Staf Senat Amerika Serikat (AS) mengusulkan menggunakan teknologi blockchain untuk kebutuhan voting. Hal itu tertuang dalam dokumen senat terbaru pada 30 April 2020 lalu, menjelang masa reses wakil rakyat itu di tengah pandemi COVID-19. Apakah aman?
“Sebagai tambahan, senat bisa mempertimbangkan blockchain agar proses voting bisa berlangsung aman dalam jarak jauh. Banyak pihak mengatakan teknologi itu ampuh dalam konteks voting elektronis. Estonia sudah melakukan itu,” tercantum dalam dokumen itu, di halaman 25.
Namun staf senat juga mempertimbangkan aspek kerentanan, bahwa ketika jaringan blockchain dikuasai sebesar 51 persen oleh entitas tertentu, maka keabsahan voting diragukan. Secara teoritik dan praktis, situasi itu memang sangat memungkinkan, dengan dampak adanya manipulasi hasil voting.
“Kerentanan pada software yang digunakan juga harus menjadi perhatian lebih,” sebut staf senat.
Oleh sebab itu, jika kelak blockchain digunakan untuk voting, staf senat mengusulkan agar penerapannya harus sebaik mungkin. Tidak ada disebutkan apakah akan menggunakan jenis private blockchain.
Wacana voting berbantuan blockchain sudah sejak lama bergulir dan dipraktikkan. Perangkat untuk membuat voting berbasis blockchain pun tersedia saat ini, tinggal mengembangkannya saja, kata Wisnu Uriawan peneliti blockchain asal Indonesia di pusat penelitian LIRIS, Perancis, April 2020 lalu.
Katanya, contoh percobaan terbaik adalah oleh Partai Demokrat Thailand yang menggunakan blockchain Zcoin untuk memilih ketua umum pada beberapa tahun lalu.