Jasmine Telecom Systems (JTS), anak perusahaan operator telekomunikasi Jasmine International (JAS) yang bermarkas di Thailand, memasuki bisnis tambang Bitcoin demi mengikuti tren investasi aset kripto.
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Saham Thailand (SET) tersebut berambisi menjadi perusahaan penambangan Bitcoin terbesar di negara-negara ASEAN pada tahun 2024.
JTS mengungkapkan akan memasang 500 mesin tambang Bitcoin secara bertahap pada kuartal ketiga do Pusat Data Jastel miliknya.
Pada fase kedua, lima ribu mesin tambang Bitcoin lain dijadwalkan untuk dipasang awal tahun depan di kawasan industri yang memiliki kemitraan bisnis dengan Jastel Network, jaringan telekomunikasi dan penyedia layanan dibawah JTS.
President JTS Dusit Srisangaoran berkata perusahaannya telah memelajari bisnis Bitcoin selama beberapa waktu.
Banyak penambang berpendapat sekarang adalah momen tepat untuk mulai menambang Bitcoin setelah pelarangan dari Tiongkok dan penurunan hashrate besar.
“Sekarang adalah saat yang bagus bagi JTS untuk investasi di penambangan Bitcoin, mengingat adopsi yang semakin meluas dan insiden di Tiongkok yang menyebabkan hashrate turun ke titik rendah selama delapan bulan terakhir,” jelas Srisangaoran, dilansir dari Bangkok Post, Senin (26/7/2021).
Srisangaoran menambahkan, JTS siap memperluas usaha ini berdasarkan pengalaman JTS menyediakan layanan pusat data dengan standar tinggi disertai personel profesional dan handal yang didukung mitra lokal dan asing kuat.
Subhoj Sunyabhisithkul, Kepala JAS, berkata penambangan Bitcoin adalah langkah penting bagi JAS untuk menantang usaha baru.
Ia menjelaskan, bisnis terkait aset kripto merupakan tren besar global dimana beragam pemrosesan komputasi desentralistik dapat mendukung peluang bisnis baru perusahaan itu di masa depan.
Menurut JTS, perusahaan itu bertujuan memperluas kapasitas penambangan ke sekitar 50 ribu mesin sebelum Halving Bitcoin berikutnya yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2024.
Dengan tingkat kapasitas tersebut, JTS meyakini akan menambang lebih dari 16 ribu BTC per tahun.
JTS berencana memiliki kapasitas penambangan lebih dari 5 exahash per detik, atau sekitar 5 persen dari kapasitas penambangan global. Bila tercapai, JTS akan menjadi perusahaan penambangan Bitcoin terbesar di ASEAN. [ed]
Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.