Babak baru dari skandal FTX dan Alameda Research kian bergulir, dengan terungkapnya investasi senilai Rp17,6 triliun di Genesis Digital Assets.
Sekadar informasi, Genesis Digital Assets didirikan oleh Marco Streng sebagai bagian dari Genesis Mining yang menjadi badan usaha mandiri di bulan April 2021 dan telah terdaftar resmi di Singapura.
Tetapi, itu tidak memiliki hubungan dengan Genesis Trading yang telah menangguhkan layanannya pasca FTX mengajukan kebangkrutan.
Skandal FTX telah menjadi hantaman keras baru di pasar kripto, di mana perusahaan mengajukan kebangkrutan, tetapi dicurigai terjadi karena kesalahan yang disengaja oleh sang Pendiri, Sam Bankman-Fried (SBF).
Kecurigaan diperkuat dengan ditemukannya data kepemilikan 19 properti oleh SBF, orang tuanya dan eksekutif FTX di Bahama dengan nilai hampir US$121 juta.
Skandal ini pun membawa efek domino, seperti dugaan para tokoh industri kripto, yang membawa kebangkrutan ke perusahaan lending kripto terbesar kedua di industri, yaitu BlockFi.
Bulan November yang diharapkan menjadi dasar bullish pun berubah menjadi aksi jual hebat, yang saat itu membawa pasar kripto ke kondisi yang suram.
Berinvestasi ke Perusahaan Penambangan KriptoÂ
Berdasarkan laporan Bloomberg, Alameda Research berharap banyak pada Genesis Digital Assets, yang merupakan perusahaan penambangan Bitcoin (BTC), dengan berinvestasi total US$1,15 milyar.
Investasi tersebut diketahui dilakukan secara bertahap yang dimulai sejak Agustus 2021, sebesar US$100 juta.
Selanjutnya, investasi berlanjut di bulan Januari 2022 sebesar US$550 juta, di bulan Februari sebesar US$250 juta dan di bulan Maret sebesar US$250 juta. Dengan nilai sebesar ini, investasi ke Genesis telah menjadi investasi terbesar Alameda Research dan FTX.
Sekadar informasi, sebelum investasi ini dimulai, Genesis telah meningkatkan kinerja perusahaan di tahun 2021 dengan membeli 10 ribu mesin penambangan dari Canaan.
Alameda Research Kucurkan Duit US$1 Milyar ke FTX Sebelum Bangkrut
Ambcrypto melaporkan bahwa sebelumnya, Alameda pernah turun tangan untuk menyelamatkan FTX dengan menggelontorkan bantuan sebesar US$1 milyar di tahun 2021.
Saat itu, terjadi kesalahan sistem pada bursa yang menyebabkan kegagalan dalam menjaga leverage ke suatu token, yaitu MobileCoin. Hampir semua bursa kripto mengalami kerugian akibat masalah tersebut, salah satunya adalah FTX.
Crypto Potato melaporkan bahwa, saat itu harga MobileCoin melonjak dari US$6 menjadi US$70. Tak lama setelah itu, harga berlanjut untuk tersendat dengan cepat..
Pada saat itu, seorang pengguna meminjam token MobileCoin dalam jumlah besar, yang harus dilakukan oleh Alameda dan membantu menutupinya. Itu mencetak kerugian ratusan juta dolar AS dalam prosesnya.
Yang menarik adalah, saat itu SBF mengklaim bahwa Alameda Research dan FTX adalah perusahaan yang dioperasikan secara independen.
Dan menurut temuan di blockchain yang dibagikan oleh perusahaan Nansen, menunjukkan bahwa Alameda bertindak sebagai lender of last resort FTX saat dana mencapai batasnya.
Ini sekaligus menandakan bahwa ada “hubungan” erat antara kedua perusahaan, tidak sesuai dengan klaim SBF.
Di sisi lain, mantan Presiden FTX AS, Brett Harrison, sedang berupaya untuk membangun bisnis pribadi, dengan mencari dana untuk membangun perusahaan perangkat lunak perdagangan kripto khusus investor berkantong tebal.
Harrison telah mengundurkan diri sebulan sebelum skandal FTX bergulir dan mengajukan kebangkrutan, namun ia masih berperan sebagai Penasihat FTX untuk beberapa bulan ke depan.
“Saya tidak sabar untuk berbagi lebih banyak tentang apa yang saya lakukan selanjutnya [pasca mengundurkan diri]. Sampai saat itu, saya akan membantu Sam dan tim dalam transisi ini untuk memastikan FTX mengakhiri tahun dengan semua momentum khasnya,” ujar Harrison.
Robert Kiyosaki Masih Melirik Bitcoin
Meski skandal FTX dan Alameda Research membawa kekhawatiran lanjutan di pasar kripto, investor dan penulis buku keuangan terkenal Rich Dad Poor Dad Robert Kiyosaki masih bullish terhadap Bitcoin.
Menurut sahabat Donald Trump tersebut, penurunan harga terjadi bukan karena masalah di Bitcoin, tetapi hanya karena FTX saja.
Pada akhirnya, itu yang membuat Kiyosaki tetap percaya bahwa harga BTC akan kembali melesat dan bangkit dari crypto winter yang tengah melanda saat ini.
Mengawali Desember ini, harga Bitcoin mulai pulih dan mencoba naik dari US$16.000 setelah Ketua The Fed mengatakan akan ada perlambatan pada kenaikan suku bunga. [st]