Tether Bekukan USDT Senilai Rp441,18 Miliar, Bursa Kripto Rusia Lumpuh!

Bursa kripto Garantex di Rusia menghadapi tantangan besar setelah Tether membekukan aset sebesar US$27 juta, setara Rp441,18 miliar, di platform tersebut.

Langkah ini memaksa Garantex untuk menghentikan seluruh layanan, termasuk perdagangan dan penarikan dana, membuat pengguna panik dengan masa depan aset mereka.

“Kami punya berita buruk. Tether telah memasuki perang melawan pasar kripto Rusia,” ungkap tim Garantex.

Sanksi Baru dan Tindakan Tether 

Berdasarkan laporan dari Reuters, pembekuan aset ini terjadi hanya beberapa hari setelah Uni Eropa menambahkan Garantex ke dalam daftar sanksi mereka. Bursa ini dituduh memiliki hubungan erat dengan bank-bank Rusia yang terkena sanksi serta diduga membantu dalam penghindaran sanksi keuangan global.

Dengan adanya pemblokiran oleh Tether, bursa tersebut kini kehilangan akses terhadap likuiditasnya, yang menyebabkan gangguan operasional besar-besaran.

Di sisi lain, otoritas AS juga mengambil langkah tegas dengan menyita beberapa infrastruktur web yang terkait dengan Garantex.

Langkah ini merupakan bagian dari operasi penegakan hukum internasional yang lebih luas untuk menindak aktivitas ilegal yang menggunakan aset kripto sebagai media transaksi.

Garantex dan Dunia Kripto Rusia

Didirikan pada 2019 di Moskow, Garantex awalnya beroperasi sebagai bursa yang memfasilitasi pertukaran rubel Rusia dengan mata uang lainnya melalui aset kripto.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, platform ini menjadi terkenal karena digunakan oleh kelompok ransomware dan pelaku kejahatan siber lainnya untuk mencuci uang hasil peretasan dan aktivitas ilegal lainnya. Hal ini menjadikan Garantex sebagai target utama dalam upaya global untuk memberantas pencucian uang berbasis kripto.

Keputusan Tether dan Dampaknya

Bagi banyak pengguna kripto di Rusia, langkah Tether ini bukan hanya sekadar pembekuan dana, tetapi juga pukulan telak terhadap akses mereka ke aset digital.

Banyak pengguna yang sebelumnya mengandalkan Garantex untuk mengonversi rubel ke aset kripto kini kehilangan opsi tersebut. Situasi ini semakin memperketat ruang gerak individu atau entitas yang berusaha menghindari sanksi ekonomi terhadap Rusia.

Lebih lanjut lagi, tindakan Tether ini menandai pergeseran besar dalam regulasi industri kripto. Selama ini, stablecoin seperti USDT sering kali dianggap sebagai instrumen yang netral dan tidak tunduk pada tekanan politik.

Namun, dengan langkah ini, jelas bahwa perusahaan-perusahaan penerbit stablecoin mulai mengambil sikap lebih aktif dalam menghindari keterlibatan dengan entitas yang dianggap melanggar hukum internasional.

Apa Selanjutnya?

Untuk saat ini, belum ada kejelasan mengenai langkah yang akan diambil oleh Garantex ke depan. Bursa ini mungkin akan mencari cara untuk mengatasi pemblokiran tersebut, atau beralih ke platform lain yang lebih longgar dalam hal regulasi.

Namun demikian, dengan meningkatnya tekanan dari regulator global, ruang gerak bagi bursa yang dianggap terlibat dalam aktivitas ilegal semakin menyempit.

Satu hal yang pasti, tindakan Tether ini mengirimkan pesan kuat ke seluruh industri kripto bahwa keterlibatan dengan entitas yang dikenai sanksi dapat membawa konsekuensi serius.

Pengguna kripto di Rusia kini harus mencari alternatif lain atau menghadapi risiko kehilangan akses terhadap aset mereka di tengah meningkatnya tindakan pengawasan terhadap industri ini. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait