Dolar AS terus memainkan peran penting dalam perdagangan global, dengan tren dan peristiwa terkini semakin menegaskan pengaruhnya. Yakni, dari harga barang di Korsel kian mahal hingga harga BTC tembus US$31 ribu.
Kekuatan dolar AS terhadap mata uang lain, seperti won Korea dan yen Jepang, memiliki implikasi signifikan untuk perdagangan internasional.
Sebagaimana dilaporkan The Korea Times, Dolar yang terus kuat terhadap won menimbulkan tantangan bagi pemulihan ekspor Korea.
“Ini karena dolar yang lebih kuat membuat barang-barang Korea menjadi lebih mahal bagi pembeli internasional, yang berpotensi mengurangi permintaan. Demikian pula, yen Jepang yang lemah terhadap dolar bisa mempengaruhi daya saing ekspor Jepang,” demikian ringkasan dalam laporan media tersebut.
Kekuatan dolar juga memiliki implikasi bagi pasar negara berkembang. Seperti dilaporkan oleh News24, dolar mendapatkan dukungan dari pengecutan risiko yang dipicu oleh komentar hawkish dari bank sentral global, yang mengakibatkan penurunan pada Rand Afrika Selatan.
Hal ini menyoroti sensitivitas mata uang pasar negara berkembang terhadap pergeseran nilai dolar, yang dapat menyebabkan peningkatan volatilitas di pasar ini.
Menariknya, media negara Korea Utara mengklaim bahwa ekspansi negara-negara BRICS bisa menantang dan akhirnya mempercepat akhir dominasi dolar AS.
Meskipun ini adalah klaim yang berani, hal ini menekankan diskusi yang sedang berlangsung tentang potensi sistem mata uang multipolar, di mana dominasi dolar bisa dikurangi.
Harga BTC Lewati US$31 Ribu
Tren lainnya dalam ranah mata uang digital, adalah nilai Bitcoin dalam dolar AS menjadi metrik kunci bagi banyak investor dan pedagang.
Seperti dilaporkan oleh CNBC, Bitcoin melewati tanda US$31.000, menekankan minat yang berkelanjutan pada cryptocurrency meskipun volatilitasnya.
Hubungan antara cryptocurrency dan dolar kompleks, dengan beberapa orang melihat mata uang digital sebagai tantangan potensial terhadap mata uang fiat tradisional.
Keputusan kebijakan moneter The Fed memiliki dampak langsung pada dolar. Keputusan baru-baru ini untuk menetapkan suku bunga pada level tertinggi dalam lebih dari satu dekade, seperti dilaporkan oleh The Guardian, telah menguatkan dolar.
Ini karena suku bunga yang lebih tinggi membuat dolar lebih menarik bagi investor, yang mengarah pada peningkatan permintaan untuk mata uang tersebut.
Namun, penguatan dolar dan peningkatan suku bunga memiliki implikasi bagi ekonomi domestik juga.
Misalnya, suku bunga hipotek yang lebih tinggi, yang dipengaruhi oleh keputusan suku bunga Bank Sentral AS, dapat membuat pembelian rumah menjadi lebih mahal, yang berpotensi memperlambat pasar perumahan.
Selain itu, kekuatan dolar dapat mempengaruhi pasar saham, seperti terlihat dalam kasus saham Seoul.
Menurut The Korea Times, saham Korea ditutup lebih tinggi ketika investor mencerna kesaksian hawkish ketua Federal Reserve AS di kongres, yang mengarah pada penguatan dolar.
Ini menunjukkan bagaimana pergerakan dolar dapat mempengaruhi sentimen investor dan pasar ekuitas di seluruh dunia.
Kekuatan dolar juga dipengaruhi oleh kebijakan fiskal pemerintah AS. Seperti dilaporkan oleh The Wall Street Journal, perkiraan Kongres tentang rencana pajak global Janet Yellen menunjukkan bahwa itu akan mahal bagi pemerintah AS.
Kebijakan fiskal seperti itu dapat mempengaruhi nilai dolar dengan mempengaruhi kesehatan ekonomi negara dan daya tariknya bagi investor.
Peran dolar AS dalam perdagangan global lebih lanjut ditekankan oleh laporan dari The Wall Street Journal tentang masalah perdagangan di Asia yang membawa keringanan inflasi bagi konsumen AS.
Kekuatan dolar dapat membuat impor menjadi lebih murah, yang berpotensi membantu meredakan tekanan inflasi. Namun, ini juga menekankan saling ketergantungan ekonomi global dan potensi untuk peristiwa di luar negeri mempengaruhi kondisi ekonomi domestik. [ab]