Harga Bitcoin (BTC) melonjak menembus level US$117.000 pada perdagangan awal Oktober 2025, dipicu kombinasi faktor makroekonomi, kebijakan regulasi, serta pergeseran data on-chain.
Menurut analis XWIN Research Japan di platform CryptoQuant, reli ini menandai penguatan lanjutan di tengah gejolak pasar global akibat shutdown pemerintahan AS dan pelemahan dolar AS.
Pergerakan harga dalam 24 jam terakhir mencatat kenaikan 3,79 persen, dengan Bitcoin yang diperdagangkan di kisaran US$118.652. Dalam empat jam terakhir, kenaikan sebesar 1,14 persen tercatat, sedangkan secara mingguan penguatan mencapai 4,67 persen. Secara bulanan, aset kripto terbesar itu sudah naik 8,59 persen.
Tekanan Makro dan Kebijakan Pajak
Lonjakan harga ini bertepatan dengan ketidakpastian pasar tradisional setelah pemerintahan AS resmi mengalami penghentian operasional (shutdown). Kondisi tersebut mendorong investor beralih ke aset lindung nilai seperti emas dan Bitcoin.
Laporan ketenagakerjaan ADP menunjukkan penurunan 32.000 lapangan kerja, terbesar dalam lebih dari dua tahun. Dengan tertundanya laporan non-farm payrolls, pelaku pasar memprediksi hampir pasti The Fed akan memangkas suku bunga pada Oktober.
Selain itu, Departemen Keuangan AS mengumumkan kebijakan baru yang menyatakan keuntungan Bitcoin yang belum direalisasi di neraca perusahaan tidak akan dikenakan pajak.
Langkah tersebut memicu ekspektasi lebih banyak perusahaan publik akan menambahkan Bitcoin ke dalam neraca keuangan mereka.
“Kebijakan ini memperkuat insentif perusahaan untuk menyimpan Bitcoin dalam jangka panjang,” ujar analis tersebut.
Di sisi lain, Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) juga melonggarkan aturan pencatatan untuk ETF kripto. Pada Oktober ini, regulator dijadwalkan meninjau ETF yang berbasis Solana, XRP, dan aset digital lainnya.
Arus masuk ke Bitcoin spot ETF di AS mencapai hampir US$1 miliar pada akhir September, sementara dana Bitcoin BlackRock telah melampaui US$80 miliar dalam aset kelolaan (AUM). Laporan terbaru bahkan menyebut Vanguard sedang mempertimbangkan ulang posisinya terhadap kripto.
Data On-Chain dan Lonjakan Derivatif Bitcoin
Analisis on-chain dari XWIN pun menunjukkan cadangan Bitcoin di bursa turun dari 2,61 juta BTC pada awal September menjadi 2,49 juta BTC per 1 Oktober.
Penurunan pasokan ini menandakan lebih banyak koin berpindah ke penyimpanan jangka panjang, mengurangi potensi tekanan jual di pasar. Tren musiman Oktober yang dikenal dengan sebutan “Uptober” turut memperkuat sentimen optimistis.
Selain pergeseran on-chain, pasar derivatif juga mencatat lonjakan signifikan. Data CoinGlass menunjukkan volume perdagangan derivatif Bitcoin naik 48,66 persen menjadi US$120,32 miliar.
Open interest bertambah 6,27 persen ke level US$85,77 miliar, sementara volume opsi melompat 61,08 persen hingga mencapai US$7,40 miliar. Aktivitas derivatif yang meningkat ini mempertegas antusiasme pelaku pasar terhadap reli Bitcoin.
Dengan konvergensi faktor makro, kebijakan regulasi, insentif pajak, pergeseran pasokan on-chain, serta lonjakan di pasar derivatif, reli Bitcoin kali ini dinilai memiliki fondasi yang kuat.
Optimisme investor semakin meluas bahwa siklus bullish aset digital ini masih berlanjut, setidaknya hingga akhir tahun berjalan. [st]
Disclaimer: Konten di Blockchainmedia.id hanya bersifat informatif, bukan nasihat investasi atau hukum. Segala keputusan finansial sepenuhnya tanggung jawab pembaca.