Saat melakukan roadshow ke berbagai daerah di Indonesia, Regi Wahyu menemukan banyaknya tawaran beragam kripto yang terindikasi scam alias bodong.
“Saya khawatir, karena banyak sekali yang menawarkan kripto scam,” ujar Founder dan CEO Hara ini, saat ditemui di Indonesia Blockchain Hub, Jumat pekan lalu.
Kekhawatiran Regi beralasan, sebab, nilai transaksi dari kripto scam ini tidaklah sedikit.
“Orang yang ditipu banyak, bukan Rp100-Rp200 juta, tetapi miliaran. Sampai ada yang jual tanah,” ujarnya.
Seperti halnya proyek kripto yang sungguhan, penjual kripto bodong ini juga mengklaim melakukan Initial Coin Offering (ICO). Bagi masyarakat yang sudah paham dunia kripto, tentu tidaklah sulit membedakan mana ICO benaran dan punya prospek yang baik dan mana yang tidak.
Tetapi, tidak semua masyarakat memiliki pemahaman soal kripto dan teknologi di baliknya, yaitu blockchain. Untuk membedakan kripto yang benar dan bodong alias scam, Regi memliki sejumlah saran.
Pertama, pastikan kripto itu itu ada utility-nya. Kegunaan kripto itu apa? Jadi, kripto itu harus memiliki manfaat. Kripto itu harus mampu mengatasi masalah. Kemudian apa dan bagaimana cara kripto itu bekerja dalam proses ekonominya.
Kedua, pastikan proyek itu dibangun menggunakan teknologi blockchain. Untuk memastikan menggunakan blockchain atau tidak, secara sederhana bisa ditelusuri di GitHub.
“Perika saja code-nya di Github kemudian minta mereka peragakan,” ujarnya.
Ketiga, telusurilah trackrecord tim yang mengerjakan proyek itu, apakah memiliki pengalaman mengerjakan proyek blockchain.
Keempat, pastikan juga kantornya di mana. Sebab, berdasarkan pengalaman Regi, ia menemukan banyak penawaran proyek kripto di Youtube. Tetapi kantornya tidak jelas, tidak ada alamat kantornya. Foto kantor saja tidak ada,” ujarnya.
Kelima, jangan berinvestasi di kripto karena ikut-ikutan, misalnya karena anggota Telegramnya banyak, ternyata sebagian besar adalah akun bot. [jul]