Tesla, perusahaan yang didirikan oleh Elon Musk, membantu pembukaan awal tambang Bitcoin (BTC) di Texas, Amerika Serikat (AS). Tesla digandeng oleh perusahaan Block milik Pendiri Twitter, Jack Dorsey serta Pendiri Blockstream, Adam Back. Inikah penegasan AS mendominasi bisnis yang gurih ini?
Dilansir dari CNBC, Jumat (8/4/2022), tambang Bitcoin ini diklaim lebih ramah lingkungan, karena sumber listrik bukan bertenaga batu bara ataupun minyak bumi, melainkan bersumber dari cahaya matahari.
Tambang Bitcoin Tesla Pakai Tenaga Surya
Tambang Bitcoin ini menggunakan paket panel surya buatan Tesla, yakni Megapack, yang mampu mentenagai alat tambang Bitcoin hingga 12 megawatt-jam. Secara umum, listrik dengan alat panel surya, masih terbilang sangat mahal dibandingkan dengan listrik bertenaga minyak bumi dan batubara.
Menurut Adam Back—pakar kriptografi yang makalahnya dirujuk oleh Satoshi Nakamoto di whitepaper Bitcoin (2008)—mengatakan bahwa penggunaan tenaga matahari di tambang Bitcoin adalah pembuktian kepada publik soal penambangan kripto yang ramah lingkungan.
“Ini adalah pembuktian, bahwa penambangan Bitcoin bisa menggunakan infrastruktur listrik tanpa emisi dan membangun pertumbuhan ekonomi untuk masa depan,” kata Back.
Back mengklaim kelak publik bisa memantau secara langsung perkembangan tambang Bitcoin ini, mulai dari jumlah energi yang dikonsumsi hingga, tentu saja berapa BTC yang ditambang.
“Jikalau ini sukses, kami akan mempertimbangkan menggunakan energi angin,” sebutnya.
Menyelaraskan Visi Elon Musk dan AS Mendominasi
Tambang Bitcoin yang ramah lingkungan, selaras dengan keinginan Elon Musk pada tahun lalu. Dulu ia menyampaikan bahwa tambang Bitcoin yang menggunakan energi panas batubara berkontribusi terhadap perubahan iklim yang buruk.
Kritik Musk ketika itu bertepatan ketika Beijing mengeluarkan kebijakan semua kegiatan tambang kripto termasuk Bitcoin di Tiongkok harus dilarang. Keinginan Xi Jinping itupun terwujud, kini hash rate tambang Bitcoin di negeri itu sudah nol, berdasarkan data dari Cambridge terkini. Tiongkok tak lagi mendominasi tambang Bitcoin dunia, yang dulu mencapai 50 persen. Sekarang itu didominasi oleh AS.
Sejak larangan itu, sejumlah penambang Bitcoin hijrah ke negara lain, di antara ke Rusia dan beberapa negara Eropa lain, termasuk ke Kanada dan Amerika Serikat.
Hash rate Bitcoin secara global pun sudah mencetak tingkat tertinggi masa pada beberapa waktu lalu, sebagai cerminan minat yang masih terus tinggi pada bisnis tambang Bitcoin.
Dari Amerika Serikat sendiri, per Agustus 2021 berdasarkan data dari Cambridge, hash rate Bitcoin mencapai 35 persen (rata-rata bulanan) secara global. Pesaing kuatnya adalah dari Kazakhstan yang mencapai 18,10 persen. Data serupa diwartakan oleh Statista.
Langkah Tesla lewat tambang Bitcoin ini pun hampir bertepatan dengan sudah ditambangnya Bitcoin mencapai 19 juta BTC. Tersisa 2 juta BTC lagi, yang diperkirakan habis ditambang pada tahun 2140.
Saking gurihnya bisnis tambang Bitcoin, Intel sendiri sudah menelurkan dua generasi chip yang disematkan pada alat tambang Bitcoin berjenis ASIC.
Intel mengklaim, chip itu lebih efisien mengonsumsi listrik daripada alat tambang sejenis buatan Bitmain, walaupun dari segi hash rate Bitmain jauh lebih unggul.
Amerika Serikat akhir-akhir ini mencoba menarik ekosistem Bitcoin menjadi bagian terpadu dari sistem keuangannya. Itu berpangkal pada instruksi presiden (inpres) Biden yang mendukung teknologi blockchain dan kripto sebagian bagian dari inovasi Negeri Paman Sam, sekaligus menegaskan pengawasan lebih ketat lagi, termasuk dalam upaya menangkal Rusia menggunakan sistem keuangan baru itu.
Sesungguhnya itu tak mengherankan, karena sekadar penegasan. Jauh sebelum terbit inpres yang tergolong bersejarah itu, sebagian besar bisnis terkait kripto, utamanya bisnis crypto exchange praktis tidak dikekang, malah legal dan diselaraskan dengan beban pajak khusus.
Di sisi lain, upaya diversifikasi produk investasi bernilai Bitcoin terkesan tidak dihambat. Lihatlah produk kontrak berjangka Bitcoin di CME yang terus diminati sejak Desember 2017. Belum lagi menarik benang merah dari ETF Bitcoin Berjangka yang masuk di bursa efek Nasdaq dan NYSE pada tahun lalu. Pasar ETF AS adalah yang terbesar di dunia.
Hal lain, investasi dari perusahaan ventura dari AS tidak berhenti masuk ke kripto. Kabar teranyar adalah investasi US$70 juta ke perusahaan asal AS, yakni Lightning Labs. Duit sebanyak itu berasal dari perusahaan ternama, di antaranya Valor, Baillie Gifford, Goldcrest, Kingsway, Stillmark, Brevan Howard, NYDIG, M13 dan Craft.
Perusahaan ini berniat memperkuat use case blockchain Bitcoin agar transaksi BTC dan stablecoin bernilai dolar jauh lebih cepat dan murah dibandingkan dengan sistem pembayaran VISA dan Mastercard. [ps]