Perusahaan milik pemerintah Singapura, Temasek Holdings, mengumumkan pada hari Senin, telah memangkas gaji pegawai yang merekomendasikan investasi mereka di bursa kripto FTX yang sekarang bangkrut, serta bagi tim manajemen senior mereka.
Kantor berita Reuters melaporkan, langkah ini dilakukan sekitar enam bulan setelah Temasek memulai tinjauan internal terhadap investasi mereka di FTX, yang mengakibatkan penghapusan nilai sebesar US$275 juta.
“Meskipun tidak ada pelanggaran oleh tim investasi dalam mencapai rekomendasi investasi mereka, tim investasi dan manajemen senior, yang pada akhirnya bertanggung jawab atas keputusan investasi yang diambil, mengambil tanggung jawab bersama dan mengalami pemotongan kompensasi,” kata Ketua Temasek Lim Boon Heng dalam sebuah pernyataan yang diposting di situs web Temasek pada hari Senin.
Temasek tidak merinci jumlah pemotongan kompensasi tersebut.
Temasek telah mengatakan bahwa biaya investasinya di FTX adalah 0,09 persen dari nilai portofolio bersihnya sebesar S$403 miliar (US$304 miliar) per 31 Maret 2022, dan saat ini mereka tidak memiliki paparan langsung terhadap kriptokurensi.
Temasek juga mengatakan tahun lalu bahwa mereka telah melakukan “due diligence yang ekstensif” terhadap FTX, dan laporan keuangan yang diaudit pada saat itu “menunjukkan bahwa perusahaan itu menguntungkan”.
Para pendukung FTX lainnya seperti Vision Fund milik SoftBank Group Corp (9984.T) dan Sequoia Capital juga telah menurunkan nilai investasi mereka menjadi nol setelah FTX, yang didirikan oleh Sam Bankman Fried, mengajukan perlindungan kebangkrutan di Amerika Serikat tahun lalu.
“Dengan FTX, seperti yang diduga oleh jaksa penuntut dan diakui oleh eksekutif kunci di FTX dan afiliasinya, ada perilaku penipuan yang disengaja yang disembunyikan dari investor, termasuk Temasek,” kata Lim dalam pernyataan tersebut pada hari Senin.
“Namun demikian, kami kecewa dengan hasil investasi kami, dan dampak negatifnya terhadap reputasi kami.”
Temasek berusaha untuk memberikan hasil yang berkelanjutan dalam jangka panjang dengan berinvestasi di perusahaan-perusahaan tahap awal, kata Lim.
“Meskipun terdapat risiko inheren setiap kali kita berinvestasi, kami percaya bahwa kami harus berinvestasi di sektor-sektor baru dan teknologi yang muncul untuk memahami bagaimana area-area ini dapat mempengaruhi bisnis dan model keuangan portofolio kami yang ada, dan apakah mereka akan menjadi pendorong nilai di masa depan dalam dunia yang terus berubah,” tambah Lim.
Sebelumnya, Bos Temasek Trust, Ho Ching menilai perusahaan investasi Pemerintah Singapura tidak hanya menanggung kerugian atas investasi di FTX, namun juga memalukan bagi seluruh jajarannya.
“Kerugian gegara perusahaan yang dikelola dengan buruk tanpa pengawasan mumpuni, inilah kegagalan yang paling memalukan bagi kami,” tulis mantan CEO Temasek Holdings dan istri Perdana Menteri Lee Hsien Loong di akun Facebook, pada Senin (26/11/2022).
Dalam satu pernyataan, Temasek, pada Sabtu (17/11/2022), mencatat bahwa pertukaran merupakan bagian penting dari sistem keuangan global.
Temasek telah menginvestasikan total US$275 juta di FTX antara Oktober 2021 dan Maret 2022. Jumlah tersebut setara dengan 0,09 persen dari nilai portofolio bersih Temasek sebesar US$403 miliar per 31 Maret. [ab]