Alibaba, konglomerat e-commerce Tiongkok, meluncurkan seksi NFT baru sebagai bagian layanan Lelang Alibaba. Keputusan ini memantapkan usaha raksasa teknologi itu untuk mengadopsi teknologi blockchain.
Alibaba Merambah Bisnis NFT
Bit Universe, usaha yang bergerak di bawah Institut Riset Blockchain Tree Graph, telah membuka platform NFT bernama Guang Jian. Platform ini akan melayani kebutuhan penampilan dan lelang NFT Alibaba.
Guang Jian akan memfasilitasi layanan Lelang Alibaba bagi benda-benda terkait e-sport, hak cipta digital, seni digital dan kartu koleksi digital. Platform ini terhubung dengan layanan pada blockchain Tree Graph serta New Copyright, infrastruktur blockchain yang didukung pemerintah daerah Sichuan.
Pengguna bisa mengakses platform baru ini melalui mitra Alibaba, Alipay, salah satu aplikasi pembayaran terbesar di Tiongkok, atau WeChat, aplikasi yang dimiliki Tencent.
Peristiwa ini bukan pertama kalinya Alibaba meluncurkan layanan terkait NFT. Pekan lalu, Alipay menawarkan karya seni NFT yang menampilkan film animasi terkenal “Ular Putih 2: Kesengsaraan Ular Hijau”, yang memasuki sinema bulan lalu.
Pada bulan Juni, Alipay meluncurkan NFT karya seni yang diadaptasi dari gambar bidadari dan rusa suci dari Gua Seribu Buddha, yaitu Gua Mogao, di kota Dunhuang. Platform belanja daring Taobao, yang dimiliki Alibaba, juga menjual NFT di festival belanja tahunan.
Sementara itu, Tencent turut aktif menggarap pasar NFT. Layanan streaming musik QQ Music sukses menjual NFT pertama yang melibatkan penyanyi pop tenar, Tiger Hu.
Awal bulan ini, Tencent meluncurkan platform jual beli NFT bernama Huanhe yang dibangun di atas rantai Zhixin milik Tencent. Penjualan debut di platform ini terdiri dari 300 NFT audio berdasarkan talk show Shisanyao yang dijual seharga 18 yuan atau Rp40 ribu.
Seiring kedua rival teknologi itu menghadirkan NFT ke pasar, Alibaba dan Tencent dapat menjadi mitra di masa depan, terutama di tengah pengawasan oleh regulator Tiongkok. Platform lelang Alibaba yang dapat diakses melalui aplikasi WeChat menandai langkah ke depan bagi kedua raksasa tersebut saling membuka platform mereka terhadap satu sama lain.
Kedua perusahaan ini menjadi sasaran pemerintah Tiongkok, yang menuduh mereka melakukan praktek monopoli. [forkast.news/ed]
Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.