Tren IPO dan masuknya perusahaan kripto ke pasar modal tengah mengalami peningkatan. Berbagai perusahaan, mulai dari yang baru berdiri, hasil merger, hingga perusahaan besar, semakin banyak memilih melantai di bursa sebagai bagian dari strategi ekspansi mereka.
Situasi ini memunculkan spekulasi terkait langkah salah satu raksasa kripto, Tether. Apalagi, kompetitornya, Circle, yang mengeluarkan stablecoin USDC, sudah lebih dulu melakukan IPO dan sukses melantai di NYSE. Lantas, apakah Tether akan mengikuti jejak tersebut?
Valuasi Tether Capai Rp8,24 Kuadriliun
Menurut CEO Artemis, Jon Ma, jika Tether benar-benar melakukan IPO, valuasi perusahaan ini diperkirakan akan mencapai angka fantastis, sehingga mereka bisa menempati posisi sebagai perusahaan terbesar ke-19 di dunia.
“Jika Tether melakukan IPO hari ini, Tether akan menjadi perusahaan terbesar ke-19 di dunia dengan valuasi sebesar US$515 miliar. Nilai tersebut bahkan lebih tinggi dari Costco dan Coca-Cola,” tulisnya di X, Sabtu (07/06/2025).

Pernyataan ini juga didukung oleh CEO Tether, Paolo Ardoino, yang menyebut angka tersebut sangat menarik. Namun, Ardoino menganggap valuasi perusahaannya mungkin masih terlalu konservatif.
“Mungkin valuasinya sedikit konservatif mengingat cadangan Bitcoin dan emas kami yang saat ini terus bertambah, namun saya sangat bersyukur,” ungkap Ardoino, Minggu (08/06/2025).
Selain itu, beberapa tokoh penting lain di dunia kripto, seperti Anthony Pompliano dan Jack Mallers, bahkan memproyeksikan bahwa valuasi Tether bisa mencapai US$1 triliun di masa depan.
Berdasarkan data real-time dari platform CoinMarketCap, saat ini stablecoin USDT milik Tether menjadi kripto terbesar ketiga berdasarkan kapitalisasi pasar, dengan nilai lebih dari US$154 miliar. Posisi ini menunjukkan potensi pertumbuhan yang sangat besar.
Tether Belum Berencana IPO
Meski memiliki valuasi yang sangat besar dan rumor soal IPO semakin ramai diperbincangkan, CEO Tether, Paolo Ardoino, akhirnya menegaskan bahwa perusahaan saat ini belum memiliki niat untuk melantai di bursa.
Pernyataan ini disampaikan tak lama setelah rival mereka, Circle, sukses menggelar IPO dan mengumpulkan dana hingga US$1 miliar. Circle resmi tercatat di Bursa Efek New York (NYSE) pada 5 Juni lalu dan langsung mencatat lonjakan harga saham lebih dari 160 persen di hari pertama perdagangan.
Sikap Tether yang belum menunjukkan minat untuk mengikuti jejak Circle memunculkan pertanyaan: apakah mereka benar-benar akan menjauhi pasar publik, atau hanya menunggu saat yang tepat sambil memantau pergerakan industri?
Melihat semakin banyak perusahaan kripto yang sukses go public—termasuk Circle dan Gemini—tidak menutup kemungkinan Tether akan mempertimbangkan langkah serupa di masa depan, terutama jika kondisi pasar dinilai lebih menguntungkan.
Dengan valuasi yang terus melonjak dan tekanan persaingan dari pemain lain yang sudah melantai di bursa, wacana IPO Tether tetap menjadi topik yang menarik perhatian investor dan pengamat industri. [dp]