Pada 6 Oktober 2020 lalu, Financial Conduct Authority (FCA) Inggris melarang sejumlah bursa derivatif menawarkan produk perdagangan Bitcoin (BTC) Cs kepada konsumen retail. Berikut sejumlah dampaknya.
Menurut FCA kala itu, perdagangan aset kripto, termasuk Bitcoin di bursa berjenis derivatif (non-spot market) berisiko tinggi jika digunakan oleh konsumen ritel/individu.
FCA melarangnya, kecuali ditawarkan kepada pengguna institusi, yang dianggap lebih memahami cara menggunakan produk itu, termasuk lebih mampu menakar risikonya. Aturan itu berlaku awal tahun 2021.
“Produk seperti itu memungkinkan konsumen ritel mengalami kerugian mendadak dan tidak terduga,” tegas FCA.
Beberapa hari setelah larangan itu, sejumlah pengamat dan pelaku pasar angkat bicara. Secara umum, menurut mereka, dampaknya tidak terlalu besar.
Kraken yang memiliki pasar derivatif misal mengatakan, kendati dilarang di dalam negeri, pengguna bisa jadi menggunakan platform yang berada di luar negeri, yang tidak memiliki batas yurisdiksi di Inggris.
“Mereka yang masih tertarik pada perdagangan derivatif aset kripto hanya bisa menemukan cara lain untuk membuka akun di wilayah lain di luar Inggris. Namun, jikalau itu terjadi malah membuka risiko lebih besar pengguna,” kata Don Guo, CEO Broctagon Fintech Group, dilansir dari Coindesk.
Menurut Sui Chung, CEO CF Benchmarks, ada sejumlah perusahaan pengelola bursa aset kripto derivatif yang berizin di Inggris, termasuk CME Groups yang bermarkas di Chicago, AS. Platform lainnya adalah Crypto Facilities (milik Kraken), CMC Markets dan IG Index.
“Larang FCA berdampak sangat kecil pada volume perdagangan kami,” kata juru bicara Crypto Facilities.
Bahkan IG Group mengakui larang FCA hanya berdampak menurunnya volume perdagangan sebesar 1 persen dari keseluruhan bisnis mereka secara global.
Berdasarkan kajian Vivek Raja dan Paul McGinnis, Analis di Shore Capital pada Oktober 2020, produk aset kripto di bursa derivatif IG Group untuk pasar Inggris hanya 1-1,5 persen. Sedangkan CMC Markets lebih besar, yakni 18 persen.
Berdasarkan hasil survei FCA, 30 Juni 2020 lalu, sekitar 3,86 persen dari populasi warga Inggris memiliki aset kripto. 12 persen responden mengaku “tidak pernah memantau” harga aset kripto yang mereka miliki itu.
“Pengguna tampaknya memperlakukan aset kripto sebagai bentuk spekulasi yang mirip dengan judi, bukan sebagai pembayaran atau investasi,” kata FCA kala itu. [red]