‘Roma Tidak Dibangun dalam Semalam’. Demikian seuntai peribahasa yang mengandung pesan bahwa dibutuhkan proses panjang merintis kesuksesan.
Sam Bankman-Fried (SBF) seolah ingin menguji kebenaran aforisme itu tatkala memimpin bursa kripto FTX, yakni, dengan jalan pintas ‘mengakali’ regulasi, namun akhirnya terjungkal untuk membenarkan idiom baru ‘FTX Runtuh dalam Semalam’.
Liputan investigasi eksklusif terbaru dari Reuters mengungkap bagaimana SBF ‘membeli’ jalan pintas untuk memoles FTX sebagai crypto exchange dengan reputasi baik seturut rel regulasi.
Namun penelusuran dari dokumen-dokumennya semakin menyibak bahwa kampanye SBF tentang bursa tersebut hanya omong kosong belaka.
Cara Cepat Lewati Hadangan Regulasi, Akuisisi untuk Peroleh Lisensi
Sam Bankman-Fried memiliki ambisi besar untuk FTX, yang pada tahun ini saja telah berkembang menjadi pendapatan lebih dari US$1 miliar. Jumlah itu menyumbang sekitar 10 persen perdagangan di pasar crypto global, dari awal berdiri pada 2019 lalu.
SBF ingin membangun aplikasi keuangan, di mana pengguna dapat memperdagangkan saham dan token, mentransfer uang dan bank, demikian tercantum, menurut dokumen tak bertanggal dengan judul: “FTX Roadmap 2022.”
“Langkah 1” menuju tujuan itu, kata dokumen “Roadmap”, “adalah memperoleh lisensi yang kuat.”
FTX menghabiskan sekitar US$2 miliar dalam upaya akuisisi, guna melewati hadangan regulasi. Demikian, Reuters mengutip dokumen FTX yang tertera dalam pertemuan 19 September lalu.
Salah satunya, adalah akuisisi LedgerX LLC pada tahun lalu. Dari akuisisi ini, FTX kemudian memperoleh tiga lisensi Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas (CFTC).
Dari izin tersebut, FTX melenggang ke pasar derivatif komoditas AS sebagai bursa yang telah memenuhi syarat.
Berkat keberhasilan trik itu, FTX malah menjadikannya argumen pemikat investor besar supaya mendapat modal baru.
Hasil penelusuran dokumen internal menemukan proposal FTX supaya mendapat dukungan permintaan dana ratusan juta dolar, dengan menyodorkan deretan lisensi sebagai keunggulan utamanya.
Di situlah trik akuisisi FTX menjadi ‘umpan matang’, dikutip dari dokumen tersebut. Alih-alih mengajukan setiap lisensi, yang bisa memakan waktu bertahun-tahun dan terkadang pertanyaan yang tidak nyaman, Bankman-Fried mengambil jalan pintas. Yakni, dengan membelinya.
Menurut dokumen itu, regulasi bagai parit yang menahan kompetitornya, sementara FTX terus melaju dengan akses ke pasar baru yang menguntungkan.
“(Sebab) FTX memiliki merek terbersih di ranah crypto,” bursa tersebut menyatakan dalam dokumen bulan Juni yang disajikan kepada investor.
Membeli perusahaan untuk lisensi juga memiliki keuntungan lain bagi FTX. Dokumen yang ditinjau oleh Reuters menunjukkan: langkah ini dapat memberi Bankman-Fried akses yang diinginkannya kepada regulator.
Contoh utama adalah kesepakatan IEX, yang diumumkan pada April 2022. Dalam wawancara bersama dengan CNBC, Bankman-Fried dan CEO IEX Brad Katsuyama mengatakan mereka ingin membentuk peraturan yang pada akhirnya melindungi investor.
“Yang paling penting di sini adalah adanya transparansi dan perlindungan terhadap penipuan,” imbuh Bankman-Fried.
Dalam sebuah kesempatan, Bankman-Fried pernah ditanyakan perihal strateginya dalam menyelesaikan syarat regulasi untuk FTX. Namun, sang eksekutif kribo itu enggan menanggapi.
Baik juru bicara Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC), dan juga pihak CFTC juga menolak berkomentar terkait laporan Reuters itu.
Celah yang Menganga di Industri Cryptocurrency
Keberhasilan strategi menyiasati aturan tersebut membuat SBF terlena. Sebab strategi itu juga ada batasnya: Kadang-kadang, perusahaan yang diakuisisi tidak memiliki lisensi yang tepat seperti yang dibutuhkan.
Dalam satu kesempatan, FTX hendak membuka pasar derivatif AS kepada pelanggannya. Diperkirakan pasar akan membawa volume perdagangan tambahan hingga US$50 miliar per hari, menghasilkan pendapatan jutaan dolar.
Untuk melakukan itu, FTX perlu membujuk CFTC untuk mengubah salah satu lisensi yang dipegang oleh LedgerX, bursa berjangka FTX yang baru diakuisisi.
Proses aplikasi berlangsung selama berbulan-bulan, dan FTX harus mengumpulkan US$250 juta untuk dana asuransi default, persyaratan standar.
FTX mengantisipasi CFTC dapat memintanya untuk meningkatkan dana menjadi US$1 miliar, menurut risalah rapat dewan penasehat pada Maret 2022.
FTX hancur sebelum bisa mendapatkan persetujuan, dan kini telah menarik aplikasinya. Keruntuhan bursa kripto terjadi minggu lalu. setelah tawaran sia-sia oleh Bankman-Fried untuk mengumpulkan dana darurat.
Dan kini, FTX telah berada di bawah pengawasan peraturan melalui lusinan lisensi yang diambilnya melalui banyak akuisisi. Sayangnya, lisensi tersebut itu tidak melindungi pelanggan dan investornya, yang kini menghadapi kerugian senilai miliaran dolar.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, FTX diam-diam mengambil risiko dengan dana pelanggan, menggunakan deposito US$10 miliar untuk menopang perusahaan perdagangan yang dimiliki oleh Bankman-Fried.
Empat pengacara mengatakan fakta bahwa Bankman-Fried mendekati regulator sambil mengambil risiko besar-besaran dengan dana pelanggan tanpa ada yang menyadarinya memperlihatkan celah peraturan yang menganga di industri cryptocurrency.
“Ini adalah tambalan dari regulator global dan bahkan di dalam negeri ada kesenjangan yang sangat besar,” kata Aitan Goelman, pengacara di Zuckerman Spaeder, mantan jaksa dan mantan direktur penegakan di CFTC, AS. [ab]