Sah! Thailand Izinkan Perdagangan Saham Berbasis Blockchain

Pemerintah Thailand akhirnya mengizinkan pemanfaatan teknologi blockchain dalam perdagangan di bursa efek di Negeri Gajah itu. Berlaku pada tahun ini juga, kelak perdagangan saham dapat menggunakan token digital atau kripto yang dikenal selama ini. Pihak lain mengenalnya sebagai Security Token Offering alias STO. Alasan utamanya adalah demi efisiensi proses perdagangan.

Dilansir dari BangkokPost, Jumat (22/2), “lampu hijau” itu menyala, setelah Majelis Legislatif Nasional Thailand menyetujui untuk mengubah undang-undang bursa efek dan sekuritas. Sebelumnya, pada 8 Februari 2019, majelis sudah menerima permohonan perubahan itu.

Selanjutnya Komisi Bursa dan Sekuritas Thailand (SEC) akan mengeluarkan rincian aturan mainnya dalam beberapa bulan mendatang. Aturan itu kelak akan mengubah pola perdagangan elektronik bursa efek Thailand, yang memungkinkan penggunaan token digital berbasis blockchain.

“Namun demikian, ini akan bergantung pada jenis saham atau obligasi yang terasosiasi dengan token yang diterbitkan,” kata Pariya Techamuanvivit, Direktur Komunikasi SEC Thailand.

Mekanisme dasar
Kendati belum ada informasi terperinci soal konsep baru itu. Setidaknya ada sejumlah kemungkinan yang bisa diterapkan. Secara teknis, blockchain yang digunakan nantinya akan mengenkripsi saham-saham yang bakal diperdagangkan menjadi bentuk digital yang direpresentasikan dalam bentuk token. Dengan begitu, proses transaksi saham bakal jauh lebih mudah dan sederhana, lantaran hanya perlu ditransfer secara elektronik melalui daftar pemegang saham yang sebelumnya telah terdistribusi di jaringan pribadi berbasis blockchain.

Setidaknya, murahnya aktifitas transaksi saham secara digital dalam blockchain bisa dilihat dari skema transaksinya yang menghubungkan secara langsung pembeli saham dengan pemilik saham sebelumnya. Dengan demikian, tidak akan ada lagi kegiatan konsultasi dengan securities consultant (SC) dan juga pialang (broker), yang dalam sistem perdagangan konvensional berperan sebagai perantara transaksi.

Tak hanya itu, posisi lembaga kliring (clearinghouse) dan lembaga kustodian mungkin juga tak akan lagi dibutuhkan atau perannya berkurang. Dalam kata lain, beberapa peran tersebut di atas bakal “lenyap” seiring dengan dilakukannya transaksi saham melalui blockchain. Transaksi pun berjalan secara otomatis dan langsung, sesuai dengan smart contract yang dituliskan.

STO Bank Brazil
Sebelumnya dikabarkan, Bank investasi asal Brazil, Banco BTG Pactual berencana mengumpulkan modal dari publik melalui mekanisme STO. Diharapkan dana yang terkumpul lebih dari US$15 juta. Token tersebut juga akan tersedia di pasar sekunder setelah fase penjualan selesai.

Melalui STO tersebut, memungkinkan investor menanamkan modalnya di pasar real estate di Brazil. Investor akan mendapatkan laba secara berkala dengan menggunakan token bernama ReitBZ (RBZ).

“Teknologi blockchain yang kami gunakan dalam STO ini menawarkan kemudahan akses pasar modal kepada masyarakat dunia, sekaligus murah dan luas,” kata CEO BTG Pactual Roberto Sallouti.

Dalam proses STO, bank itu menggandeng Gemini Trust yang didirikan oleh Winklevoss bersaudara. STO akan menggunakan token Gemini Dolar (GUSD) milik perusahaan itu, yang dipatok dengan harga satu dolar AS. Token itu digunakan untuk menerima dana dari investor termasuk dalam proses pembagian dividen melalui blockchain Ethereum. [Bangkokpost.com/vins]

Terkini

Warta Korporat

Terkait