Jackson Palmer, salah seorang pendiri Dogecoin (DOGE) kecewa berat dengan atmosfer kripto dewasa ini. Namun, pendiri lainnya, yakni Billy Markus anteng-anteng saja. Markus bahkan masih semangat menjual NFT terkait DOGE.
“Setelah bertahun-tahun mempelajarinya, saya percaya bahwa mata uang kripto berideologi sayap kanan. Di dalamnya terkandung pemikiran, menggunakan teknologi hiper-kapitalistik yang dibangun terutama untuk memperkuat kekayaan para pendukungnya melalui kombinasi penghindaran pajak, pengawasan peraturan yang berkurang, dan kelangkaan unit yang dipaksakan secara artifisial,” sebut Palmer di Twitter, Rabu (14/7/2021). Cuitan itu bagian dari beberapa unggahan lainnya.
After years of studying it, I believe that cryptocurrency is an inherently right-wing, hyper-capitalistic technology built primarily to amplify the wealth of its proponents through a combination of tax avoidance, diminished regulatory oversight and artificially enforced scarcity.
— Jackson Palmer (@ummjackson) July 14, 2021
Di bagian lain ia mengatakan, bahwa terlepas dari klaim “desentralisasi”, industri mata uang kripto sejatinya dikendalikan oleh kartel kuat dari tokoh-tokoh kaya.
“Seiring waktu, ini telah berevolusi untuk menggabungkan banyak lembaga yang sama yang terkait dengan sistem keuangan terpusat yang ada yang seharusnya mereka ganti,” tegasnya.
Despite claims of “decentralization”, the cryptocurrency industry is controlled by a powerful cartel of wealthy figures who, with time, have evolved to incorporate many of the same institutions tied to the existing centralized financial system they supposedly set out to replace.
— Jackson Palmer (@ummjackson) July 14, 2021
Billy Markus Lebih Santai
Sementara itu, pendiri lainnya, yakni Billy Markus (Shibetoshi Nakamoto), jauh berseberangan dengan Palmer.
Kendati kedua-dua sejak 2015 mengaku berada di luar struktur inti pengembangan Dogecoin, Palmer justru tetap mendukung Dogecoin.
Setidaknya itu tercermin dari banyak cuitannya mendukung DOGE. Dia bahkan sering menjual NFT bertema Dogecoin di OpenSea.
Menurut Markus, Palmer memiliki sekitar 5 juta DOGE ketika harganya tidak seberapa.
Palmer bahkan menyumbangkan sebagian dari kepemilikannya dan membeli beberapa coklat Nutella dengan sisa DOGE-nya.
Lintas Sejarah Dogecoin
Kripto Dogecoin diterbitkan pada Desember 2013 silam. Gagasan awalnya datang dari kepala Billy Markus. Dulu dia adalah programmer di perusahaan IBM.
Berselang beberapa bulan dia mengajak Jackson Palmer dari Adobe Australia untuk mengembangkan kripto itu.
Kala itu kedua-duanya sepakat, bahwa kripto itu untuk sekadar bercanda, mengolok-olok hype kripto pada masa itu, termasuk Bitcoin (BTC).
Motif bercanda itu diwujudkan lewat simbol kripto itu, bergambar anjing Jepang lucu, Shiba Inu. Itu pun bukan anjing biasa, karena fotonya tenar sebagai meme di jagad Internet sejak tahun 2010. Anjing itu bernama Kabosu, milik seorang guru TK di Jepang.
Hingga tahun 2018, kian banyak penggemar DOGE, padahal tidak memiliki pasokan maksimal seperti BTC. Kalau unit BTC maksimal 21 juta, sedang DOGE tanpa batasan. Ada 10 ribu DOGE setiap menit yang ditambang.
Sedangkan BTC saat ini setelah Halving III Mei 2020, hanya 6,25 BTC per 10 menit (rata-rata). Pada Halving IV pada tahun 2024 yang ditambang hanya 3,125 BTC, begitu seterusnya per 4 tahun, hingga Bitcoin habis ditambang, hanya 21 juta.
Pada tahun 2019 kejayaan Dogecoin meningkat drastis, setelah Elon Musk terus mendukungnya lewat Twitter, bahkan heboh lewat acara SNL.
Pada tahun 2020 dia pun memastikan pada tahun 2019 dia sudah mengajak lead developer Dogecoin untuk mengembangkan kripto itu.
Bahkan perusahaan Elon, yakni SpaceX menerima pembayaran menggunakan Dogecoin.
Tak lupa juga tokoh ternama lain, Mark Cuban juga mendukung Dogecoin di situs resmi klub bola basketnya, Dallas Maverick.
Pada tahun 2021, anggota lead developer Dogecoin, Ross Nicoll memastikan bahwa benar Elon Musk menghubunginya. Kala itu Musk menawarka dana investasi, tetapi ditolak. [red]