Di tengah koreksi yang cukup tajam sejak awal bulan Februari, analis justru melihat sinyal harga Bitcoin (BTC) sudah masuk wilayah bull market.
Awal bulan ini cukup tidak menyenangkan untuk kripto utama karena data NFP AS yang dirilis mendorong kembali minat investor pada dolar AS, meninggalkan aset berisiko seperti kripto dan saham.
Sinyal Bullish untuk BitcoinÂ
Berdasarkan laporan Market Watch, Pendiri dan Mitra Pengelola di Pantera Capital Dan Morehead, melihat bahwa harga BTC sudah memasuki bull market.
Morehead melihat apa yang tengah terjadi di pasar kripto saat ini, yaitu koreksi tajam, tetapi menganggap itu sebagai tanda dimulainya sinyal bullish baru untuk Bitcoin.
Menurutnya, koreksi yang terjadi saat ini masih tak seberapa dibandingkan pemulihan yang dibangun sejak awal tahun, lebih dari 37 persen untuk harga BTC.
Dalam sebuah catatan, Morehead mengungkapkan bahwa bear market yang terjadi pada Bitcoin dimulai pada November 2021 dan telah berakhir pada November 2022. Itu berlangsung selama 376 hari.
Dia mengatakan bahwa bearish telah berakhir karena rata-rata dari kondisi ini di masa lalu adalah 307 hari.
Morehead juga menyoroti penurunan yang terjadi di masa lalu, di mana itu mencapai 73 persen. Sementara, pada bearish terbaru saat ini telah mencapai 77 persen.
“Bear market baru-baru ini juga menjadi satu-satunya yang menghapus semua keuntungan dari bull market sebelumnya dan menghasilkan kerugian yang lebih besar lagi,” tambah Morehead.
Selain itu, Pendiri Pantera Capital tersebut juga mewaspadai ketidakpastian di sisi ekonomi makro dan masih tingginya angka inflasi, serta kekhawatiran resesi yang belum menghilang.
Dalam jangka panjang, Morehead secara jelas melihat bahwa era bullish sudah tiba untuk harga Bitcoin, terlepas dari potensi koreksi yang masih membayangi sebelum kembali melesat.
Menjadi Lindung Nilai Inflasi?
Di sisi lain, Direktur Pelaksana di Swan Bitcoin dan Mantan Eksekutif di Goldman Sachs John Haar, melihat bahwa Bitcoin masih dapat dianggap sebagai aset untuk lindung nilai inflasi.
Melihat angka inflasi AS yang sejatinya masih tinggi, Haar menilai saat ini masih menjadi waktu yang tepat untuk membeli Bitcoin, belum terlambat.
“Bitcoin, yang memiliki persediaan terbatas sebesar 21 juta, merupakan lindung nilai terhadap kebijakan moneter ekspansif, yang seringkali mengarah pada peningkatan tingkat inflasi,” ujar Haar.
Menurutnya, jika investor harus menunggu data inflasi sebelum membeli, itu justru akan membuat mereka terlambat karena ekspansi moneter sering kali menyebabkan harga konsumen naik secara lambat. [st]