Suku bunga The Fed masih tinggi ditengarai sebagai akar penyebab harga kripto, termasuk Bitcoin akan terus rendah. Kebijakan yang akan diteruskan pada FOMC September ini akan membuat terus menguatnya dolar di mata internasional.
Oleh: Muhammad Syafi’i Nurullah
Penulis adalah Pengamat Aset Kripto
Penutupan harga Bitcoin sendiri pada Agustus 2022 berada tipis di angka US$20.000 dan kripto nomor wahid itu anjlok ke US$18.540 per 7 September 2022 pagi, akibat indeks dolar AS (DXY) yang terus menguat hingga menembus angka 110,6.
Selama Agustus lalu investor pasar kripto sempat dibuai oleh reli pendek ketika Bitcoin berhasil menyentuh angkaUS$25.000, sebelum akhirnya berbalik arah hingga kembali bergerak di bawah US$20.000 pada September saat ini.

Kemunculan reli pendek sebelum kejatuhan lebih lanjut sering kali mengecoh banyak investor, banyak dari mereka yang bingung dengan situasi pasar.
“Apakah pasar kripto membaik?”
“Apakah pasar bearish sudah selesai?”
“Apakah ini titik terendah Bitcoin?”
Suku Bunga The Fed Masih Tinggi, Kripto Pantang untuk Dibeli
Gubernur Bank Sentral AS (Fed) Jerome Powell semakin getol menunjukkan sikap serius dalam mengatasi inflasi yang sedang menyerang Amerika Serikat. Dalam sejumlah pidatonya, ia mengindikasikan bahwa suku bunga The Fed bisa naik lebih tinggi dibandingkan target 3,8 persen pada bulan Juli lalu.
”Kenaikan suku bunga yang lebih tinggi dalam tindakan berikutnya bisa terjadi,” kata Powell beberapa waktu lalu.
Pendapat senada juga disampaikan oleh Presiden Federal Reserve Bank Minneapolis Neel Kashkari, ia menyatakan bahwa inflasi sudah terlalu tinggi dan suku bunga Fed harus dinaikkan hingga di atas 4 persen.
Sikap The Fed yang hawkish ini tentu akan memberi dampak serius pada pasar keuangan global, investor akan cenderung menarik uangnya dari aset berisiko seperti kripto dan saham ke aset yang lebih aman.
Pada pasar saham, kenaikan suku bunga berpotensi menghambat pertumbuhan perusahaan karena biaya bisnis yang harus dikeluarkan semakin tinggi.
Sedangkan pada pasar kripto, seperti yang kita ketahui bahwa belakangan ini korelasi antara pasar saham dengan kripto semakin tinggi.
Biasanya pasar kripto akan memberikan respons yang lebih agresif dibandingkan pasar saham ketika menerima guncangan ekonomi semacam ini.
Korelasi Antara Pasar Saham dengan Pasar Kripto Meningkat Ketika Terjadi Krisis
Laporan State of Crypto terbaru yang dikeluarkan oleh 21Shares menunjukkan satu sorotan menarik, korelasi antara Bitcoin dengan index saham S&P 500 meningkat selama Maret 2020 ketika dunia dilanda krisis akibat pandemi COVID-19.
Data yang ada menunjukkan bahwa pasar saham Amerika Serikat mengalami penurunan sebesar 12,4 persen dan direspons lebih agresif oleh Bitcoin dengan penurunan sebesar 25 persen. Korelasi antara kedua jenis aset juga meningkat dari yang awalnya berada di angka 0,15 ke 0,53 (dari skala 1).
Situasi ini menunjukkan adanya kemungkinan kenaikan korelasi antara pasar saham dan kripto selama masa krisis, keputusan The Fed di 20-21 September mendatang akan menjadi penentu kondisi pasar selanjutnya.
Sampai Kapan Sebaiknya Belanja Kripto Ditahan?
Akan sulit untuk aset berisiko seperti Bitcoin mengalami kenaikan ketika kebijakan ekonomi Amerika yang berdampak pada situasi global sedang tidak bersahabat. Investor legendaris seperti Michael Burry juga sudah mengamini kemungkinan ini. Ia menyatakan bahwa pasar saham akan kian memburuk dan pasar kripto akan ikut terseret ke dalamnya.
Investor kripto harus lebih bersabar dalam menunggu momentum yang tepat untuk masuk ke dalam pasar, laman Trading Economics memproyeksikan bahwa suku bunga di Amerika baru akan melandai di kuartal ke-3 sampai kuartal ke-4 tahun 2023 nanti.


Sedangkan inflasi di Amerika kemungkinan besar akan terus membaik selama beberapa kuartal ke depan. Namun, masih tingginya suku bunga acuan The Fed akan menyebabkan dolar AS terus melejit ke titik tertinggi barunya.
Di saat seperti itu risiko investasi di pasar kripto akan menjadi jauh lebih tinggi. Tentu akan lebih bijak jika kamu mengalokasikan dana investasi ke aset yang lebih aman, tidak ke saham dan kripto terlebih dahulu.
Atau dengan kata lain, tunggulah di masa depan ketika The Fed memang benar-benar akan memangkas suku bunganya lagi, ketika inflasi sudah turun menjadi 2 persen. [ps]
Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.