
Vladislav Ginko memiliki sejarah cuitan yang janggal. Salah satunya, ia mengklaim Bernie Madoff adalah Satoshi Nakamoto yang sejati. Diketahui, pada 2009 Madoff dikenakan hukuman 150 tahun penjara setelah mengaku bersalah atas tindakan menipu klien-kliennya sebesar US$64,8 miliar.
Sidorenko menganggap pernyataan Ginko tersebut absurd, terutama dengan kurangnya regulasi kripto formal di Rusia. Ia berkata, “Kalaupun Rusia ingin membangun aset kriptonya sekarang, tidak bisa. Kami tidak memiliki mekanisme yang mengizinkan berdirinya sebuah sistem yang bisa menyimpan aset kripto dan yang bisa menentukan siapa yang bertanggungjawab dan siapa yang bertugas menangani pelanggaran hukum.”
Sistem yang disebut Sidorenko tidak cocok di dalam peraturan sipil, keuangan dan kriminal yang saat ini berlaku. Di seluruh dunia, kripto dianggap sebagai aset beresiko tinggi, sehingga sistem yang mengatur kripto sulit cocok di negara manapun.
Kendati demikian, Sidorenko berpendapat ide tentang mata uang kripto internasional yang bisa dipakai sebagai sistem pembayaran terpadu terlihat menjanjikan. Tetapi Rusia sendiri tidak ada banyak progres tentang hal tersebut.
Ide serupa sudah diajukan dalam kerangka Uni Ekonomi Eurasia (EAEU). Tetapi persatuan BRICS (Brazil, Rusia, India, Tiongkok dan Afrika Selatan) sudah terlebih dahulu melangkah maju. Sidorenko berkata seandainya sudah ada kripto yang diciptakan untuk pembayaran energi, Federasi Rusia sudah akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan. [ccn.com/ed]