Blockchain telah berkembang dari sebuah teknologi yang asing dan disalahpahami, hingga menjadi tren paling pesat di kalangan pengusaha. Bukan hanya industri keuangan dan teknologi yang tertarik, tetapi juga industri kesehatan, logistik hingga agrikultur. Tahun 2019 disebut akan menjadi tahun enterprise blockchain (blockchain perusahaan). Tetapi, masih banyak kendala yang dihadapi.
Utamanya, kendati disebut sebagai immutable (tidak dapat diutak-atik) dan aman, sejumlah kasus peretasan besar terjadi pada jaringan blockchain publik. Coindesk melaporkan, sejumlah US$927 juta dicuri oleh peretas dari bursa kripto dan platform lain, sebagian menggunakan blockchain publik.
Initial Coin Offering (ICO) menerima banyak kritik. Sebuah kampanye ICO diretas dan dana sebesar US$800 ribu raib, sehingga pendirinya harus melakukan pengembalian dana. Hal tersebut membuat sejumlah perusahaan menawarkan beragam solusi kreatif untuk meningkatkan keamanan bisnis. Salah satunya, Bednarek, menawarkan Protected Coin Offering (PCO), di mana investor mendapat proteksi aset tertentu dalam skenario terburuk.
“Teknologi blockchain memiliki peluang serta resiko. Investor dan pengguna blockchain harus meluangkan waktu untuk memahami teknologi yang dipakai sebuah perusahaan, dan perusahaan harus memastikan keamanan adalah prioritas,” kata Anthony Khamsei, pendiri Resistance.
Dalam sebuah riset terhadap sejumlah perusahaan kripto dan blockchain, Hard Fork menemukan 43 galat (error) pada 13 perusahaan yang diperiksa terkait kerentanan. Kerentanan tersebut bukanlah hal besar, tetapi tetap menjadi kekhawatiran yang harus segera ditangani.
Mengingat kerentanan sistem blockchain publik, apakah blockchain privat menjadi jawabannya? Blockchain privat hanya dapat diakses oleh pihak yang memiliki izin, sehingga sulit diretas oleh pihak luar. Tetapi, hal tersebut mengorbankan desentralisasi untuk mendapatkan keamanan.
Mike Orcutt dari MIT Technology Review mengatakan sistem blockchain privat harus menyeimbangkan tingkat izin kepada kelompok pengguna yang berbeda dan memiliki pemeriksaan identitas kepada validator untuk memastikan mereka memang validator.
Sebab itu, banyak perusahaan saat ini mencari keunggulan desentralisasi blockchain publik dan keamanan jaringan privat. Konsorsium blockchain, seperti yang dikembangkan IBM, Corda, Ripple dan lainnya, tampaknya menjadi pilihan terbaik saat ini. Melalui blockchain konsorsium, sebuah perusahaan mendapat sistem terpusat tetapi masih ada keamanan dan audit kriptografi terlibat. [forbes.com/ed]