Contoh Header Banner Blockchainmedia

Stablecoin Buatan Konsorsium Bank AS Dikabarkan Segera Meluncur

Sejumlah bank terbesar di negeri Paman Sam, yakni JPMorgan, Bank of America, Citigroup, dan Wells Fargo—dilaporkan tengah menjajaki kemungkinan peluncuran stablecoin secara bersama-sama. 

Kabar ini pertama kali mencuat lewat laporan The Wall Street Journal pada 22 Mei lalu, yang secara khusus mengutip sumber-sumber yang mengetahui secara langsung diskusi internal tersebut.

Konsorsium ini kabarnya juga akan melibatkan lembaga lain seperti Early Warning Services, induk dari jaringan pembayaran Zelle serta Clearing House, yang dikenal sebagai infrastruktur penting dalam sistem pembayaran domestik AS.

Namun, pembentukan mata uang fiat berbasis kripto ini masih berada pada tahap awal. Belum ada keputusan final yang diambil, dan rencana peluncuran tetap sangat bergantung pada kondisi regulasi kripto serta permintaan pasar.

GENIUS Act: Regulasi Stablecoin Semakin Dekat

Secara kebetulan, kabar tentang peluncuran stablecoin oleh konsorsium bank di AS berlangsung seiring dengan perkembangan di Washington. Dilansir dari laporan CNN pada 20 Mei lalu, senat telah memberikan lampu hijau untuk melanjutkan pembahasan RUU tersebut.

GENIUS Act bertujuan untuk menciptakan sebuah kerangka hukum yang jelas untuk mata uang fiat berbasis kripto, terutama dalam jaminan aset (collateralization) dan kepatuhan terhadap Anti-Money Laundering (AML).

Kongres AS Ajukan STABLE Act, Regulasi Stablecoin Kian Jelas

Langkah ini dipandang sebagai sinyal positif bagi industri kripto yang telah lama menantikan kejelasan regulasi. Pejabat kripto Gedung Putih, David Sacks, menyampaikan optimisme bahwa RUU tersebut akan lolos dengan dukungan bipartisan. 

Namun, ketegangan politik tetap membayangi. Sejumlah tokoh Partai Demokrat dikabarkan ingin menambahkan klausul dalam RUU tersebut, termasuk Senator Jeff Merkley yang berencana mengajukan amandemen.

“Menyetujui GENIUS Act tanpa amandemen antikorupsi dari kami sama saja dengan memberi persetujuan dari Kongres atas tindakan Trump yang menjual akses dan pengaruh kepada penawar tertinggi,” tegasnya di X, Jumat (23/05/2025).

Usulan itu muncul setelah Trump dan keluarganya meluncurkan World Liberty Financial. Proyek tersebut memperkenalkan stablecoin bernama USD1, yang memicu kekhawatiran bahwa presiden AS dapat meraup keuntungan dari regulasi yang ia atau partainya dukung.

Siapa yang Akan Menguasai Pasar Stablecoin?

Langkah strategis bank-bank besar AS tampaknya tidak datang dari ruang hampa. Permintaan terhadap stablecoin memang tengah melonjak tajam. Selama tahun 2024, volume transaksi mata uang fiat berbasis kripto dilaporkan mencapai angka yang cukup mencengangkan, sekitar US$15,7 triliun. 

Transaksi Stablecoin Sentuh Rp560 Kuadriliun, Salip Visa

Melihat tren tersebut, bukan hanya bank yang ingin mencicipi pasar ini. Berbagai perusahaan raksasa seperti Visa, Stripe, Meta, dan bahkan Mitsubishi juga dikabarkan tengah merancang stablecoin versi mereka sendiri.

Tak ketinggalan, Rusia juga disebut-sebut tengah menjajaki proyek stablecoin, menyusul kabar sebelumnya bahwa mereka diblokir oleh Tether. Langkah ini sejalan dengan upaya penguatan sistem keuangan alternatif yang tengah digencarkan negara tersebut.

Saat TradFi Bertemu DeFi

Kolaborasi antara lembaga keuangan tradisional (TradFi) dan teknologi blockchain berbasis stablecoin bisa menjadi titik temu dua dunia yang sebelumnya saling berjauhan. 

Meski regulasi tetap menjadi kunci utama, arah angin tampaknya sudah mulai terlihat: institusi besar tak lagi mengabaikan potensi teknologi blockchain dan juga cryptocurrency.

Riset Coinbase Ungkap Lonjakan Minat Institusi terhadap Kripto

Jika proyek mata uang fiat berbasis kripto yang digagas oleh konsorsium bank besar AS ini berhasil, maka bukan hanya sistem pembayaran yang akan berubah, tetapi juga peta dominasi institusi finansial. 

Dalam dunia yang makin terkoneksi, siapa yang mampu memadukan kepercayaan tradisional dengan kecepatan digital, akan memimpin peralihan menuju masa depan keuangan yang lebih inklusif dan efisien. [dp]

Terkini

Warta Korporat

Terkait