Surat utang (obligasi) perusahaan yang bisa diperdagangkan menggunakan Bitcoin di bursa aset kripto Fusang, Malaysia akhirnya batal.
12 November 2020 lalu diwartakan, bahwa China Construction Bank (CCB), bank raksasa asal Tiongkok, mengumumkan rencana mereka menjual surat utang (bond/obligasi) perusahaan bertenaga blockchain.
Produk keuangan itu bahkan kelak bisa dibeli menggunakan Bitcoin (BTC) di bursa aset digital Fusang, yang bermarkas Labuan, Malaysia.
Produk investasi itu direncanakan diperdagangkan pada Jumat, 13 November 2020. Namun, 20 November 2020 lalu Fusang mengumumkan, bahwa perdagangan itu resmi dibatalkan, dilansir dari Coindesk, hari ini, sekaligus dievaluasi lebih lanjut.
Kala itu, dilansir dari South China Morning Post (SCMP), langkah agresif itu adalah kali pertama oleh bank asal Tiongkok. Nilai produk keuangan yang dijual dan bisa dibeli menggunakan Bitcoin itu tak tanggung-tanggung, yakni mencapai US$3 miliar.
Kendati oleh bank besar Tiongkok, obligasi itu tidak bisa dibeli oleh warga Tiongkok. Lalu, karena bertenaga blockchain, maka produk keuangan itu diharapkan bisa diakses oleh investor retail dan bercakupan lebih luas.
Berdasarkan keterangan pihak bursa aset digital Fusang 11 November 2020, obligasi digital yang pertama akan diperdagangkan adalah Longbond SR Notes (“LBFEB21”) yang akan diterbitkan oleh perusahaan Longbond Ltd.
“China Construction Bank Labuan sebagai ‘lead arranger‘ bersama Fusang akan mengatur penerbitan obligasi itu dalam bentuk digital menggunakan blockchain dan akan diperdagangkan di bursa aset digital Fusang,” sebut Fusang.
Pihak Fusang menambahkan, dengan obligasi digital ini, baik investor ritel maupun investor institusi secara global akan memiliki akses langsung melalui bursa Fusang dengan nilai investasi mulai dari US$100.
“Investor juga akan dapat melakukan perdagangan langsung menggunakan Bitcoin (BTC). Langkah ini akan membawa legitimasi dan kepercayaan investor ke dunia cryptocurrency dan keuangan terdesentralisasi (DeFi), karena dijamin oleh hukum,” sebut Fusang.
Felix Feng Qi, Principal Officer China Construction Bank Labuan mengatakan, melalui cara itu pihaknya memainkan peran besar sebagai pelopor menerbitkan obligasi bertenaga blockchain.
“Penerbitan ini berfungsi untuk mempersempit kesenjangan antara fintech dan pasar keuangan yang lebih luas. CCB Labuan akan terus berupaya memperluas batasan teknologi untuk menyediakan produk dan layanan bernilai tambah bagi pelanggan, klien dan rekan kami,” kata Felix.
Apa itu Obligasi Digital?
Secara prinsip, obligasi digital bertenaga blockchain adalah hasil proses tokenisasi terhadap objek bernilai itu menggunakan smart contract.
Ini sama halnya dengan tokenisasi terhadap uang dolar ataupun mata uang yang diterbitkan oleh negara, agar lebih mudah dan murah untuk ditransaksikan.
Tether (USDT) misalnya adalah tokenisasi terhadap dolar AS yang kita kenal sebagai stablecoin.
Atau di Indonesia kita mengenal IDRT, hasil tokenisasi terhadap nilai rupiah, berdasarkan simpanan uang rupiah di rekening bank milik PT Rupiah Token Indonesia. [red]