Bank Sentral Tiongkok (PBOC) berencana akan berbagi yuan digital lagi. Kali ini akan digelar di Beijing pada 6 Juni ini. Total yuan digital mencapai 40 juta yuan atau setara dengan Rp89,3 milyar.
Bagi-bagi yuan itu adalah bagian dari ujicoba mata uang digital bank sentral (CBDC). Yuan digital sendiri diteliti dan dikembangkan sejak tahun 2014. Pada medio 2020 ujicoba perdana digelar. Dua kota terakhir adalah di Shenzhen dan Shanghai.
Pihak PBOC melalui akun media sosial resminya menyebut langkah itu sebagai “lotere amplop merah” laksana “angpau” yang kita kenal di Indonesia.
Cara itu mengadopsi tata krama tradisional warga Tiongkok.
Mekanismenya sangat sederhana. Semua warga Tiongkok di Beijing berhak ikut serta, asalkan punya aplikasi khusus yang kompatibel dengan sistem uang digital baru itu, melansir Reuters, Rabu (2/5/2021).
Pada hari H, PBOC akan mengundinya. Total pemenang hanya 200.000 orang, masing-masing akan mendapatkan 200 yuan digital atau setara dengan Rp447 ribu.
Syarat tambahan lain adalah, setelah para pemenang menerima duit itu, mereka harus menggunakannya untuk berbelanja.
Tentu saja PBOC sudah menentukan toko-toko mana saja yang bisa digunakan. Dan warga memastikan duit sebanyak itu harus habis dibelanjakan hingga 20 Juni 2021.
Apa Itu CBDC?
Mata uang digital bank sentral (CBDC/central bank digital currency) adalah representasi digital dari uang yang diterbitkan dan diedarkan oleh bank sentral sebuah negara.
Dalam hal ini yuan digital dibuat oleh PBOC dan nilainya setara dengan uang biasa yang berwujud kertas ataupun logam (masih digunakan sebagian di pedesaan di Tiongkok) atau bentuk yuan elektronik yang dibuat oleh perusahaan swasta seperti AliPay.
CBDC juga cukup mengkhawatirkan, karena bisa menggerus peran perusahaan swasta termasuk bank soal uang elektronik.
Pasalnya bank sentral secara teknis, bisa mengedarkan uang itu secara langsung melalui bank dan digunakan di aplikasi masing-masing oleh nasabah.

Bahkan sangat memungkinkan nasabah tidak perlu lagi membuat rekening di bank komersial, tetapi langsung dari bank sentral.
Ini memungkinkan biaya produksi, distribusi uang dan asuransi (khususnya uang fisik) menjadi lebih hemat belasan persen.
Dan bahkan bank sentral menjadi lebih mudah dan terukur untuk menentukan kebijakan moneter.
Bank Indonesia sendiri berkali-berkali berwacana untuk menerbitkan rupiah digital. [red]
Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.