Ternyata Ini Penyebab Harga Bitcoin Terkoreksi Lagi, Setelah Gagal Bertahan di Atas US$24 Ribu

Setelah sempat kembali menguat, lagi-lagi harga Bitcoin mengalami koreksi dan gagal bertahan di atas level US$24.000. Inilah penyebabnya dan berpeluang kecil kembali ke US$20 ribu.

Menengok beberapa minggu terakhir, harga kripto utama ini memang cenderung dalam upaya pemulihan, karena masih dalam bayang bearish pasar kripto yang kuat.

Meski terlihat perlahan, konsistensi yang dibentuk sejak akhir Juli ini terlihat menarik, di mana selera risiko mencoba tumbuh di antara aset seperti saham dan kripto.

Namun, harga Bitcoin kembali terkoreksi kemarin, yang tentu menimbulkan tanda tanya di antara investor, apakah upaya bullish telah berakhir?

Penyebab Harga Bitcoin Terkoreksi

Berdasarkan laporan Finbold, pakar perdagangan kripto, Michael van de Poppe, telah memiliki analisis terperinci tentang aksi harga Bitcoin. Itu mencakup koreksi dan alasan di balik mengapa itu terjadi.

Menurut pendapat dari van de Poppe, harga Bitcoin kembali terkoreksi karena adanya ketakutan atas data Indeks Harga Konsumen AS (CPI), atau data inflasi AS yang akan dirilis nanti malam.

Data inflasi AS biasanya akan memengaruhi selera risiko investor, sehingga akan menentukan ke mana arah pelarian uang mereka dalam beberapa minggu ke depan.

Karena hal tersebut, level US$24.000 menjadi sebuah resistance level yang kuat saat investor mulai mengamankan uang mereka untuk mempersiapkan diri menghadapi data inflasi terbaru AS.

Ia pun melihat bahwa, untuk mempertahankan struktur bullish, harga harus mampu bertahan di kisaran level US$23.000 sampai US$23.200. Dan jika resistance level lain pada gambar di atas berhasil ditembus, maka ini berpeluang melesat ke US$28.000.

Hampir sama seperti van de Poppe, analis kripto ternama Ali Martinez juga mengatakan bahwa harga kripto utama dapat melesat ke US$27.000 jika mampu bertahan di atas support level US$22.720-US$23.390.

TradingView Chart

Pada intinya, data inflasi AS nanti malam harus membuat minat pada Bitcoin tetap kuat, sehingga harga tidak terjun bebas dan jatuh di bawah level psikologis seperti US$23.000, US$22.000, bahkan US$20.000.

Beberapa pengamat melihat data inflasi AS akan kembali naik. Namun, bagaimana hasilnya nanti akan menjadi acuan utama para investor dan pengamat untuk menilai prospek jangka menengah dari pasar kripto setelahnya.

Bram Berkowitz dari Fool.com berpendapat, jika data inflasi nanti malam lebih buruk dari yang diharapkan dan menyebabkan nilai saham jatuh, maka Bitcoin bisa turut serta terkoreksi kembali ke beberapa posisi terendah tahunan yang terlihat pada Juni 2022.

Namun jika inflasi turun, kemungkinan itu memiliki peluang bagus bagi pasar kripto untuk menguat kembali. Pasalnya, jika inflasi kali ini lebih rendah, itu akan meredam The Fed untuk tidak menaikkan suku bunga tidak lebih besar pada rapat FOMC September mendatang.

Peluang besar pasar kripto untuk kembali positif juga sudah diisyaratkan oleh analis JP Morgan Chase, Kenneth Worthington baru-baru ini, bahwa kripto mulai menemukan support yang kuat, walaupun akhir-akhir ini volumenya masih lemah.

Pada Juni 2022, inflasi AS naik 9,1 persen dari tahun ke tahun. Tetapi kini investor merasa lega sampai batas tertentu karena sebagian besar kenaikan berasal dari kenaikan harga energi dan bensin, yang mulai turun pada bulan Juli. Ekonom mengharapkan inflasi Juli ini hanya 8,7 persen, mencerminkan penurunan harga dari sektor energi itu.

Jika inflasi mencapai 8,7 persen atau lebih rendah, ada kemungkinan pasar bereaksi positif, karena itu bisa berarti bahwa inflasi telah memuncak, yang memungkinkan The Fed sedikit melonggarkan kenaikan suku bunga.

Namun, jika inflasi berada di atas 8,7 persen, walaupun lebih rendah daripada 9,1 persen pasar mungkin tidak bereaksi dengan baik dan berdampak pada nilai dolar (DXY) melejit kembali.

Trading Economics memproyeksikan bahwa DXY bisa berada di kisaran 108 pada akhir kuartal ke-3 tahun 2022 (September 2022), dari saat ini DXY berada kisaran 106. Besaran 108 itu sedikit lebih rendah dari tertinggi sebelumnya, yakni 109 pada 14 Juli 2022.

indeks dolar DXY

Tetapi banyak trader, khawatir bahwa jika data menunjukkan inflasi inti 5,9 persen sepanjang Juni 2022 dan itu tetap tergolong tinggi, maka reli positif di pasar kripto dan pasar saham yang terlihat selama dua bulan terakhir, akan mendapat tantangan serius. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait