Meskipun pasar cryptocurrency sedang dalam kondisi bearish, namun gaji programer kripto termasuk besar, bahkan yang tertinggi mencapai setara Rp300 juta per bulan. Demikian dilaporkan Finbold dalam sebuah survei.
Menurut riset Pantera Capital yang diterbitkan pada Selasa (6/12/2022), pada tahun 2022, insinyur kripto di Amerika Serikat dan Kanada membawa pulang gaji rata-rata US$177.653 sementara gaji rata-rata di kawasan ini mencapai US$165.500.
Di lingkup Eropa, developer kripto diganjar gaji sekitar US$112.476, dengan upah rata-rata mencapai US$93.870. Sementara gaji profesi senada di Asia mencapai US$85.000.
“Menariknya, para insinyur Asia berpenghasilan dua kali lebih sedikit daripada rekan-rekan mereka di Amerika Utara dengan rata-rata $70.919,” tulis Finbold dalam laporannya.
Selain itu, Pantera juga menggelar survei di India, di mana insinyur blockchain mendapatkan rata-rata US$68.310, dengan paket rata-rata US$23.293.
Pantera menyampaikan, survei ini meneliti 15 startup yang didistribusikan secara geografis dalam ruang sektor crypto, dan survei perusahaan memiliki tenaga kerja antara lima hingga 115 orang, dengan mayoritas 87 persen berbasis jarak jauh.
Untuk para insinyur, survei mengambil sampel umpan balik dari 224 insinyur crypto secara global.
“Meskipun ukuran sampel ini relatif kecil, kami yakin ini cukup untuk mendapatkan beberapa wawasan tentang paket kompensasi yang sesuai untuk berbagai peran dalam industri aset kripto,” ujar Tim Pantera Capital dalam laman resminya.
Pihak Pantera juga mengatakan, akan terus mengulangi survei ini secara teratur untuk menyediakan vertikal industri tempat kami berinvestasi dengan lebih transparan.
“Dalam survei yang akan datang, kami akan memberikan analisis yang lebih mendalam ke dalam struktur insentif token dan banyak lagi,” pungkas tim Pantera.
Programer Kripto Lebih Suka Dibayar dengan Cryptocurrency
Temuan riset Pantera juga mencatat bahwa gaji pokok rata-rata Web3 dan blockchain global mencapai US$128.606.
“Rata-rata, para profesional di industri aset kripto menghasilkan jauh lebih banyak daripada rekan-rekan mereka di Web2. Kami mengakui bahwa gaji berubah dengan cepat di ruang Web2, dan kami tahu secara langsung bahwa gaji Web3 cenderung berubah lebih cepat lagi,” kata para peneliti, dikutip Finbold.
Menurut laporan Findbold pada Juli lalu, menunjukkan bahwa sekitar 50 persen pekerja di industri ini lebih suka dibayar dalam mata uang kripto.
Merujuk catatan survei, Pantera mendapati insinyur (terutama insinyur senior) di crypto umumnya menghasilkan lebih banyak daripada rekan mereka di perusahaan Web2.
Merujuk hasil survei ini, peneliti mencatat bahwa pendirian bisnis crypto di Asia dan Eropa dapat disebabkan oleh keterjangkauan tenaga kerja yang lebih murah dibandingkan Amerika.
Pada saat yang sama, tenaga kerja murah di pasar Asia memaksa pengembang untuk mencari peluang di luar negeri, sebagian besar menerapkan metode kerja jarak jauh.
Developer blockchain, Gregory McCubin mengakui bahwa blockchain secara konsisten merupakan salah satu bidang pemrograman dengan bayaran tertinggi.
“Pengembang mendapatkan rata-rata antara US$150.000 dan US$175.000 per tahun sebagai karyawan tetap,” tulis McCubbin dalam laman DappUniversity.com
Dia menambahkan, bahkan pengembang blockchain pemula pun dapat meminta bayaran tinggi.
“Saya pribadi dapat membuktikan bahwa blockchain cukup menguntungkan dari pengalaman pribadi saya sebagai pengembang blockchain,” akunya.
Blockchain adalah salah satu bidang pemrograman dengan bayaran tertinggi, yang berarti pengembang blockchain sering mendapatkan penghasilan lebih banyak dari orang sezaman mereka yang mengetahui bahasa pemrograman lain.
McCubbin mendapati karena tarif gaji programer kripto di AS lebih besar, maka pekerjaan tersebut kini sering tersedia di seluruh dunia karena pengembangan blockchain mudah digarap dari jarak jauh.
Survei dari Pantera juga menandakan bahwa bear market tampaknya tidak menghalangi minat terhadap usaha terkait crypto.
TOG Indonesia juga merilis kesimpulan serupa, bahwa permintaan untuk blockchain developer meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir.
“Sekitar 63% sejak November 2015 sampai dengan April 2018. Berdasarkan data dari LinkedIn, ada 2.527 hasil pencarian untuk blockchain developer hanya di Amerika Serikat,” tulis Perusahaan SDM dan IT tersebut dalam laman resminya.
TOG Indonesia juga mengutip hasil survei, bahwa sejak 2017, proses perekrutan untuk profesional blockchain meningkat hingga 700%. [ab]