Peluncuran Ethereum 2.0 tahap pertama pada 1 Desember 2020 lalu, menandai transformasi blockchain-aset kripto nomor dua itu kelak menjadi blockchain Proof-of-Stake. Versi baru ini diklaim lebih efisien, aman dan dapat diperbesar skalanya dibanding versi saat ini.
Kendati versi 2.0 ini akan butuh waktu lama untuk dibangun seutuhnya, fase pertama yang disebut Phase 0 sudah berjalan apik dan mencerminkan sambutan baik dari ekosistem. Dengan adanya fase ini, muncul kegunaan baru bagi Ether (ETH), yaitu staking.
Beberapa hari yang lalu sudah ada total 900.129 ETH (sekitar US$532 juta) yang di-staking di Ethereum 2.0. Jumlah tersebut lebih dari cukup untuk mengamankan jaringan. Berkat partisipasi dari 21.291 validator, Ethereum 2.0 sudah berhasil memroses 100 epoch untuk menciptakan blok-blok baru.
Node validator aktif rata-rata mendapatkan imbalan 0,00403 ETH/hari, atau sekitar US$2,36 per hari. Angka ini kemungkinan akan menurun seiring meningkatnya jumlah node validator yang tergabung. Setiap hari, maksimal 900 validator baru dapat bergabung ke Ethereum 2.0, dan ada ribuan yang mengantre.
Ethereum 2.0 Tahap Pertama Masih Jauh dari Sasaran, Hitung Cuan Sekalian
Harga aset kripto Ether (ETH) sendiri telah meningkat 364 persen sejak awal tahun 2020. Kendati demikian, aset kripto di sektor DeFi yang dibangun di atas jaringan Ethereum lebih menguntungkan lagi. Contohnya YFI, yearn.finance besutan Andre Cronje, meroket lebih dari 2.300 persen. Sektor DeFi secara keseluruhan untung 456 persen tahun ini terhadap dolar AS.
Tetapi tidak semua bisa untung. Token Compound (COMP) longsor 55 persen setelah sebelumnya mengalami peningkatan signifikan. Sifat perdagangan token Ethereum dan DeFi yang volatil mengakibatkan investor mencari imbalan lebih stabil.
Itulah sebabnya staking pada Ethereum 2.0 menjadi peluang yang menggiurkan, setidaknya lebih mirip deposito di bank yang memberikan pendapatan pasif.
Sebagai jaringan Proof-of Stake, imbalan pada Ethereum 2.0 berbentuk ETH dan mengiktut kurva distribusi menurun yang bergantung kepada partisipasi dan jumlah peserta. Imbalan per epoch per tahun menyaingi imbalan yang ditawarkan sejumlah proyek DeFi.
Imbalan Ethereum 2.0 mulai dari 20 persen untuk staker awal, tetapi akan menurun seiring bertambahnya node validator, hingga ke angka 4,5 sampai 7 persen per tahun.
Sebagai perbandingan, imbalan dari proyek DeFi terpercaya berada di kisaran 5 hingga 7 persen per tahun.
Untuk proyek-proyek ini, semakin tinggi imbalan yang didapatkan, maka semakin besar risiko peranti lunak yang bisa terjadi.
Staking pun melibatkan risiko. ETH yang disimpan node validator, yakni minimal 32 ETH bisa dipotong sebanyak separuh jika tidak mematuhi aturan jaringan.
Setiap node validator harus memilih spesifikasi dari lima tim berbeda yang memakai bahasa pemrograman berbeda.
Setiap spesifikasi ini bisa memiliki kerentanan yang belum diketahui, kendati uji coba berjalan mulus pada tahun ini.
Selain itu, staking pada Ethereum 2.0 berarti ETH partisipan tertahan (locked) hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, setidaknya pada tahun 20222, mengingat ETH yang diperdagangkan adalah yang di-staking pada jaringan Ethereum 2.0 yang masih baru. [coindesk.com/ed]