Dalam perkembangan yang tak terduga, dilaporkan bahwa anggota aliansi BRICS berencana untuk memperkenalkan mata uang perdagangan yang didukung oleh emas.
Kabar tersebut datang tak lama setelah Bank Pembangunan Baru BRICS menjelaskan bahwa tidak ada rencana segera untuk menciptakan mata uang alternatif bagi blok tersebut.
Namun, tampaknya akan ada pengumuman resmi mengenai pengenalan mata uang perdagangan berbasis emas pada pertemuan puncak BRICS yang akan datang.
Mata Uang Baru BRICSÂ
Dengan pertemuan puncak hanya sebulan lagi, pembahasan seputar rencana mata uang dan ekspansi diharapkan menjadi fokus utama.
Meskipun upaya ekspansi akan menjadi prioritas utama, belum jelas apakah pembicaraan mengenai pengembangan mata uang alternatif akan terjadi.
Watcher News melaporkan, Bank Pembangunan Baru BRICS sebelumnya telah menyatakan bahwa mencari alternatif dolar AS adalah tujuan jangka panjang.
Namun, laporan menunjukkan bahwa Rusia telah mengonfirmasi pembuatan mata uang perdagangan yang didukung oleh emas dalam kerangka BRICS.
Diketahui, mata uang baru tersebut akan diumumkan secara resmi pada pertemuan puncak bulan Agustus mendatang.
Kemungkinan adanya mata uang BRICS yang dapat menantang dominasi dolar AS telah lama menjadi perdebatan dalam blok tersebut. Namun, pernyataan terkini telah meyakinkan bahwa tidak ada rencana segera untuk mata uang tersebut.
Sekarang, tampaknya ada rencana untuk menciptakan mata uang perdagangan yang mungkin diikat dengan emas.
Langkah ini akan melanjutkan upaya dedolarisasi yang telah diadopsi oleh blok tersebut sepanjang tahun ini. Bagaimana mata uang tersebut akan berinteraksi dengan penekanan blok tersebut terhadap pengembangan mata uang nasional masih harus dilihat.
BRICS telah dengan tegas mendorong peningkatan cadangan yuan Tiongkok, sehingga menarik untuk melihat bagaimana pentingnya emas dapat mempengaruhi negara-negara peserta.
Terutama karena kemungkinan ekspansi akan diimplementasikan setelah pertemuan puncak.
Krisis Keuangan GlobalÂ
Di sisi lain, Presiden Rusia yang juga merupakan suara terkemuka dalam BRICS, Vladimir Putin, telah memperingatkan tentang krisis keuangan global yang akan datang.
Watcher News melaporkan bahwa, pada pertemuan virtual Dewan Kepala Negara Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO), Putin mengacu pada risiko akibat akumulasi utang yang tidak terkendali di negara-negara berkembang.
Selanjutnya, Putin menyoroti bahwa Rusia telah menjadi sasaran perang hibrida dengan diberlakukannya sanksi anti-Rusia yang tidak sah dan belum pernah terjadi sebelumnya.
Pernyataan itu disampaikan dalam konteks meningkatnya pengaruh blok BRICS yang telah berusaha untuk menantang tatanan global yang ada dan membentuk aliansi yang mampu menandingi dominasi Barat yang telah berlangsung lama.
Dalam pernyataan terbarunya, Putin kembali mengungkapkan kekhawatirannya tentang krisis keuangan global saat berbicara di pertemuan SCO bersama Presiden Tiongkok Xi Jinping.
Dia menekankan komitmen SCO untuk membangun tatanan dunia yang adil dan multipolar berdasarkan hukum internasional dan kerja sama saling menghormati antara negara-negara berdaulat.
Putin menyadari bahwa tantangan yang dihadapi oleh komunitas internasional sangat kompleks dan beragam, yang berpotensi menyebabkan eskalasi konflik yang signifikan.
Orang nomor satu Rusia tersebut juga menyebutkan perjuangan Rusia dengan kekuatan eksternal yang berusaha mengacaukan negara tersebut, dengan mengutip situasi di Ukraina sebagai contoh.
“Ini [BRICS dan SCO] sangat penting hari ini ketika perselisihan geopolitik semakin besar… Degradasi sistem keamanan internasional terus berlanjut, risiko krisis ekonomi dan keuangan global baru meningkat,” ujar Putin.
Putin juga mengungkapkan bahwa tindakan-tindakan ini bukan hanya mengancam keamanan Rusia, tetapi juga menghambat perkembangannya dan membuatnya rentan terhadap sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya. [st]