BTC telah mengubah dinamika pasar saat ini, bukan hanya sebagai instrumen spekulatif bagi investor ritel, tetapi juga berkembang menjadi sebuah aset strategis. Hal ini tercermin dari salah satu perusahaan dengan kepemilikan treasury Bitcoin terbesar, Strategy, yang kini dinarasikan berpeluang masuk ke indeks prestisius S&P 500.
Strategy Inc. dan Jalan Menuju Indeks Bergengsi
Menurut Bloomberg pada Kamis (04/09/2025), Strategy masuk dalam kandidat potensial S&P 500. Posisi ini mengejutkan banyak pihak karena dianggap mustahil. Lonjakan keuntungan tak terealisasi sebesar US$14 miliar di kuartal terakhir membuat perusahaan memenuhi salah satu syarat utama, yaitu profitabilitas.
Jika masuk, dampaknya bisa signifikan. Dana pasif yang mengikuti S&P 500 harus membeli hampir 50 juta saham Strategy dengan nilai sekitar US$16 miliar, menurut analisis Stephens Inc.

Bagi Saylor, langkah ini menjadi lebih dari sekadar pencapaian finansial. Masuknya Strategy ke indeks akan memberi legitimasi institusional pada strategi akumulasi Bitcoin senilai hampir US$70 miliar, yang selama ini dianggap nekat oleh para skeptis.
Namun, jalan menuju indeks S&P 500 tidaklah mudah. Komite S&P tidak hanya melihat profit, tetapi juga mempertimbangkan likuiditas, kapitalisasi pasar, riwayat kinerja, hingga keseimbangan sektor.
Dari sisi ukuran, perusahaan Strategy terbilang kuat dengan kapitalisasi pasar mencapai US$90 miliar. Bahkan, Stephens mencatat perusahaan ini memiliki rasio likuiditas tertinggi dibanding kandidat lain seperti AppLovin, Robinhood, dan Carvana.
Dukungan Kuat, Namun Skeptisisme Tetap Membayangi
Masuknya Coinbase dan Block Inc. ke S&P 500 tahun lalu menjadi sinyal bahwa komite mulai membuka ruang bagi perusahaan aset digital. Langkah ini dipandang sebagai pembuka jalan bagi pemain besar lain di industri kripto untuk mendapat tempat di indeks prestisius tersebut.
Menurut Melissa Roberts, Managing Director di Stephens, keputusan itu menandai arah baru komite yang kini memberi ruang lebih besar bagi perusahaan aset digital. Ia menekankan pentingnya representasi pemain utama di industri ini.
“Itu adalah pernyataan bahwa mereka ingin membangun kelompok industri ini ketika mereka memasukkan Coinbase. Mereka peduli untuk menghadirkan representasi dari perusahaan terkemuka di S&P 500. Jadi, jika ada pihak yang menjadi pemain besar di sektor ini, sulit untuk mengabaikannya,” jelasnya.
Namun, dukungan tersebut belum cukup menghapus skeptisisme terhadap Strategy. Model bisnis yang bertumpu pada penerbitan utang dan saham demi membeli Bitcoin dianggap rapuh oleh sebagian analis.
Volatilitas saham juga menjadi sorotan, dengan pergerakan mencapai 96 persen dalam 30 hari terakhir—jauh di atas Nvidia dan Tesla. Kekhawatiran investor semakin besar setelah saham Strategy anjlok 17 persen pada Agustus, diperparah oleh kegagalan penjualan saham preferen yang memaksa perusahaan beralih ke penerbitan saham biasa.

Meski peluang terbuka, pakar tetap memberi peringatan. Edward Yoon dari Macquarie Capital menekankan bahwa walaupun terpenuhi, terdapat berbagai faktor penting lain yang juga mendasarinya dan keputusan akhir tetap berada di komite.
“Penting untuk dicatat bahwa memenuhi persyaratan kelayakan tidak menjamin inklusi. Komite S&P memiliki wewenang penuh, dan memprediksi keputusannya semakin sulit,” kata Yoon.
S&P 500: Panggung Berikutnya bagi Strategy?
Bagi Michael Saylor, 2025 kerap disebut sebagai tahun penentu. Masuknya Strategy ke Nasdaq 100 pada Desember lalu memang menjadi langkah penting, namun S&P 500 adalah panggung yang jauh lebih besar dengan aset hampir US$10 triliun yang mengikutinya.
Kini perhatian investor global tertuju pada langkah berikutnya: akankah Saylor berhasil mencatatkan salah satu pencapaian terbesar dalam sejarah adopsi institusional Bitcoin, atau justru harus kembali menunggu momentum yang lebih tepat? [dp]
Disclaimer: Konten di Blockchainmedia.id hanya bersifat informatif, bukan nasihat investasi atau hukum. Segala keputusan finansial sepenuhnya tanggung jawab pembaca.