Strategy akan Jual Bitcoin? 2026 Jadi Tahun Penentu

Ketidakpastian ekonomi kembali mengguncang pasar global. Dampak perang dagang sejak era Trump kini meluas ke sektor kripto, dengan fluktuasi harga yang turut menekan berbagai perusahaan, termasuk Strategy, yang sebelumnya dikenal sebagai MicroStrategy.

Kabar terbaru menyebutkan bahwa Strategy mungkin akan menjual sebagian aset Bitcoin-nya pada tahun 2026. Meskipun belum resmi, pernyataan ini menimbulkan banyak spekulasi dan kekhawatiran, mengingat posisi mereka sebagai salah satu pemegang BTC terbesar di dunia.

Berdasarkan data terbaru dari platform Saylortracker, perusahaan yang dipimpin oleh Michael Saylor tersebut memiliki sekitar 528.000 BTC dengan nilai US$43 miliar atau sekitar Rp709 triliun.

Hutang Menumpuk, Bitcoin Jadi Korban

Dalam dokumen Form 8-K yang diajukan pada 7 April ke SEC, tim hukum Strategy mengungkapkan bahwa ada kemungkinan besar perusahaan harus melepas sebagian Bitcoinnya.

“Jika kami tidak dapat memperoleh pendanaan ekuitas atau utang secara tepat waktu, dengan syarat yang menguntungkan, atau bahkan sama sekali tidak mendapatkannya, kami mungkin terpaksa menjual Bitcoin untuk memenuhi kewajiban keuangan kami,” demikian tertulis dalam dokumen tersebut.

Terdapat sejumlah alasan mengapa Strategy harus mempertimbangkan penjualan sebagian BTC-nya dalam waktu dekat. Alasan utama adalah tekanan finansial akibat utang besar yang telah ditanggung perusahaan.

Melansir informasi dari situs resminya, saat ini Strategy memiliki utang sebesar US$8,2 miliar dan sebagian besar jatuh tempo antara tahun 2028 hingga 2032. Namun, tekanan terhadap arus kas bisa terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan.

Total Hutang Strategy
Total Hutang Strategy

Jika harga Bitcoin terus menurun—yang saat ini telah turun lebih dari 15 persen sejak awal tahun—dan margin keuntungan atas cadangan Bitcoin tetap tipis di bawah 15 persen, Strategy bisa mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan dividen.

Dividen Tinggi Jadi Pisau Bermata Dua

Selain beban bunga utang yang terus membebani, Strategy juga memiliki kewajiban untuk membayar dividen yang tinggi kepada dua seri pemegang saham preferen, yaitu STRK dan STRF, masing-masing dengan imbal hasil sebesar 8 persen dan 10 persen.

Kewajiban pembayaran dividen tersebut bersifat permanen dan, pada akhirnya, menambah tekanan finansial yang semakin besar pada perusahaan yang sebelumnya bernama MicroStrategy ini.

Strategy Rilis Saham Baru, Janjikan Dividen hingga 18 Persen!

Meskipun pelunasan pokok utang belum jatuh tempo dalam waktu dekat, para investor dan analis pasar kini mulai memperhitungkan risiko yang mengintai tersebut sejak saat ini, mengingat ketidakpastian yang terus meningkat.

Strategy Pindahkan Bitcoin, Investor Cemas

Dengan berbagai rumor yang beredar, langkah ini tampaknya sudah dimulai. Berdasarkan data on-chain yang dilaporkan oleh Sani, pendiri TimechainIndex, Strategy diketahui telah memindahkan BTC senilai US$700 juta.

“Strategy telah memindahkan sekitar 8.450 BTC (senilai sekitar US$700 juta pada saat itu) dalam sepekan terakhir,” tulisnya di X, Rabu (08/04/2025).

Meskipun pergerakan ini awalnya diduga hanya sebagai pemindahan ke wallet baru, banyak pihak mencurigai bahwa pemindahan tersebut bisa terkait dengan penjualan langsung atau sebagai jaminan untuk pinjaman baru.

Pengamat senior, Peter Schiff, bahkan pernah menyebutkan bahwa jika harga BTC mengalami koreksi tajam, Strategy berpotensi bangkrut. Pernyataan ini semakin relevan mengingat kondisi perusahaan yang kini sangat bergantung pada performa Bitcoin. 

Peter Schiff: Kejatuhan Bitcoin Bisa Jadi Akhir dari Strategy

Dengan berbagai tekanan keuangan dan ketidakpastian ekonomi, tahun 2026 bisa menjadi tahun krusial bagi Strategy—antara bertahan dengan strategi akumulasi yang sudah dimulai saat masih menggunakan nama MicroStrategy, atau mulai melakukan divestasi besar-besaran. [dp]

Terkini

Warta Korporat

Terkait