Polymarket, platform prediksi berbasis blockchain, kembali menjadi sorotan setelah Pendirinya, Shayne Coplan, memberikan sinyal kuat soal kemungkinan peluncuran token native bernama POLY.
Spekulasi ini muncul setelah Coplan menyebut “POLY” dalam sebuah unggahan di sosial media, bersamaan dengan penyebutan aset kripto besar lain seperti Bitcoin, Ethereum dan Solana.
Unggahan itu menambah keyakinan publik bahwa Polymarket tengah menyiapkan langkah strategis yang telah lama ditunggu, yakni menghadirkan token crypto Polymarket.
Sinyal dari Pendiri dan Dokumen Pendanaan
Petunjuk peluncuran token crypto Polymarket juga terlihat dari dokumen pendanaan Blockratize Inc., perusahaan induk Polymarket, yang diserahkan ke otoritas AS pada September 2025.
Dalam dokumen tersebut tercantum istilah “other warrants” atau hak untuk memperoleh sekuritas lain, yang oleh banyak pengamat dinilai mirip dengan pola pra-tokenisasi sejumlah proyek kripto besar, seperti dYdX, sebelum meluncurkan token resmi mereka.
Meski tidak secara eksplisit menyebut POLY sebagai token, penggunaan istilah itu memicu spekulasi bahwa persiapan teknis dan hukum untuk penerbitan token sudah berlangsung.
Polymarket sendiri hingga kini telah mencatat volume perdagangan kumulatif hampir US$19 miliar sejak diluncurkan pada 2020. Angka tersebut menjadi indikator kuat bahwa token crypto Polymarket berpotensi memperoleh basis likuiditas yang solid jika benar-benar dirilis.
Dengan tingginya aktivitas pengguna, peluncuran token diyakini akan memberikan nilai tambah dalam bentuk insentif, tata kelola (governance), serta mekanisme penyelesaian sengketa di dalam ekosistem pasar prediksi on-chain tersebut.
Dukungan Investor Besar dan Langkah Regulasi
Selain dari sisi teknis, langkah Polymarket menuju peluncuran token crypto Polymarket juga diperkuat dengan dukungan investor besar dan kepatuhan regulasi.
Pada September 2025, Polymarket dilaporkan kembali mendapatkan izin dari Commodity Futures Trading Commission (CFTC) untuk beroperasi di pasar AS, setelah sebelumnya terblokir sejak 2022.
Untuk memastikan kepatuhan, Polymarket mengakuisisi QCEX, sebuah bursa derivatif berlisensi CFTC, dengan nilai mencapai US$112 juta.
Tak hanya itu, Intercontinental Exchange (ICE), perusahaan induk New York Stock Exchange (NYSE), berkomitmen menanamkan investasi hingga US$2 miliar ke Polymarket.
Investasi berskala besar tersebut diyakini menjadi sinyal kuat bahwa platform ini tengah mempersiapkan ekspansi besar, termasuk memperkokoh posisinya di sektor tokenisasi.
Dengan dukungan institusional yang kuat, kehadiran token crypto Polymarket dinilai lebih mudah diterima oleh investor global yang membutuhkan kepastian legalitas dan stabilitas ekosistem.
Meski demikian, risiko regulasi masih menjadi tantangan. Di AS, otoritas keuangan terus memperketat pengawasan terhadap aset digital baru.
Jika peluncuran token crypto Polymarket dikategorikan sebagai sekuritas, maka distribusi dan penggunaannya harus mengikuti aturan ketat, termasuk pembatasan akses bagi investor tertentu.
Oleh karena itu, langkah Blockratize dalam menyiapkan struktur hukum, mengamankan lisensi, serta menggandeng mitra institusional dipandang sebagai strategi mitigasi risiko agar token dapat beroperasi secara sah di pasar global.
Hingga saat ini, belum ada pengumuman resmi terkait jadwal peluncuran POLY, jumlah pasokan, maupun mekanisme distribusi token.
Namun, kombinasi sinyal publik dari Shayne Coplan, pengungkapan dokumen pendanaan, dukungan investor besar, serta kepastian regulasi menjadi dasar kuat bahwa kehadiran token crypto Polymarket hanya tinggal menunggu waktu. [st]
Disclaimer: Konten di Blockchainmedia.id hanya bersifat informatif, bukan nasihat investasi atau hukum. Segala keputusan finansial sepenuhnya tanggung jawab pembaca.