Solana Labs kembali meluncurkan smartphone berbasis blockchain terbarunya, Seeker, yang diharapkan membawa berbagai peningkatan signifikan dari pendahulunya, Saga.
“Kami telah fokus dalam mode pengembangan selama berbulan-bulan, dan kami sangat bersemangat untuk memperlihatkan apa yang telah kami kerjakan. Memperkenalkan babak baru dari Solana Mobile: Solana Seeker,” sebut Solana Mobile pada pengumuman resminya, Kamis (19/9/2024).
Namun, sejarah tidak selalu berpihak pada inovasi teknologi. Di tengah gempuran persaingan pasar smartphone yang ketat, pertanyaan utama muncul: akankah Solana Seeker bersaing, atau bernasib sama dengan ponsel blockchain lainnya seperti Sirin Labs yang gagal?
Mengapa Sirin Labs Gagal?
Sirin Labs adalah salah satu pelopor dalam menghadirkan ponsel berbasis blockchain dengan merilis Finney pada 2018.
Dengan klaim sebagai ponsel blockchain pertama di dunia, Finney hadir dengan berbagai fitur canggih, termasuk dompet cold storage untuk menyimpan aset kripto dan kemampuan menukar token secara langsung di dalam perangkat.
Namun, sayangnya, hype teknologi ini tidak cukup untuk menarik perhatian pasar yang lebih luas.
Dijual dengan harga sekitar US$999, ponsel ini dianggap terlalu mahal, terutama karena konsumen tidak merasa terlalu membutuhkan dompet cold storage di dalam ponsel mereka.
Konsumen umumnya membeli ponsel berdasarkan fungsi sehari-hari yang relevan, seperti performa, kamera, daya tahan baterai, dan pengalaman pengguna. Fitur blockchain, meskipun inovatif, tidak menawarkan nilai tambah yang cukup dalam aspek-aspek ini.
Penjualan Finney pun jauh di bawah ekspektasi. Sirin Labs terpaksa merumahkan sebagian karyawannya dan mengalihkan fokus bisnisnya ke pengembangan perangkat lunak setelah penjualan yang “lebih rendah dari yang diharapkan”.
Kegagalan ini menunjukkan bahwa menawarkan teknologi canggih seperti blockchain tanpa mempertimbangkan kebutuhan nyata konsumen adalah kesalahan besar.
Harga Smartphone Solana Saga Meroket di Tengah Hype Seputar BONK
Sejarah Kelam Saga: Antara Harapan dan Realita
Saga, ponsel pertama dari Solana Labs, juga mengalami nasib yang serupa. Meskipun Saga diluncurkan dengan ambisi besar sebagai smartphone berbasis blockchain yang akan mengubah cara pengguna berinteraksi dengan kripto, realita di lapangan berbicara lain.
Dilansir dari Dailycoin, Solana Labs awalnya menargetkan penjualan antara 25.000 hingga 50.000 unit, namun hasil akhirnya hanya mencapai sekitar 24.000 unit yang terjual.
Salah satu alasan utama Saga kesulitan di pasar adalah kurangnya daya tarik di luar komunitas kripto yang relatif kecil.
Sama seperti Finney dari Sirin Labs, Saga terlalu fokus pada pasar niche pengguna kripto dan gagal menawarkan daya tarik yang relevan bagi konsumen umum.
Meskipun Saga memiliki keunggulan seperti dompet kripto bawaan dan kemampuan untuk mengumpulkan airdrop, ponsel ini tetap gagal dalam memenuhi ekspektasi penjualan.
Harapan Baru Blockchain di Pasar Smartphone
Dengan Seeker, Solana Labs berusaha memperbaiki kesalahan yang dibuat saat meluncurkan Saga.
Seeker dijanjikan hadir dengan berbagai peningkatan, baik dari sisi hardware maupun fitur blockchain yang lebih canggih.
Peningkatan utama yang diusung adalah spesifikasinya, dimulai dari daya tahan baterai yang lebih baik, kamera hingga 108 MP, memori internal 128 GB, RAM 8 GB, dan desain yang lebih ringan, menjadikannya lebih kompetitif di pasar smartphone.
Namun, daya tarik utama Seeker masih terletak pada integrasi blockchain-nya. Salah satu fitur yang paling diunggulkan adalah dompet kripto khusus yang terhubung dengan Seed Vault, memberikan keamanan tambahan bagi pengguna kripto dalam mengelola aset digital mereka.
Selain itu, Seeker juga mengimplementasikan AI serta memiliki toko aplikasi independen yang disebut Dapp Store, yang memungkinkan pengembang untuk meluncurkan aplikasi blockchain.
Solana berharap dapat menciptakan ekosistem aplikasi yang kaya dan bermanfaat, yang tidak hanya menarik minat pengembang tetapi juga mampu memberikan nilai tambah yang nyata bagi pengguna ponsel.
Tantangan yang Dihadapi Solana Seeker
Meski demikian, Seeker akan menghadapi tantangan besar di pasar smartphone yang sudah dikuasai oleh pemain-pemain besar seperti Apple dan Samsung.
Kedua perusahaan ini memiliki ekosistem yang sangat kuat dan basis pengguna yang luas, membuat mereka sulit ditandingi oleh produk-produk baru yang fokus pada niche seperti Seeker.
Apple masih mendominasi pasar smartphone dengan lebih dari 30 persen pangsa pasar, diikuti oleh Samsung dengan 24 persen.
Untuk bersaing di pasar ini, Solana harus menawarkan lebih dari sekadar teknologi blockchain. Konsumen umum tidak akan tertarik hanya karena teknologi tersebut.
Mereka menginginkan ponsel yang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka, baik dari sisi performa, kamera, hingga daya tahan baterai seperti yang sudah ditawarkan oleh kedua merek tersebut.
Lalu, jika Solana berencana menyasar konsumen umum, apakah Seeker mampu bersaing?
Akankah Solana Seeker Berhasil?
Meski tantangannya besar, Solana Seeker memiliki peluang untuk berhasil, terutama di kalangan pengguna kripto yang tech-savvy.
Namun, di tengah pasar smartphone yang didominasi oleh raksasa seperti Apple dan Samsung, pertanyaan besarnya adalah apakah Seeker dapat bersaing dan menarik pasar yang lebih luas.
Walaupun begitu, ada harapan baru dengan Solana Seeker, terutama karena Seeker yang dibanderol dengan harga US$450, penjualannya sudah berhasil mencapai 140.000 unit.
“Solana Mobile mengungkapkan bahwa ‘Solana Seeker’ telah melampaui 140.000 pemesanan awal,” ujar akun SolanaFloor di media sosial X.
Ini menunjukkan minat yang cukup tinggi dari pengguna kripto dan penggemar teknologi.
Jika Solana mampu memenuhi kebutuhan pasar yang lebih luas dan tidak hanya fokus pada fitur blockchain, Seeker mungkin akan menjadi langkah besar menuju adopsi teknologi blockchain yang lebih luas dalam perangkat mobile. [dp]