Tanpa teknologi Chainlink (beraset kripto LINK), DeFi disebut-sebut sulit tumbuh. Benarkah demikian?
Sektor DeFi (keuangan desentralistik) berhasil mencetak “nilai” hampir US$10 miliar berdasarkan total modal tertanam (Total Value Locked atau TVL). Berdasarkan data DefiPulse.com, pada 30 Agustus 2020 lalu, TVL DeFi mencapai US$8,82 miliar, atau naik 96 persen dalam satu bulan.
Bahkan awal September melejit menjadi US$9,55 miliar. Pertumbuhan pesat ini disebut-sebut tidak terlepas dari peran Chainlink (LINK), teknologi di bidang blockchain yang memberikan data transaksi secara akurat. Benarkah demikian?
“Bukanlah sebuah kebetulan pertumbuhan sektor DeFi berbarengan dengan berlimpahnya oracle [peranti lunak antara jaringan blockchain-Red] yang berkualitas tinggi,” jelas Sergey Nazarov, pendiri Chainlink, dilansir dari Decrypt beberapa waktu lalu.
Hal itu ditegaskan oleh Danny Taniwan Pendiri Komunitas Cryptowatch di Indonesia. Katanya, dalam online talkshow belum lama ini, teknologi Chainlink secara teknologi memang bagian sentral dari sektor DeFi, sebab teknologi itulah sebagai jembatan yang memfasilitasi informasi transaksi dan harga di DeFi.
“Layanan-layanan keuangan baru di DeFi, seperti investasi, peminjaman, pembiayaan dan perdagangan, yang dibangun di atas blockchain Ethereum, menggunakan smart contract khusus buatan Chainlink itu demi mengamankan aset miliaran dolar AS. Yang menarik adalah itu berlangsung secara otomatis di blockchain,” Kata Danny dalam acara itu.
Danny percaya bahwa DeFi adalah pembuktian konkret keunggulan smart contract dan blockchain di ranah keuangan yang tidak sentralistik ini, yang tidak melibatkan layanan perbankan.
Oleh sebab itu, ujar Danny sektor DeFi adalah sektor yang masih dalam tahap eksperimental, kendati sejumlah DeFi, misalnya Maker smart contract mereka telah diaudit oleh lembaga ternama.
“Hasil audit itulah yang memberikan kepercayaan terhadap pengguna di sektor DeFi ini, sebagaimana ekosistem blockchain meyakini slogan: ‘trust the code’,” pungkasnya.
Produk Chainlink pada prinsipnya adalah pembuatan paket smart contract yang menghubungkan data dari sumber eksternal, disebut oracle, untuk mengetahui harga komoditas, aset kripto dan lainnya, lalu dikirim dan disimpan ke lintas blockchain, misalnya Ethereum, Bitcoin dan lain sebagainya.
Di sinilah Chainlink berperan sebagai oracle desentralistik yang memroses pengambilan dan pengiriman data tersebut.
Berkat Ethereum
Pada tahun 2015, blockchain Ethereum meluncur dengan fitur smart contract yang lebih kaya daripada blockchain Bitcoin. Fitur itulah yang membuka peluang yang sangat besar bagi teknologi blockchain digunakan lebih dari sekadar transaksi keuangan.
Tetapi, ada permasalahan dengan smart contract itu, yaitu hanya bisa bekerja dengan data yang sudah ada di dalam blockchain (on-chain), sehingga kegunaannya sangat terbatas.
Nah, para Pendiri Chainlink melihat masalah tersebut dan menyadari bahwa data dari luar sebenarnya bisa dimasukkan ke dalam blockchain, maka smart contract itu akan memiliki kegunaan yang lebih luas. Sebab itu, Chainlink diciptakan agar dapat menarik data dari pool data, antarmuka program aplikasi (API) dan sumber dunia nyata (non blockchain) lainnya. Kini, smart contract bisa mengambil dari sumber data manapun.
Chainlink melakukan pengambilan data bagi lebih dari 90 persen volume derivatif blockchain publik di bidang pembiayaan. Chainlink mentenagai tiga penyedia derivatif DeFi teratas, yaitu Synthetix, Nexus Mutual dan MCDEX, dan digunakan oleh platform peminjaman seperti Aave dan Celsius serta banyak DeFi lainnya.
Selain itu, bursa aset kripto seperti Binance dan Bitrue telah memakai jaringan oracle ChainLink untuk mendapat data akurat harga aset untuk beragam layanan keuangan milik mereka.
Para startup DeFi tersebut memanfaatkannya agar mereka tidak perlu repot-repot membuat oracle desentralistik mereka sendiri.
Nazarov menjelaskan, bahwa Aave dan Synthetix bisa fokus membangun aplikasi yang lebih baik dan mengincar pasar lebih banyak, sebab mereka tidak pusing merancang mekanisme oracle.
“Saya pikir ini dinamika yang berperan besar terhadap perkembangan DeFi,” tambah Nazarov.
Chainlink sangat bermanfaat bagi proyek blockchain yang membutuhkan data off-chain. Hal ini dicapai melalui dua komponen dalam Chainink, yaitu infrastruktur on-chain dan infrastruktur off-chain.
Infrastruktur on-chain mengandung oracle yang diciptakan untuk memroses permintaan pengguna. Oracle ini menerima permintaan tersebut melalui kontrak permintaan kemudian mengirimnya ke jaringan untuk dicocokkan dengan oracle yang bisa menyediakan data off-chain.
Pencocokan tersebut melibatkan tiga jenis contract, yaitu kontrak reputasi, kontrak pencocokan pesanan dan kontrak penjumlahan.
Kontrak reputasi bertugas menjamin penyedia oracle dapat dipercaya. Kontrak pencocokan pesanan melanjutkan permintaan tersebut ke oracle yang tepat, beserta penawaran harga dari oracle.
Kontrak penjumlahan mengumpulkan data dari oracle terpilih dan mengirim hasil terbaik ke kontrak permintaan.
Infrastruktur off-chain mengandung simpul off-chain oracle yang terhubung dengan jaringan Ethereum. Semua data yang dikumpulkan diproses melalui Chainlink Core, peranti lunak yang menghubungkan blockchain Chainlink dengan sumber data off-chain.
Peranti lunak ini yang bertanggungjawab memroses data dan melanjutkannya ke on-chain oracle. Semua pekerjaan pengumpulan dan penyebaran data oleh simpul off-chain dikompensasi dengan pembayaran dalam token LINK.
Peran Token LINK
Harga token LINK termasuk salah satu aset kripto dengan kinerja memukau selama tahun 2019-2020. Berawal pada harga sekitar US$0,24 di Januari 2019, LINK kemudian meroket mencapai US$4,8 pada Juni di tahun yang sama, peningkatan sebesar 2 ribu persen!
Kinerja itu terkait dengan pengumuman kerjasama Chainlink dengan Google pada Juni 2019. Melalui kemitraan ini, pengguna Google Cloud bisa memakai Chainlink untuk terhubung ke BigQuery, salah satu layanan cloud Google paling popular. Sejak saat itu, harga LINK terus memanjat seakan tanpa henti.
Dari US$4,8, harga LINK sempat menyentuh level support di US$1,7, tiga kali sebelum akhirnya melambung dan mencapai harga tertinggi di US$20,7.
LINK adalah aset kripto unik yang harganya terus naik di kala aset-aset kripto lain bergerak dalam rentang sempit atau bahkan turun. Tidaklah heran LINK naik di 5 besar aset kripto berkapitalisasi pasar besar versi Coinmarketcap.
Sebab itu, LINK menarik perhatian tokoh day trading dari AS, Dave Portnoy, yang mulai terjun ke dunia aset kripto setelah mengundang saudara kembar Winklevoss untuk menjelaskan soal Bitcoin cs.
Malangnya, Portnoy membeli di dekat harga tertinggi, dan kemudian menarik dananya hanya seminggu setelah ia pertama kali membeli aset kripto sebab harga LINK kini turun kembali ke kisaran US$15.
Terlepas dari harganya aset kriptonya, teknologi Chainlink masih memiliki potensi luas dan tidak hanya terbatas kepada proyek-proyek desentralistik.
Sistem sentralistik juga menginginkan sifat desentralistik untuk memiliki jaminan keamanan setinggi mungkin, jelas Nazarov.
Melalui Chainlink, sistem layanan sentralistik dapat meningkatkan derajat desentralisasi mereka tanpa harus mengubah keseluruhan sistem mereka ke sebuah blockchain, dengan catatan bahwa sektor DeFi, termasuk Chainlink masihlah dalam tahap eksperimental dengan segala macam ujicoba, hype dan bubble-nya. [ed]