Dalam rangka terbitnya SYX/USDT pool baru di decentralized app Symblox, pihak pengelola developer Symblox dan Velas bagi-bagi aset kripto hingga 7.500 VLX.
VLX adalah native asset dari blockchain Velas asal Swiss yang bertenaga Artificial Intiution Delegated Proof of Stake (AIDPOS). Blockchain baru itu diinisasi oleh Alex Alexandrov, yang juga CEO CoinPayments.
“Sedangkan Symblox adalah decentralized app untuk sektor decentralized exchange seperti Uniswap. Symblox sepenuhnya berjalan di blockchain Velas,” kata CH Egan, Marketing Executive Symblox dalam keterangannya kemarin (3/12/2020).
Menurut Egan, imbalan dalam skema refferal ini berlaku untuk pair SYX/USDT di Symblox. Dengan setoran 150 USDT atau lebih, bisa mendapatkan 20-50 VLX, 1.500 USDT atau lebih (imbalan 300-500 VLX) dan 7.000 USDT atau lebih (imbalan 1.650-2.800 VLX). Sedangkan dengan deposit 15.000 USDT atau lebih (imbalan 4.000-7.500 VLX).
Per 3 Desember 2020, pukul 11:39 WIB, harga VLX setara dengan Rp362, naik lebih 4 persen dalam 24 jam terakhir, dilansir dari Coinmarketcap.
Solusi Layer 2 untuk Blockchain Ethereum
Terkait itu, ujar Egan, untuk menghemat biaya transaksi, meningkatkan skalabilitas dan interoperabilitas, Symblox menawarkan solusi Layer 2 untuk blockchain Ethereum.
Popularitas blockchain Ethereum memang tak dapat dipungkiri, berkat fitur smart contract-nya yang serba lengkap. Itulah sebabnya pembuatan aplikasi desentralistik (dApp) untuk sektor decentralized finance (DeFi), programer dan developer memilih Ethereum.
Namun blockchain itu masih terkendala soal besarnya biaya transaksi, skalabilitas dan interoperabilitas. Soal biaya transaksi misalnya bisa sangat besar, ketika jumlah transaksi melonjak tinggi. Benar-benar tak efisien, sehingga menghambat aspek skalabilitasnya.
Hal lainnya, blockchain itu dengan saat ini bersistem Proof-of-Work (Pow), hanya sanggup mengelola 15 transaksi per detik.
Keterbatasan ini bisa dipecahkan dengan menggunakan Layer 2 alias jaringan lapis ke-2 yang berjalan di atas blockchain Ethereum itu, sekaligus menjawab keterbatasan soal interoperabilitas, yakni tingkat kemampuan interaksi antara dua blockchain yang berbeda.
“Di sinilah solusi Layer 2 besutan Symblox mengambil peran. Ia tak hanya memecahkan 3 masalah blockchain itu, namun sekaligus memastikan transaksi antara blockchain Ethereum dan blockchain Velas berjalan mulus. Inilah yang disebut crosschain alias lintas jaringan blockchain agar bisa berinteraksi,” sebut CH Egan.
Kata Egan lagi, karena Symblox juga memiliki platform perdagangan aset kripto desentralistik (DEX), Layer 2 ini memungkinkan lalu lintas transaksi aset kripto dengan blockchain berbeda berjalan baik dalam dua arah.
Prinsipnya, setiap transaksi tak langsung terekam di blockchain Ethereum, melainkan di satu jaringan khususnya, yang juga bersifat peer-to-peer.
“Dan yang pasti, ribuan transaksi per detik bisa dikelola dengan baik, berkat Layer 2 itu,” tegas Egan.
Tokenisasi di Symblox
Di Symblox, tak hanya berfitur decentralized exchange seperti Uniswap di Ethereum. Di Symblox pengguna bisa melakukan tokenisasi (mengubah objek bernilai menjadi bentuk token digital), mulai dari emas, Bitcoin, dolar AS hingga indeks saham S&P500.
Menurut Egan, dengan cara itu transaksi objek/aset bernilai bisa berjalan lebih cepat, transparan dan berdaya jangkau global.
“Di dunia blockchain, tokenisasi itu sangatlah lumrah. Lihat misalnya stablecoin Tether (USDT) bernilai 1 banding 1 terhadap dolar AS. Itu adalah tokenisasi, sehingga pengguna bisa ‘mengirimkan dolar’ tanpa melalui bank, melainkan melalui blockchain. Nah, di Symblox pengguna bisa melakukan hal serupa, misalnya Symblox USD (syUSD), syGOLD untuk emas dan lain sebagainya,” jelas Egan.
Dalam satu ekosistem Symblox, lanjut Egan, aset kripto SYX memainkan peran sangat penting, yakni sebagai imbalan kepada penyedia likuidasi pasar di decentralized exchange Symblox dan instrumen voting terhadap perkembangan Symblox sendiri.
Peran TokenBridge
Keunggulan lain yang dicapai Symblox adalah pemanfaataan TokenBridge sebagai protokol lintas blockchain, antara blockchain Velas dan blockchain Ethereum.
Egan menyebutkan, bahwa protokol itu memungkinkan memproses hingga 50.000 transaksi per detik, biaya juga sangat murah dengan user interface yang fast response.
TokenBridge banyak digunakan oleh pihak lain, di antaranya Thundercore, Ethercore, Artis, Ocean Protocol, Energy Web Foundation, xDAi dan Binance.
Artificial Intuition
Symblox sebagai aplikasi DeFi memanfaatkan blockchain Velas. Blockchain ini bertenaga artificial intuition alias intuisi buatan, menyerupai intuisi psikologi manusia—berpangkal dari konsep “sinkronisitas” oleh psikolog ternama, yakni Carl Jung.
Blockchain Velas, Pantas Cepat Karena Ada Intuisi Buatan (AI)
Sistem ini memastikan galat (error) sistem diperbaiki secara otomatis tanpa mengkonfigurasi ulang sistem dengan banyak, berdasarkan data-data yang dihimpunnya.
Blockchain Velas juga dikenal jauh lebih cepat daripada blockchain Ethereum, berkat konsensus Delegated Proof-of-Stake (DPoS), yang dipadu dengan artificial intuition itu, sehingga terpadu menjadi Artificial Intiution Delegated Proof of Stake (AIDPOS).
Protokol konsensus ini memastikan hanya segelintir pihak tertentu yang memvalidasi transaksi di blockchain Velas, dengan tambahan voting oleh pihak lain terhadap validator itu. Validator menjaminkan aset kripto Velas (VLX) dengan jumlah tertentu. [rel]