Pendiri Telegram, Pavel Durov mengungkap rencananya untuk membangun Decentralized Crypto Exchange (DEX), termasuk bursa kripto dan non-custodial wallet alias dompet digital pribadi. Dia menyebut langkah tersebut berkenaan skandal bursa kripto FTX.
Melalui kanal Telegram resminya, pada Rabu (30/11/2022), Durov menyampaikan bahwa niat membangun DEX adalah untuk memperbaiki sentralisasi entitas cryptocurrency yang ada, menyusul skandal bangkrutnya platform kripto FTX
“Langkah Telegram adalah membangun seperangkat alat terdesentralisasi, termasuk non-custodial wallet dan DEX bagi jutaan orang untuk memperdagangkan dan menyimpan cryptocurrency dengan aman,” terang Durov, sebagaimana dikutip oleh Finbold.,
Menurutnya, dengan cara ini Telegram dapat memperbaiki kesalahan yang disebabkan oleh sentralisasi yang berlebihan, yang akhirnya mengecewakan banyak pengguna cryptocurrency.
Seperti diketahui, Sam Bakman-Fried, pendiri FTX, harus kehilangan kekayaannya mencapai Rp232 triliun dalam 24 jam saja.
Harta SBF sangat terikat dengan aset kripto miliknya di FTX atau Alameda Research, perusahaan kripto lain yang juga dia dirikan.
Ini menjadi ironi sebab Bankman-Fried digadang jadi calon pahlawan kripto. Sebutan itu karena dia mau menyelamatkan industri kripto di tengah masalah sepanjang tahun 2022.
Kembali ke Akar, Desentralisasi
Miliarder yang sempat dijuluki ‘Mark Zuckerberg Rusia” itu lebih lanjut menyorot ekosistem blockchain saat ini telah menyimpang dari prinsip pendiriannya, yakni mempromosikan desentralisasi.
Menurutnya, pemusatan kekuasaan di beberapa tangan adalah penyebab kasus skandal FTX terjadi.
“Solusinya jelas: proyek berbasis blockchain harus kembali ke akarnya – desentralisasi. Pengguna cryptocurrency harus beralih ke transaksi trustless dan wallet digital pribadi yang tidak bergantung pada pihak ketiga mana pun,” katanya.
Durov juga meminta pengembang blockchain untuk membangun produk yang mudah digunakan untuk kalangan awam.
Secara khusus dia menyebut Ethereum (ETH), yang menunjukkan bahwa platform tersebut tetap ketinggalan zaman dan mahal bahkan setelah tweak baru-baru ini.
Sebelumnya diberitakan, pengembang Wallet Bot pada aplikasi messenger Telegram meluncurkan peer-to-peer crypto exchange (P2P).
Pengguna dapat membeli aset kripto Bitcoin (BTC) dan Toncoin (TON) dengan menggunakan USD, EUR, UAH, BYN dan KZT serta biaya transaksi penjual sebesar 0,9 persen.
Wallet Bot meluncur pada bulan April lalu sehingga pengguna Telegram dapat membeli TON dan melakukan transfer melalui pesan chat. Pembaruan terkini memungkinkan jual beli aset kripto antara pengguna melalui aplikasi Telegram.
Layanan pertukaran kripto tersebut menjadi penjamin bagi setiap transaksi. Bila terjadi sengketa antara penjual dan pembeli, Wallet Bot akan mengadakan proses penyelesaian sengketa.
Crypto exchange dari Telegram tersebut ditawarkan sebagai transaksi P2P, tetapi pengguna harus memberikan nomor ponsel untuk melakukan deposit, pertukaran atau pembelian kripto.
Pengguna melakukan posting pada aplikasi tersebut untuk menjual kripto, lalu pembeli dapat memilih posting yang sesuai.
Aset kripto yang dapat dibeli saat ini terbatas pada BTC dan TON dengan rencana penambahan aset lainnya dalam waktu dekat. Hanya TON yang dapat ditransfer antar pengguna secara langsung melalui chat. [ab]