Saat harga Bitcoin menyentuh US$100 ribu, banyak orang mulai bertanya-tanya apakah mereka sudah terlambat untuk masuk ke pasar ini. Menurut Samson Mow, seorang pengusaha, investor dan pendukung Bitcoin yang fokus pada adopsi global, jawaban singkatnya adalah tidak.
Dalam wawancaranya dengan Simply Bitcoin, Mow menegaskan bahwa Bitcoin masih berada dalam tahap awal adopsi. Sebagai gambaran, ia menyarankan untuk melakukan eksperimen sederhana.
“Coba perhatikan orang-orang yang menyeberang di lampu merah dan tanyakan pada diri sendiri, berapa banyak dari mereka yang benar-benar memahami Bitcoin?” ujarnya.
Mow yakin bahwa jumlahnya masih sangat kecil, yang menunjukkan bahwa adopsi Bitcoin masih dalam tahap awal.
Bitcoin dan Tantangan di Masa Lalu
Mow juga mengingat kembali masa-masa awalnya di dunia Bitcoin pada tahun 2016, di mana ketidakpastian sangat tinggi. Perdebatan mengenai ukuran blok, manipulasi hash rate, hingga taktik kontroversial di bursa kripto menjadi tantangan besar.
Namun, bagi mereka yang tetap bertahan dan memahami prinsip dasar Bitcoin, hasilnya terbukti menguntungkan.
“Kalau bisa memberi saran ke diri saya yang lebih muda, saya akan berkata, pikirkan lebih dalam, analisis segala sesuatu secara lebih objektif,” ujar Mow.
Hyperbitcoinization dan Kesiapan Global
Mow juga menyinggung tentang konsep hyperbitcoinization, yaitu transisi global dari mata uang fiat ke Bitcoin. Menurutnya, adopsi Bitcoin harus disiapkan dengan matang, terutama dalam hal infrastruktur.
Ia mencontohkan bagaimana beberapa negara mengalami krisis mata uang, seperti India yang mengalami demonetisasi pada tahun 2016. Kala itu, banyak orang kehilangan akses ke uang mereka hanya karena pemerintah menarik beberapa pecahan uang dari peredaran.
“Jika kita tidak mempersiapkan adopsi Bitcoin dengan baik, kita bisa mengalami kekacauan serupa,” jelas Mow.
Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa pemerintah dan masyarakat harus lebih siap dengan sistem paralel, di mana Bitcoin bisa berdampingan dengan mata uang fiat sebelum transisi penuh terjadi.
“Ketika kita sampai di titik di mana Bitcoin tidak bisa dibeli dengan fiat, barulah kita bisa mengatakan bahwa sudah terlambat,” tambahnya.
Mata Uang Digital Bank Sentral (CBDC) dan Bitcoin
Terkait dengan mata uang digital bank sentral (CBDC), Mow tidak menganggapnya sebagai ancaman serius terhadap Bitcoin.
“Orang tidak ingin menggunakannya [CBDC],” ujarnya.
Ia menyoroti bahwa beberapa negara yang telah meluncurkan CBDC, seperti Tiongkok dengan yuan digital dan Nigeria dengan eNaira, mengalami kegagalan dalam adopsinya. Bahkan, Nigeria harus membatasi penarikan uang tunai dari ATM agar masyarakat dipaksa menggunakan eNaira.
Menurut Mow, Bitcoin tidak membutuhkan paksaan agar orang menggunakannya. Berbeda dengan mata uang fiat atau CBDC yang sering kali memerlukan regulasi ketat dan intervensi pemerintah, Bitcoin tumbuh karena insentif alami yang mendorong orang untuk mengadopsinya.
“Bitcoin tidak memaksa orang, tetapi memberikan insentif yang jelas,” tegasnya.
Ancaman Masa Depan Bitcoin
Meski optimistis terhadap Bitcoin, Mow tetap mengingatkan bahwa ada beberapa tantangan yang bisa muncul di masa depan. Salah satunya adalah potensi perang internal dalam komunitas Bitcoin, seperti yang pernah terjadi saat perdebatan ukuran blok.
Ia juga mengkhawatirkan kemungkinan adanya dua versi Bitcoin di masa depan, yakni Bitcoin yang dikendalikan oleh institusi dan Bitcoin yang tetap bebas digunakan oleh individu.
“Dalam dokumen BlackRock, mereka menyatakan bahwa jika terjadi perpecahan, mereka berhak memilih versi Bitcoin mana yang diakui. Itu tidak benar dan jika tidak dikoreksi, ini bisa menjadi risiko besar,” jelasnya.
Ia juga menyoroti bagaimana beberapa negara mulai membatasi pergerakan Bitcoin dengan hanya mengizinkan transfer antar bursa resmi.
Kemandirian dalam Menyimpan BTC
Mow mengingatkan bahwa satu-satunya cara untuk menghindari risiko tersebut adalah dengan menyimpan Bitcoin secara mandiri. Ia menekankan pentingnya self-custody atau menyimpan aset kripto sendiri, bukan mempercayakannya kepada pihak ketiga seperti bursa atau perusahaan investasi.
“Segala sesuatu yang ada di dalam sistem keuangan tradisional berisiko. Bisa jadi suatu saat, Anda tidak bisa menarik Bitcoin yang Anda miliki di sana,” tegasnya.
Ia juga menyinggung tantangan dalam edukasi tentang self-custody, terutama karena banyak orang masih terbiasa dengan sistem perbankan tradisional yang memiliki layanan pelanggan dan mekanisme pemulihan dana.
“Menulis 12 atau 24 kata sebagai seed phrase terasa seperti ilmu roket bagi sebagian orang. Namun, kenyataannya, kita hanya kembali ke sistem keuangan yang lebih alami, seperti ketika orang menyimpan emas sendiri,” tambahnya.
Menurut Samson Mow, Bitcoin di harga US$100 ribu bukanlah puncak, melainkan hanya awal dari perjalanan panjangnya. Adopsi Bitcoin masih berada di tahap awal, dan bagi mereka yang masih ragu untuk masuk, masih ada banyak peluang ke depan.
Tantangan utama ke depan bukan hanya volatilitas harga, tetapi juga kesiapan masyarakat untuk memahami dan mengelola Bitcoin secara mandiri. Dengan pemahaman yang lebih dalam, Bitcoin bisa menjadi sistem keuangan yang lebih kuat dan tahan terhadap intervensi eksternal.
“Ambil kendali atas keuangan Anda sendiri. Jangan biarkan orang lain yang menentukannya,” tutup Mow. [st]