Survei Terbaru Tunjukkan Trading Kripto Populer di Korsel

Pasar aset digital di Korea Selatan kini bukan lagi sekadar tren, melainkan telah menjadi bagian dari arus utama aktivitas keuangan masyarakat. Salah satu buktinya terlihat dari meningkatnya aktivitas trading kripto di negara tersebut.

Trading Kripto Jadi Gaya Hidup Baru Warga Korsel

Menurut laporan Yonhap pada 22 April 2025, survei yang dilakukan oleh Korea Financial Consumer Protection Foundation (KFCPF) mengungkapkan bahwa lebih dari separuh orang dewasa di Korea Selatan pernah, atau masih aktif, melakukan perdagangan kripto. 

Survei ini juga melibatkan sekitar 2.500 responden yang berusia antara 19 hingga 69 tahun dan juga tersebar di wilayah metropolitan seperti Seoul.

“Sebanyak 52 persen responden menyatakan bahwa mereka telah meraih keuntungan dari investasi dan trading kripto, dengan rata-rata memiliki atau pernah memperdagangkan tiga jenis aset kripto atau lebih,” demikian isi laporan tersebut.

Bitcoin masih menjadi aset paling populer di Korea Selatan, dengan tingkat kepemilikan mencapai 76 persen. Di posisi berikutnya ada Ethereum sebesar 52,8 persen, disusul XRP 32,2 persen, Dogecoin 24,6 persen, dan Solana 14,7 persen. 

Mayoritas responden menyatakan bahwa alasan utama mereka membeli cryptocurrency adalah sebagai bentuk investasi, meskipun ada juga yang termotivasi oleh rasa penasaran atau keinginan mencoba layanan tertentu.

Pertumbuhan Akun Kripto Lampaui Investor Saham

Lonjakan popularitas trading kripto di Korea Selatan juga tercermin dari data penggunaan platform perdagangan kripto di negara tersebut. Berdasarkan laporan sebelumnya, hingga akhir Februari 2025, jumlah akun aktif di lima crypto exchange utama telah menembus angka 16 juta akun.

16 Juta Orang di Korsel Sudah Punya Akun Kripto Resmi

Angka ini bahkan melampaui jumlah investor saham yang tercatat sebanyak 14,1 juta. Meskipun dimungkinkan bahwa satu individu memiliki lebih dari satu akun di berbagai bursa, data ini tetap menunjukkan seberapa luas penetrasi pasar di kalangan masyarakat Korsel.

Namun, di balik euforia pertumbuhan minat terhadap perdagangan kripto, muncul pola perilaku pasar yang menarik. Sebagian besar investor ritel cenderung melakukan investasi berskala kecil dan berjangka pendek. 

Mayoritas responden mengaku meraih keuntungan di bawah US$7.000, dan hampir semuanya menjual aset mereka dalam waktu kurang dari satu tahun. Hal ini mencerminkan kecenderungan pasar yang lebih spekulatif dibandingkan dengan orientasi jangka panjang.

Risiko Penipuan dan Keamanan Masih Mengintai

Di tengah tren positif itu, risiko investasi dan trading kripto juga muncul sebagai perhatian utama. Satu dari lima investor mengaku pernah mengalami kerugian akibat insiden seperti peretasan bursa, kebangkrutan platform, atau gangguan sistem. 

Lebih parah lagi, sepertiga dari responden mengungkapkan bahwa mereka pernah tertipu oleh aset palsu atau crypto exchange ilegal, terutama yang dipromosikan melalui grup obrolan bertema kripto di Telegram dan KakaoTalk.

Yang mencemaskan, laporan tersebut sebagian besar korban juga tidak mengambil tindakan setelah mengalami kerugian. Hal ini mengindikasikan masih lemahnya kesadaran perlindungan konsumen di Korsel, meskipun adopsinya sudah sedemikian luas. 

“Sebagian besar dari mereka (67,7 persen) mengatakan bahwa mereka “tidak mengambil tindakan apapun setelah mengalami kerugian” akibat penipuan,” sebagaimana tercantum pada laporan tersebut.

Calon Presiden Korea Selatan Bakal Bongkar Regulasi Kripto

Tanpa langkah konkret untuk memperkuat edukasi dan regulasi kripto, risiko yang menghantui investor bisa saja menjadi hambatan bagi pertumbuhan jangka panjang pasar cryptocurrency di negara tersebut.

Dengan minat perdagangan kripto yang terus tumbuh dan infrastruktur yang semakin matang, Korsel berada di titik krusial dalam menentukan arah masa depan aset digital—antara menjadi pelopor inovasi keuangan digital, atau justru terjebak dalam siklus risiko yang tak terkendali. [dp]

Terkini

Warta Korporat

Terkait