Ternyata Ini Faedah Bitcoin Halving

Bitcoin Halving merupakan peristiwa yang sangat dinantikan para investor aset kripto. Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha menjelaskan sejumlah faedah di balik bitcoin halving yang terjadi setiap empat tahun sekali.

Menurut Panji, Bitcoin Halving selalu memancing atensi kalangan investor, karena mampu meningkatkan kondisi pasar karena Bitcoin masih jadi penggerak utama dalam market aset kripto.

Halving day Bitcoin merupakan peristiwa di mana hadiah (reward block) dalam protokol kripto mengalami pengurangan sebesar setengah atau 50 persen. Hal ini berarti bahwa jumlah koin baru yang dibuat sebagai hadiah bagi penambang (miners) dikurangi separuhnya,” terang Panji kepada Blockchainmedia.id, belum lama ini.

Dia melanjutukan, halving dilakukan untuk mengendalikan laju penambahan Bitcoin baru dan menjaga agar pasokan BTC yang beredar tetap terjaga, sehingga terhindar dari inflasi.

“Penurunan reward pada halving day akan Bitcoin menjadi lebih langka,” imbuhnya.

“Sesuai dengan prinsip ekonomi, berkurangnya produksi Bitcoin dan meningkatnya permintaan, akan meningkatkan harga BTC membuat investor harus bersedia membayar harga yang lebih tinggi untuk mendapatkan aset crypto wahid ini,” kata Panji.

Saat ini, Bitcoin yang tersedia sebanyak 91 persen di seluruh dunia dengan jumlah sekitar 19 juta koin. Untuk supply telah ditetapkan sebanyak 21 juta BTC, yang diperkirakan akan selesai ditambang pada 2140 mendatang.

Halving day dalam aset kripto dilakukan pertama kali oleh Bitcoin. Halving day pertama yang terjadi pada aset kripto Bitcoin pada tahun 2012 yang ditandai dengan pengurangan reward bagi para penambang Bitcoin menjadi 25 bitcoin.

Kemudian, pada halving day kedua pada 2016, reward berkurang menjadi 12,5 bitcoin. Halving day yang ketiga pada 11 Mei 2020, reward para penambang dikurangi menjadi 6,25 BTC.

“Jika tetap mengikut histori halving, maka halving berikutnya akan terjadi pada 2024 mendatang dengan reward penambang menjadi 3,125 BTC,” terang Panji.

Data historis menunjukkan setelah halving day tahun 2016, Bitcoin mencapai all-time high (ATH) baru pada Desember 2017, dengan harga mencapai sekitar US$20.000.

Kemudian, saat halving day tahun 2020, Bitcoin mencapai ATH baru pada bulan April 2021, dengan harga sekitar US$64.000. Nilai ini meningkat sebesar lebih dari 200 persen dari ATH sebelumnya.

Panji menjelaskan, sejak 2022 hingga saat ini industri aset kripto tengah mengalami fase bearish, yang umum terjadi setelah Bitcoin mencapai level tertinggi sepanjang masa atau ATH.

“Fase bearish ini telah terjadi setiap 4 tahun sekali dan sudah tercatat sebelumnya pada tahun 2014 dan 2018,” katanya.

Untuk itu, Panji menganalisis, tahun 2023 merupakan momentum tepat bagi investor untuk melakukan akumulasi aset kripto yang saat ini harganya relatif rendah.

Dia menyarankan investor aset kripto untuk mulai melakukan investasi dengan metode dollar cost averaging (DCA).

“DCA melakukan investasi dalam jumlah nominal yang sama secara rutin dan proporsional ke dalam aset kripto dalam rentang waktu tertentu. Metode ini sangat cocok untuk investasi jangka panjang, karena berpotensi menghasilkan nilai aset yang lebih tinggi dan memberikan keuntungan kumulatif yang stabil,” katanya.

Selain itu, Panji juga memberikan saran untuk investor aset kripto melakukan diversifikasi portofolio.

“Para investor sebaiknya mengalokasikan sebagian dari investasi ke aset kripto lainnya, seperti Litecoin, Ethereum, atau aset lain yang dapat memberikan peluang keuntungan potensial selama periode halving,” katanya.

Panji mengingatkan agar investor untuk mengelola manajemen risiko dalam trading aset kripto yang memiliki volatilitas tinggi.

“Investor aset kripto hendaknya untuk terus memperhatikan berita dan perkembangan industri kripto. Memahami tren pasar dan fundamental kripto dapat membantu dalam membuat keputusan investasi yang lebih baik,” pungkasnya. [ab]

Terkini

Warta Korporat

Terkait