Shabrina Adani Business Development Lead Pintu.co.id mengatakan, ketika saat ini harga Bitcoin terkoreksi dari rekor tertingginya, masih terbilang wajar. Justru akumulasi bisa terus dilakukan dengan cara Dollar Cost Averaging (DCA).
“Menurut saya koreksi ini masih koreksi sementara saja, karena banyak peristiwa-peristiwa sebelumnya memberi dampak, seperti isu lingkungan karena penambangan Bitcoin di Tiongkok. Lalu, seperti yang disampaikan Tesla yang membatalkan penggunaan kripto itu sebagai pembayaran,” sebut Shabrina di Youtube Channel Waktunya Investasi Bitcoin (WIB) belum lama ini.
Belakangan, CEO Tesla Elon Musk mengatakan mempertimbangkan kembali penggunaan Bitcoin sebagai alat pembayaran, jika 50 persen dari tambang Bitcoin global menggunakan listrik bersumber energi terbarukan.
Shabrina juga tak menampik terkoreksinya harga Bitcoin karena pelarangan tambang Bitcoin Tiongkok yang begitu masif, termasuk sejumlah regulator di banyak negara termasuk Inggris juga semakin memperketat soal kripto ini, misalnya peraturan yang terkait anti money-laundering.
“Itu adalah faktor besar yang memengaruhi koreksi itu. Namun, saya pribadi melihat ini fundamentalnya masih kuat. Pasalnya, publik memandang Bitcoin sebagai store of value, limited, demand dan use case-nya semakin meningkat. Semakin banyak perusahaan yang membelinya dan menjadi bagian dari neraca keuangannya,” tegasnya.
Shabrina mengatakan, karena secara fundamental Bitcoin sangat baik, dia menyarankan langkah investasi yang lebih berwawasan jangka panjang, lebih dari satu tahun.
“Saya menyarankan unutk hold secara long term menggunakan strategi Dollar Cost Averaging (DCA), di mana Anda membeli BTC secara rutin setiap pekan atau setiap bulan. Sederhananya DCA mirip seperti menabung emas dengan harapan mendapatkan imbal hasil di masa depan. Cara DCA sangat membantu menyebar risiko,” katanya, sembari memastikan menggunakan “uang dingin” yang memang digunakan khusus investasi.
Dalam 5 tahun terakhir, harga Bitcoin naik lebih dari 6800 persen dari sekitar Rp13 jutaan menjadi Rp900 jutaan di puncak tertinggi. Bandingkan dengan emas hanya 65 persen di periode serupa.
Sejak medio April 2021, harga kripto nomor wahid itu sempat ambrol 55 persen dari Rp900 jutaan, menjadi Rp404 jutaan.
Namun sejak 20 Juli 2021, mulai bergerak naik kembali, pasca acara BWord yang menghadirkan Elon Musk dan Jack Dorsey, meyakinkan publik soal dedikasi mereka terhadap kripto.
Bahkan Elon sendiri mengakui punya kripto Ether (ETH) dan SpaceX juga punya Bitcoin di neraca keuangannya.
Sementara itu, Mike McGlone dari Bloomberg Intelligence yakin, bahwa harga Bitcoin bisa menembus US$100 ribu pada tahun ini.
Terpantau hari ini, harga Bitcoin untuk kali pertama sejak 30 hari terakhir, berhasil menapaki wilayah US$43 ribu (sekitar Rp623 jutaan) atau tumbuh 50 persen dari support besarnya US$28 ribu per BTC pada 22 Juni 2021 lalu.[red]