Di tengah ketatnya persaingan di industri kripto, Tether—penerbit stablecoin USDT—kembali mencuri perhatian. Langkah terbarunya berpotensi mengukuhkan posisi perusahaan sebagai salah satu pemain utama sekaligus menempatkannya di jajaran perusahaan swasta paling bernilai di dunia.
Rencana Pendanaan Jumbo Tether
Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (23/09/2025), Tether Holdings SA, penerbit stablecoin terbesar di dunia, tengah menjajaki pembicaraan dengan investor untuk menggalang dana hingga US$20 miliar atau sekitar Rp320 triliun.
“Perusahaan yang berbasis di El Salvador itu tengah mencari pendanaan antara US$15 miliar hingga US$20 miliar dengan menawarkan sekitar 3 persen saham melalui skema PIPE,” ujar dua sumber yang dikutip dalam laporan Bloomberg.
Sumber lain yang memahami proses tersebut menambahkan, angka itu masih merupakan target di kisaran atas sehingga jumlah final bisa saja lebih rendah. Negosiasi pun masih berada pada tahap awal, sehingga detail kesepakatan berpotensi berubah sewaktu-waktu.
Apabila rencana pendanaan ini terealisasi, valuasi Tether bisa melesat hingga US$500 miliar atau sekitar Rp8.000 triliun. Angka itu akan menempatkan perusahaan sejajar dengan raksasa global seperti OpenAI dan SpaceX.
Menariknya, transaksi ini hanya akan melibatkan penerbitan saham baru, bukan penjualan saham dari investor lama. Cantor Fitzgerald disebut akan bertindak sebagai penasihat utama dalam proses pendanaan tersebut.
Dari Stablecoin ke AI: Arah Baru Tether
Rencana pendanaan jumbo ini sekaligus menandai langkah ekspansi Tether yang mulai melirik sektor-sektor baru di luar bisnis intinya. Hal ini sejalan dengan pernyataan CEO Tether, Paolo Ardoino, dalam unggahannya di X pada Rabu (24/09/2025).
“Tether mengevaluasi penggalangan dana dari sekelompok investor untuk memaksimalkan skala strategi di seluruh lini bisnis yang ada maupun yang baru—mulai dari stablecoin, distribusi ubiquitas, AI, perdagangan komoditas, energi, komunikasi, hingga media,” tulis Ardoino.
Tether Luncurkan AI Terdesentralisasi, Era Baru Telah Dimulai
Meski merambah ke berbagai sektor, Tether tetap bertumpu pada kekuatan utamanya di pasar stablecoin. Saat ini, USDT memiliki kapitalisasi pasar mencapai US$172 miliar, jauh melampaui pesaing terdekatnya, USDC milik Circle, yang bernilai sekitar US$74 miliar.
Sumber utama keuntungan Tether berasal dari cadangan dana yang ditempatkan pada aset berisiko rendah, terutama obligasi pemerintah AS. Penempatan ini menghasilkan bunga dalam jumlah besar dan menjadi mesin pendapatan utama perusahaan.
Hasilnya, pada Q2 2025 Tether berhasil membukukan laba hingga US$4,9 miliar. CEO Paolo Ardoino bahkan mengklaim margin keuntungan perusahaan mencapai 99 persen, sebuah angka fantastis yang semakin menegaskan dominasinya di industri kripto.
Prospek Cerah, Tantangan Tak Terhindarkan
Langkah besar Tether tentu menggiurkan, tetapi risiko membayangi. Hingga kini, perusahaan belum menunjukkan rencana untuk melakukan IPO, berbeda dengan Circle yang sudah lebih dulu melantai di bursa. Di sisi lain, transparansi laporan keuangan Tether masih sering dipertanyakan karena tidak mengikuti standar pelaporan perusahaan publik.
Meski demikian, jika rencana pendanaan jumbo ini berhasil, posisi Tether sebagai raksasa stablecoin akan semakin kokoh. Valuasi setengah triliun dolar dapat menempatkan mereka sejajar dengan perusahaan teknologi kelas dunia.
Valuasi Tether Tembus Rp8,24 Kuadriliun, Akankah Mereka IPO?
Lebih jauh, ekspansi agresif ke sektor-sektor baru menunjukkan ambisi Tether untuk tampil sebagai konglomerasi global. Dengan strategi ini, mereka berusaha membuktikan bahwa Tether bukan sekadar pemain biasa, melainkan kekuatan besar di era digital. [dp]
Disclaimer: Konten di Blockchainmedia.id hanya bersifat informatif, bukan nasihat investasi atau hukum. Segala keputusan finansial sepenuhnya tanggung jawab pembaca.