Uber akhirnya mengakui telah memberikan imbalan Bitcoin (BTC) senilai Rp1,4 miliar kepada peretas yang terjadi pada tahun 2016 silam.
Dilansir dari Reuters, hal itu diakui oleh perusahaan penyedia aplikasi transportasi daring itu pada Jumat (22/7/2022). Menurut perusahaan, langkah itu terpaksa dilakukan untuk menutupi adanya aksi peretasan yang terjadi terhadap sistem mereka dan guna menghindari tuntutan pidana.
Uber Technologies Inc pada Jumat menerima tanggung jawab karena telah menutupi pelanggaran data tahun 2016 yang berdampak pada data 57 juta penumpang dan pengemudi, sebagai bagian dari penyelesaian dengan jaksa AS untuk menghindari tuntutan pidana.
“Uber mengakui bahwa personelnya lalai karena tidak melaporkan kasus peretasan November 2016 kepada Komisi Perdagangan Federal (FTC) AS, meskipun lembaga itu telah menyelidiki keamanan data perusahaan,” tulis Uber mengutip pernyataana beberapa sumber.
Pengacara di AS, Stephanie Hinds di San Francisco mengatakan, Uber menunggu sekitar satu tahun untuk melaporkan pelanggaran tersebut, setelah mengangkat kepemimpinan eksekutif baru yang disebut-sebut lebih sesuai untuk masalah-masalah teknis dan etika yang dihadapi perusahaan.
Namun Hinds memastikan, bahwa keputusan pengadilan tidak menuntut Uber secara pidana, yang sekaligus mencerminkan penyelidikan dan pengungkapan manajemen baru yang cepat.
“Dan perjanjian tahun 2018 Uber dengan FTC untuk mempertahankan program privasi yang komprehensif selama 20 tahun,” sebutnya.
Di sisi lain, Uber yang berbasis di San Francisco juga bekerja sama terkait gugatan mantan kepala keamanan, Joseph Sullivan, atas dugaan perannya dalam menyembunyikan fakta peretasan itu.
Sullivan awalnya didakwa pada September 2020. Jaksa mengatakan Sullivan mengatur untuk memberikan imbalan Bitcoin sebesar US$100.000 (sekarang setara Rp1,4 miliar) dan meminta peretas menandatangani perjanjian bahwa mereka tidaklah melakukan peretasan dan juga tidak mencuri data di sistem Uber.
Uber memang memiliki program hadiah yang dirancang untuk memberi imbalan kepada peneliti keamanan siber yang sukses menguak kelemahan sistem mereka, tetapi tidak konteks pencurian data.
Pada September 2018, Uber membayar US$$148 juta untuk menyelesaikan klaim oleh semua 50 negara bagian AS dan Washington, DC, karena Uber disebut terlalu lambat untuk mengungkapkan soal peretasan tersebut. Saham Uber ditutup turun 93 sen pada US$23,30 pada Jumat. [ps]