Stablecoin diperkirakan akan mencatat volume pembayaran lintas batas hingga US$1 triliun per tahun pada 2030.
Proyeksi ini disampaikan dalam laporan terbaru bertajuk “Stablecoin Payments: The Trillion Dollar Opportunity” yang dirilis perusahaan penyedia likuiditas aset digital Keyrock bekerja sama dengan platform kripto asal Amerika Latin, Bitso.
Studi tersebut menilai stablecoin akan menjadi jalur pembayaran dominan di berbagai sektor bisnis maupun konsumen dalam lima tahun mendatang.
Proyeksi ini didukung oleh meningkatnya kecepatan adopsi keuangan terdesentralisasi (DeFi), kemudahan transaksi, serta biaya yang jauh lebih rendah dibandingkan sistem perbankan tradisional.
Menurut laporan, pembayaran menggunakan stablecoin dapat memangkas biaya hingga 13 kali lipat lebih murah dibandingkan sistem tradisional yang rata-rata memakan biaya 13 persen untuk remitansi lintas batas.
Selain itu, proses penyelesaian transaksi yang dapat berlangsung dalam hitungan detik dipandang sebagai keunggulan utama.
“Stablecoin adalah bukti utama pertama bahwa nilai digital lebih efisien, lebih cepat dan lebih murah untuk dipindahkan. Kami ingin menjadi jembatan antara sistem keuangan digital dan tradisional,” ujar CEO Keyrock, Kevin de Patoul.
Sektor B2B dan P2P Jadi Motor Pertumbuhan Stablecoin
Laporan Keyrock dan Bitso menyoroti bahwa adopsi stablecoin paling pesat akan terjadi di tiga sektor utama, yakni pembayaran antarperusahaan (B2B), transaksi antarindividu (P2P), dan pembayaran berbasis kartu. Ketiga sektor ini dinilai sebagai titik masuk penting bagi integrasi stablecoin dalam sistem keuangan global.
Dalam pasar valuta asing (FX), stablecoin juga menawarkan potensi besar melalui mekanisme penyelesaian on-chain.
Berbeda dengan pasar FX tradisional yang membutuhkan waktu T+2 untuk settlement, stablecoin memungkinkan pertukaran nilai dilakukan secara instan tanpa risiko pihak ketiga. Model ini disebut mampu menggantikan peran bank koresponden dalam transaksi lintas negara.
Adopsi stablecoin saat ini telah mencakup 1 persen dari total M2 AS, atau ukuran pasokan uang dalam perekonomian. Laporan memperkirakan angka itu bisa naik ke level 2,6 hingga 10,4 persen pada 2030, tergantung pada tingkat adopsi.
Dalam skenario optimistis, stablecoin bahkan berpotensi mencapai 25 persen dari pasar Treasuri AS, yang akan membawa dampak langsung terhadap mekanisme kebijakan moneter.
“Dalam jangka panjang, kami yakin setiap lembaga keuangan harus mendukung infrastruktur stablecoin dalam beberapa bentuk. Baik itu dompet, penyelesaian on-chain, atau deposito yang ditokenisasi, semuanya akan segera hadir. Permintaan klien sudah ada, terutama dari negara-negara berkembang di mana gesekan perbankan paling tinggi,” ujar Manajer Umum di First Digital, Devere Bryan.
Regulasi dan Ekosistem Perluasan Pasar
Selain faktor teknologi dan efisiensi biaya, kerangka regulasi juga menjadi kunci. Di AS, undang-undang GENIUS Act mulai memberikan kepastian hukum bagi penerbitan stablecoin, sementara Uni Eropa telah menerapkan regulasi MiCA (Markets in Crypto Assets).
Regulasi ini dinilai penting untuk memperkuat kepercayaan investor sekaligus memperluas adopsi oleh sektor institusional.
Pertumbuhan kapitalisasi pasar stablecoin juga menunjukkan tren menguat. Data terbaru mencatat nilai pasar stablecoin telah melampaui US$271 miliar pada Agustus 2025, melonjak signifikan dari hanya sekitar US$5 miliar pada 2020.
Lonjakan tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan dari bisnis yang mencari alternatif penyimpanan dana dengan imbal hasil, menggantikan deposito bank yang tidak menawarkan bunga.
Ekosistem stablecoin juga semakin matang dengan keterlibatan berbagai pemain besar, seperti Circle, Ripple, Gnosis Pay, Ondo Finance, hingga MANSA. Dalam laporan setebal lebih dari 90 halaman tersebut, lebih dari 45 pakar industri memberikan pandangan mengenai masa depan stablecoin sebagai infrastruktur keuangan global. [st]
Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.