Vinsensius Sitepu
Pemimpin Redaksi Blockchainmedia.id, Anggota Aliansi Jurnalis Independen (AJI).
Pertemuan kali pertama saya dengan Oscar Darmawan terjadi di Medan pada 29 November 2014. Tahun itu Bitcoin belum menjadi wacana sebesar hari ini. Tetapi, sejumlah diskusi dan seminar soal Bitcoin kian digencarkan oleh Oscar melalui perusahaannya, PT Bitcoin Indonesia (sekarang menjadi PT Indodax Nasional Indonesia-Indodax.com). Ketika itu pula sangat sedikit wacana soal teknologi blockchain yang merupakan asas dari Bitcoin itu.
November 5 tahun silam adalah masa di mana Bitcoin masih menjadikan banyak orang termangu. Masih banyak halimun, ketidakpahaman di kalangan awam. Di Medan kala itu kebetulan saya mengundang Oscar untuk menyelenggarakan acara diskusi Bitcoin di Medan, supaya semakin banyak warga yang tahu, termasuk saya tentu saja. Sejarah mencatat, itulah acara pertama terkait Bitcoin di Medan. Acaranya sangat sederhana, karena dibuat di sebuah kafe di pinggiran kota. Tapi, puji Tuhan, sekitar 40 orang hadir di acara itu dan mendapatkan liputan dari sejumlah media lokal Medan.
Malam hari setelah acara, saya menemani bos besar Oscar di hotel, tak jauh dari tempat acara. Di situ ia menjelaskan banyak hal yang tidak sempat disampaikan di acara. Hingga pada akhirnya saya memberanikan diri mengajukan pertanyaan yang saya anggap penting, tetapi lugu,”Kapan harga Bitcoin naik, bung?” Seingat saya Oscar kemudian menjawabnya singkat, “Tahun 2016, bang!”
“Apa alasannya?” saya tanya lagi.
“Salah satunya adalah Bitcoin Reward Halving, bang.” jawab Oscar.
Patut dicatat, ketika itu harga Bitcoin masih di kisaran US$376, turun drastis dari US$1.000 pada awal Desember 2013. Sebelumnya akhir April 2013, Bitcoin mulai melejit dari hanya US$135. Artinya kenaikannya bikin heboh: 64 persen. Dunia tak menyangka ada kelas aset baru yang sedang menggila itu. Termasuk saya yang semakin penasaran pun mencoba menambang Bitcoin kecil-kecilan.
Di masa itu menggunakan ASIC miner seukuran flash drive masih memungkinkan melakukan penambangan. Tak puas sampai di situ, saya pun memberanikan diri menambang menggunakan komputer kantor yang punya GPU high end. Tapi, malang bukan kepalang, komputer itu tak berlangsung lama di pelukan saya. Hanya tiga bulan saja, hingga bos menggunakannya di divisi lain untuk kebutuhan lain. Jangan tanya berapa Bitcoin yang saya dapatkan pada waktu itu.
Tahun 2019 kami bersua lagi di Medan di acara Block Community, 30 Maret lalu. Kali ini acaranya lebih meriah dengan peserta yang berjubel. Acara pun dirancang senyaman mungkin dengan sejumlah panitia pendukung yang tak sedikit. Sangat jauh berbeda dengan 2014 silam. Indodax dengan menggandeng sejumlah mitra, berubah menjadi perusahaan yang mampu mengakomodir investor muda Indonesia, memperkenalkan Bitcoin dan aset kripto lainnya sebagai instrumen investasi yang menggiurkan.
Tentu, dalam perjalanannya, Oscar Darmawan bersama Indodax mendapatkan kritik dari sejumlah trader dan komunitas kripto di Tanah Air, mulai dari mutu aset kripto yang di-listing hingga bermacam hal yang terkadang sengaja dikumandangkan.
Tetapi, itulah bisnis. Akan selalu banyak berkelindan “tusukan” dan tantangan yang perlu dijawab oleh pelakunya. Namun, semua dikembalikan pada aspek trust yang telah dikembangkan Oscar sejak awal pendirian perusahaannya. Asal tahu saja, dulu di awal berdiri, proses deposit rupiah belum melalui rekening perusahaan, tetapi melalui rekening pribadi Oscar sendiri. Tapi, dari sanalah proses trust itu sendiri dibentuk, di mana di awal ada keraguan dan tanda tanya.
Kini Oscar sudah membuktikan omongannya kepada saya soal kenaikan harga Bitcoin, setidaknya menjawab pertanyaan saya yang lugu itu. Maka, dunia menyaksikan sendiri, pada tahun 2016 harga Bitcoin menjulang, yang gerakannya sudah dimulai pada 23 Agustus 2015 di level US$230. Lalu pada 29 November 2016 (dua tahun setelah acara diskusi di Medan), Bitcoin terus naik hingga US$735, lalu melanjutkan tren naiknya pada November 2017 ketika Bitcoin perkasa di US$10 ribu.
Setidaknya lagi, di media ini dia juga bilang begitu lagi: Bitcoin Bisa Naik Tinggi Menjelang Halving Day.
“Saat ini, harga Bitcoin diperdagangkan di kisaran US$3.900. Level tertinggi akan dicapai Bitcoin jika kita mengikuti siklus yang dikenal sebagai Halving Day, yaitu imbalan (reward) per blok akan berkurang sebanyak setengah setiap empat tahun sekali atau setiap 210.000 blok. Pengurangan ini akan berdampak pada ketersediaan Bitcoin secara keseluruhan, sehingga Bitcoin berpotensi akan menjadi lebih mahal, karena memungkinkan demand melebihi supply yang ada di market,” ujar Oscar Darmawan, CEO Indodax dalam keterangan resminya, Kamis (14/3).
Hari ini kita berada di periode satu tahun sebelum Bitcoin Reward Halving ketiga terjadi, kira-kira Mei/Juni 2020. Sedangkan Bitcoin Reward Halving kedua terjadi pada 9 Juli 2016, di mana 25 BTC per 10 menit menjadi 12,5 BTC pada periode serupa.
Lalu, berdasarkan data historis, Bitcoin memiliki siklus dua tahunan, yakni naik satu tahun sebelum dan setelah Bitcoin Reward Halving terjadi.
Namun demikian, dalam perbincangan saya dengan Oscar Darmawan baru-baru ini melalui WhatsApp, katanya, relatif lebih mudah memprediksi kenaikan harga Bitcoin pada tahun 2014, karena gegap gempitanya tidak semeriah hari ini.
Bahwa Bitcoin hari ini bernuansa lebih beragam. Tak hanya spot market di bursa kripto biasa yang bermain, tetapi ada perusahaan besar yang membuat produknya, mulai dari Bitcoin Berjangka hingga reksadana yang diperdagangkan di bursa efek. Perusahaan besar lainnya malah melayani investor Bitcoin dari kalangan institusi, mulai dari jasa menyimpan sampai memperdagangkannya. Aset kripto pun semakin meningkat jumlahnya. Di antaranya masih suka menipu dan ada pula yang serius, tapi harus gagal di tengah jalan.
Maka, ajimat sakti yang paling bijak di antara kehebohan harga Bitcoin hari ini adalah: kita lihat saja nanti, apakah Bitcoin benar-benar naik menembus US$20 ribu setelah Bitcoin Reward Halving Mei 2020 nanti. [vins]