Langit malam di Tehran mendadak terang oleh cahaya ledakan. Bukan kembang api atau perayaan nasional, tapi dampak dari serangan udara yang diluncurkan Israel lebih dulu terhadap Iran.
Dalam sebuah pernyataan pada Jumat pagi (13/6/2025), Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menggambarkan serangan tersebut sebagai “serangan pendahuluan.”
“Setelah serangan pendahuluan oleh negara Israel terhadap Iran, serangan rudal dan UAV (pesawat tanpa awak) terhadap Israel dan penduduk sipilnya diperkirakan akan segera terjadi,” ujar Katz, dilansir dari Al Jazeera.
Serangan ini tidak hanya menggetarkan kawasan Timur Tengah, tapi juga langsung membuat pasar keuangan global, termasuk kripto, bergejolak.
Bahkan, Bitcoin yang selama ini dianggap semacam pelarian ketika keadaan dunia tidak menentu, turut terseret dan mencatat penurunan yang terasa menyakitkan bagi banyak trader.
Dentuman di Tengah Malam, Israel Serang Iran
Menurut laporan yang tersebar sejak Jumat pagi waktu setempat, sejumlah ledakan terdengar mengguncang wilayah utara Tehran. Beberapa titik yang terkena serangan diduga berada di sekitar fasilitas militer, markas intelijen, hingga kawasan yang dekat dengan lokasi pemerintahan penting.
Meski Iran belum secara terbuka mengonfirmasi siapa saja yang jadi korban atau seberapa besar kerusakannya, warga sekitar menyebutkan ini bukan serangan biasa.
Beberapa saksi mata menggambarkan getaran yang membuat kaca rumah pecah, sementara ambulans dan kendaraan militer mondar-mandir tanpa henti. Situasi pun menjadi tegang.
Tidak hanya di Tehran, tapi juga di Tel Aviv. Israel sendiri langsung menetapkan status siaga penuh, menutup wilayah udaranya dan mengimbau seluruh warganya untuk bersiap menghadapi kemungkinan serangan balasan dari Iran.
AS Tak Ikut Campur, Tapi Ikut Waspada
Di sisi lain, AS buru-buru mengeluarkan pernyataan yang intinya menjauhkan diri dari serangan ini. Pemerintah AS menegaskan bahwa mereka tidak terlibat langsung dalam operasi militer tersebut, meskipun hubungan mereka dengan Israel dikenal sangat dekat.
Namun, untuk berjaga-jaga, mereka mulai menarik sebagian staf diplomatik dari beberapa wilayah rawan dan memperingatkan Iran untuk tidak mengambil langkah-langkah yang bisa memperkeruh keadaan.
Apa pun alasan resmi yang disampaikan, pergerakan militer sebesar ini jarang terjadi tanpa pertimbangan matang.
Diduga kuat, serangan ini berkaitan dengan program nuklir Iran yang selama ini menuai kecurigaan, apalagi setelah Iran disebut-sebut menolak inspeksi dari badan pengawas internasional.
Ketika Rudal Meledak, Bitcoin Ikut Terpeleset
Sementara bom mengguncang tanah, pasar kripto juga ikut bergetar. Harga Bitcoin yang sebelumnya tampak stabil, mendadak terjun bebas. Dalam hitungan jam, nilainya turun sekitar 3 hingga 4 persen, menyentuh kisaran US$106.600 hingga US$107.000, dan sekarang telah lebih rendah di kisaran US$103.000.
Beberapa analis yang selama ini memantau grafik dengan mata elang mengakui bahwa pola ini tampak seperti jebakan bull trap, situasi di mana investor mengira tren naik akan berlanjut, padahal ternyata malah anjlok.
Bagi mereka yang sudah bersiap, mungkin ini hanya koreksi sehat. Tapi buat yang masuk posisi buy tanpa stop-loss, rasanya seperti mendadak ditarik ke jurang tanpa sempat berpegangan.
Ada juga kekhawatiran bahwa jika konflik memanas, Bitcoin bisa saja terus tergelincir, bahkan menyentuh di bawah US$100.000, angka yang cukup membuat jantung berdebar, baik bagi trader pemula maupun yang sudah kenyang pengalaman.
Ketegangan Meluas, Investor Panik
Ketegangan ini tidak hanya memukul kripto. Harga minyak langsung melompat lebih dari 5 persen, sementara indeks futures saham AS bergerak melemah. Investor mulai memindahkan dananya ke aset-aset yang dianggap lebih aman seperti emas atau obligasi.
Pola semacam ini memang sering terlihat di masa-masa ketidakpastian geopolitik. Tapi kali ini, narasinya lebih mengkhawatirkan karena melibatkan dua negara yang punya sejarah panjang konflik dan potensi kekuatan militer besar.
Lebih lanjut lagi, jika Iran membalas, maka bukan tidak mungkin kawasan Timur Tengah akan kembali masuk ke siklus konflik terbuka. Dunia pun kembali waswas. Pasar yang sudah sensitif dengan suku bunga, inflasi dan tekanan ekonomi global, kini harus menelan satu pil pahit tambahan, yaitu perang terbuka.
Situasi ini masih terus berkembang. Banyak pihak berharap bahwa aksi militer ini tidak berlanjut menjadi konflik jangka panjang.
Tapi seperti orang yang sudah pernah jatuh di lubang yang sama, pelaku pasar tidak bisa sepenuhnya tenang. Belum ada kepastian apakah Iran akan menahan diri atau malah merespons lebih keras.
Untuk sementara, pasar keuangan global kembali mengencangkan sabuk pengaman. Bitcoin yang semula dikira tahan guncangan justru ikut tergoyang. Dan di tengah semua ini, muncul pertanyaan yang tak bisa dihindari, kalau dunia terus seperti ini, masih adakah tempat yang benar-benar aman untuk menyimpan nilai? [st]