Kami, Redaksi Blockchainmedia mengucapkan selamat Bitcoin Halving III, kepada komunitas Bitcoin, khususnya di Indonesia. Tepat pada Selasa, 12 Mei 2020 pukul 02:23 WIB, imbalan BTC baru kepada para penambang Bitcoin berkurang dari 12,5 BTC per block menjadi 6,25 BTC per block. Sejumlah pelaku pasar pun memprediksi kemana Bitcoin akan melaju tahun ini.
Peristiwa yang terjadi hanya 4 tahun sekali ini, sekaligus menjadikan pasokan (supply) Bitcoin kian langka daripada sebelumnya. Setelah tanggal 12 Mei 2020 hingga tahun 2024, Bitcoin baru masuk ke dalam sirkulasi per hari adalah 900 BTC atau sekitar 328.500 BTC per tahun. Sebelumnya 1800 BTC per hari.
Beberapa jam sebelum dan setelah Halving III itu pun sejatinya tak istimewa, karena mungkin sebagian besar massa mengharapkan kenaikan harga seketika.
Yang terjadi adalah, tepat di jam itu, harga Bitcoin berada di kisaran US$8.525 (Rp127 juta). Namun, ketika artikel ini disusun, Bitcoin perlahan menanjak hingga level US$8.783 (pukul 13:11 WIB). Tentu itu cukup jauh dari level US$10 ribu pada beberapa hari sebelumnya alias menyust 14,75 persen. Soal ini pun telah diprediksi sebelumnya oleh sejumlah analis.
Pada Minggu, 10 Mei 2020 misalnya, Muhammad Kurnia Bijaksana, trader Bitcoin mengatakan bahwa sinyal bearish memang sudah muncul beberapa waktu sebelumnya, berdasarkan indikator RSI.
“Jika dilihat di timeframe 1 hari, RSI sudah keluar dari zona overbought, dan telah keluar dari garis tren. Untuk perlu kembali bullish, maka kenaikan harga Bitcoin perlu cukup cepat dan kuat agar RSI bisa kembali ke garis tren dan tidak membuat failure swing,” katanya.
Pekan lalu, ketika Bitcoin masuk level US$10.000, sejumlah pelaku pasar aset kripto juga memang sudah mewanti-wanti pelemahan harga pasca-Halving.
Akumulasi
Danny Taniwan Pendiri CryptoWatch mengatakan bahwa terjadinya koreksi harga adalah wajar terkait Bitcoin Halving itu.
“Saya menyarankan, untuk terus melakukan DCA (Dollar Cost Averaging) terus selama setahun ini. Lalu jual ketika mencapai all time high (ATH) baru,” pungkas Danny.
Hal senada juga disampaikan Gabriel Rey CEO Triv.co.id, bahwa lakukan terus akumulasi. Dia juga mengatakan, bahwa investasi paling aman di aset kripto adalah Bitcoin.
“Saat ini [8 Mei 2020] dominasi Bitcoin naik ke 68 persen terhadap aset kripto lainnya. Jika ini terus naik, maka otomatis altcoin akan semakin terhempas,” tegasnya.
Prediksi
Dalam webminar “Bitcoin Halving” yang digelar Blockchainmedia pada 11 Mei 2020 lalu, Sumardi Fung CEO Rekeningku.com, mengatakan sulit memprediksi harga Bitcoin dalam jangka panjang setelah Halving.
“Yang pasti kita harus mengacu pada biaya produksi dari para penambang Bitcoin. Selalu biaya produksi mengacu pada harga Bitcoin di pasar. Jikalau biaya produksi lebih tinggi daripada harga Bitcoin itu sendiri, maka para penambang akan rugi dan terancam gulung tikar dan mereka cenderung menjual cadangan Bitcoin mereka sendiri,” katanya.
Kata Sumardi, kalau misalnya saat ini biaya produksi satu unit BTC adalah US$6 ribu, maka idealnya harga Bitcoin di pasar setidaknya US$12 ribu agar sebagian besar penambang bisa bertahan.
“Jadi, setelah Halving harga Bitcoin US$10-15 ribu adalah hal yang wajar. Dan kalau saat ini Bitcoin di level US$8.700-an, saya pikir itu juga masih layak dibeli,” pungkasnya.
Di kesempatan yang sama, Gabriel Rey CEO Triv.co.id memprediksi harga Bitcoin bisa mencapai US$20 ribu dengan sejumlah syarat utama.
“Dalam jangka pendek, andaikan vaksin COVID-19 juga belum ditemukan, dan Bitcoin tidak bisa menembus US$10 ribu lagi, maka kita akan menyaksikan penurunan besar seperti pada 12-13 Maret 2020 lalu. Tapi, andaikata ekonomi membaik, akibat vaksin COVID-19 sudah ditemukan, dan Bitcoin berhasil menembus US$10 ribu, kita berharap di akhir tahun ini Raja Aset Kripto itu bisa mencapai US$20 ribu,” jelas Rey. [red]