Kemarin harga ADA mencetak rekor baru di US$2,57. Tertinggi sebelumnya adalah US$2,47 pada 16 Mei 2021. Sulit mengenyampingkan penguatan itu terkait smart contract perdana mereka yang akan resmi on-chain pada 12 September mendatang, beberapa hari sebelum hari jadi Cardano.
Keputusan core developer Cardano melahirkan smart contract dianggap sebagai keputusan tepat agar ekosistem Cardano bisa menjawab persaingan dengan blockchain Ethereum yang sejak awal dijadikan ranah pembuatan aplikasi desentralistik, token, termasuk NFT yang ranum pasarnya.
Lahirnya smart contract Cardano bukannya lahir dalam waktu singkat. Pengembangannya sudah sejak 2018 silam. Kesannya sangat lama, namun itu selaras dengan irama pengembangan Cardano yang relatif akademik, bekerjasama dengan ilmuwan sungguhan lintas kampus lewat penelitian mendalam.
Smart contract Cardano kelak memastikan terbitnya beragam token yang berjalan di blockchain Cardano. Selain itu, berkat keunggulan bahasa pemrograman Plutus (berbasis Heskell) untuk penulisan smart contract, dapat dipastikan munculnya sejumlah dApp, mulai dari yang berjenis DeFi, termasuk tentu saja penerbitan NFT (Non-Fungible Token) yang sudah merambah ranah hiburan dan seni, bernilai triliunan rupiah setiap hari.
Smart contract Cardano akan resmi mendarat di blockchain mereka pada 12 September 2021 mendatang ketika pembaruan Alonzo resmi diluncurkan. Peluncuran itu punya momen tersendiri, karena beberapa hari sebelum hari lahir Cardano, 27 September 2017.
Itu pun bersamaan dengan dimulainya bull run pasar kripto secara global sejak 20 Juli 2021 lalu, karena nilai pasar kembali lagi ke US$2 triliun.
Faktor terapresiasinya harga Bitcoin (BTC) tentu saja sulit dikesampingkan, sebagai pelecut sistemik, karena mulai memasuki wilayah krusial, yakni US$50 ribu.
ETH sebagai pesaing kuat ADA secara teknikal juga masuk babak baru setelah menerapkan EIP-1559 beberapa pekan lalu agar unit ETH tereduksi, walaupun tidak ada pasokan maksimal ETH baru yang diterbitkan.
Di luar itu pengayaan kripto sebagai instrumen berkelas semakin wangi, karena bank-bank besar sudah menyadari potensi ekonomi kelas aset baru itu.
Lihatlah JPMorgan dan Goldman Sachs sudah menjajakan produk investasi berjangka bernilai kripto. Bursa komoditas CME juga tak ingin tertinggal menelurkan produk retail untuk Options, menegaskan kepeloporan mereka di ranah kontrak berjangka sejak Desember 2017 silam.
Di atas itu semua, satu aspek yang amat sangat penting adalah pencegahan aksi peretasan di ranah kripto, akibat kelemahan penerapan smart contract di DeFi.
Pada prinsip smart coctract adalah baik untuk inovasi baru, tetapi itu menjadi ranah baru bagi penumpang gelap di luar sana untuk menarik keuntungan sesaat.
Lihatlah kasus PolyNetwork yang mengguncang dunia dengan nilai peretasan mencapai Rp8,6 triliun. Ini yang terbesar di ranah DeFi dalam satu aksi tunggal.
Walaupun berkat blockchain yang transparan, sehingga pelacakan relatif mudah, tidak semua entitas negara punya tool yang sama dengan negara yang lain lebih mumpuni.
Ke depan, kita akan menyaksikan sejumlah peluang dan tantang baru, sembari menyusun strategi dan sudut pandang, apakah harga puncak Bitcoin pasca Halving Mei 2020 akan mengembalikan kita seperti masa lalu, antara Desember 2017 hingga menjelang akhir 2018.
Akankah model Bitcoin Cycle Repeat masih berlaku dan dicerminkan oleh model Stock-to-Flow, sehingga akhir tahun ini kita akan menghadapi peluruhan 85 persen dalam jangka yang lebih panjang? [ps]