Sebuah temuan terbaru dari firma analisis blockchain, Arkham Intelligence, telah mengungkapkan bahwa pemerintah Inggris memegang cadangan Bitcoin yang signifikan.
Analisis mengungkapkan bahwa sebuah dompet yang terhubung dengan pemerintah Inggris menyimpan sekitar 61.245 BTC, yang saat ini bernilai lebih dari US$6 miliar.
Cadangan cryptocurrency yaini berasal dari penyitaan aset milik seorang penipu yang telah dihukum, menyoroti tren yang semakin meningkat dari adopsi crypto oleh pemerintah.
Inggris Punya Bitcoin Senilai US$6 Miliar
Pemerintah Inggris telah teridentifikasi sebagai pemegang cadangan Bitcoin yang cukup besar, menurut data dari platform analitik blockchain, Arkham Intelligence.
Pada tanggal 6 Desember, Arkham mengungkapkan bahwa sebuah wallet yang terhubung dengan pemerintah Inggris menyimpan sekitar 61.245 BTC, yang saat ini bernilai sekitar US$6 miliar.
Selain itu, dompet ini juga mencatatkan keuntungan lebih dari US$28 juta dari pergerakan harga Bitcoin yang belum terealisasi.
Arkham mengonfirmasi bahwa kepemilikan BTC tersebut berasal dari aset kripto yang disita dari Zhimin Qian, seorang penipu besar yang terlibat dalam skema penipuan bernilai miliaran poundsterling.
“Pemerintah Inggris kini memegang Bitcoin senilai US$6 miliar, yang telah disimpan selama 3,5 tahun sejak disita dari Zhimin Qian pada tahun 2021,” ungkap mereka di X.
Meskipun aktivitas terakhir pada wallet tersebut terjadi tiga bulan yang lalu, aset digital yang disita tersebut pertama kali diterima tiga tahun yang lalu. Pada transfer pertama, pemerintah Inggris menerima 2.400 Bitcoin yang pada waktu itu bernilai sekitar US$93 juta.
Transfer kedua juga mencakup jumlah yang sama. Transaksi terbesar yang diterima oleh pemerintah Inggris adalah sebanyak 19.200 BTC, yang pada saat itu bernilai sekitar US$750 juta.
Adopsi Masif Bitcoin Oleh Pemerintah
Selain Inggris, banyak negara yang saat ini mulai mengadopsi aset digital tersebut sebagai salah satu bentuk investasi atau instrumen penting dalam sistem keuangan mereka.
Negara-negara ini melihat potensi besar dalam BTC sebagai instrumen yang dapat memperkuat ekonomi mereka di masa depan.
Bhutan, salah satu negara kecil di Asia, kini memiliki sekitar 12.211 BTC. Meskipun nilai aset tersebut turun dibandingkan beberapa bulan sebelumnya, Bhutan kini menjadi salah satu negara dengan cadangan Bitcoin terbesar di dunia.
Namun, yang membedakan Bhutan dengan Inggris adalah sumber aset tersebut yang berasal dari penambangan kripto (crypto mining), bukan dari penyitaan.
“Berbeda dengan kebanyakan pemerintah, BTC Bhutan tidak berasal dari penyitaan aset oleh penegak hukum, melainkan dari operasi penambangan Bitcoin yang telah meningkat secara dramatis sejak awal tahun 2023,” ungkap Arkham di X.
Selain Bhutan, negara lain yang cukup aktif mengadopsi Bitcoin adalah El Salvador. Negara ini terus membeli aset digital yang diciptakan oleh Satoshi Nakamoto tersebut secara konsisten, bahkan tercatat membeli 1 BTC setiap harinya.
Dengan strategi yang berkelanjutan, total cadangan Bitcoin mereka kini mencapai 5.956 BTC, setara dengan sekitar US$580 juta.
Keputusan El Salvador untuk mengadopsi Bitcoin sebagai mata uang legal pada tahun 2021 telah mengubah sistem keuangan, meskipun beberapa tantangan masih dihadapi dalam implementasinya.
Selain itu, aset digital tersebut juga semakin menjadi perbincangan di Amerika Serikat, terutama setelah adanya rumor mengenai adopsi aset digital tersebut oleh pemerintah AS.
Presiden terpilih ini telah mengungkapkan secara terbuka dukungannya terhadap kripto, bahkan dalam laporan sebelumnya terdapat skenario terkait dengan menimbun 1 juta BTC sebagai cadangan Bitcoin nasional.
Skenario Rencana AS Timbun 1 Juta Bitcoin, Hanya Demi Dominasi Dolar?
Jika langkah ini benar-benar terwujud, hal ini bisa menjadi tonggak sejarah penting dalam adopsi crypto secara global, membuka peluang bagi negara lain untuk mengikuti jejak tersebut dalam merangkul Bitcoin sebagai bagian penting dari sistem keuangan mereka. [dp]