Valusi Tembus US$220 Miliar! Stablecoin Bikin Kripto Makin Bergairah

Jumlah total stablecoin yang beredar saat ini telah mencapai rekor tertinggi sepanjang masa, menyentuh valuasi di atas US$220 miliar pada kuartal pertama 2025.

Angka tersebut menjadi semacam tolok ukur penting soal seberapa besar peran stablecoin dalam menjaga likuiditas dan stabilitas di dunia kripto yang sering penuh kejutan. Kalau diibaratkan, stablecoin ini seperti air dalam ekosistem kripto, yang tenang, mengalir dan dibutuhkan semua pihak buat bertahan hidup di tengah gelombang harga naik-turun.

USDT dan USDC Masih Mendominasi, Tapi Pendatang Baru Muncul

Berdasarkan data dari IntoTheBlock, Tether (USDT) tetap menjadi raksasa di ranah stablecoin, dengan kapitalisasi pasar lebih dari US$140 miliar. Bayangkan, hampir dua kali lipat dari total kapitalisasi mereka pada awal 2022. Sementara itu, USD Coin (USDC) juga mengalami lonjakan penggunaan yang cukup mencolok.

Pangsa pasarnya melonjak dari 20 persen menjadi 27 persen. Salah satu penyebab utamanya adalah antisipasi pasar terhadap rencana penawaran umum perdana (IPO) dari Circle, perusahaan di balik USDC, yang semakin dekat ke kenyataan.

Namun, bukan berarti hanya pemain lama yang bersinar. Di arena ini, stablecoin keluaran institusi keuangan juga mulai mencuri perhatian. PayPal dengan stablecoin PYUSD-nya berhasil mencatat kapitalisasi sekitar US$250 juta.

Ripple pun tak mau ketinggalan. Stablecoin RLUSD yang baru diuji coba secara terbatas telah mencapai kapitalisasi pasar sekitar US$220 juta. Ini memperlihatkan bahwa korporasi besar juga ingin ikut mencicipi potensi pasar stablecoin, yang kini tak lagi dianggap sekadar “pelengkap” aset kripto.

Ethereum Jadi “Rumah” Favorit Transaksi Stablecoin

Kalau bicara soal tempat terfavorit untuk mengedarkan stablecoin, Ethereum tetap jadi pilihan utama. Selama tiga bulan pertama 2025 saja, tercatat lebih dari US$3 triliun transaksi stablecoin berlangsung di jaringan utama Ethereum. Jumlah ini jelas bukan main-main, bahkan jauh melampaui volume transaksi di beberapa bursa kripto besar.

Menariknya lagi, jumlah alamat pengguna unik yang memakai stablecoin di jaringan Ethereum juga menembus angka 200.000 pada akhir Maret.

Ini mengindikasikan bahwa semakin banyak individu maupun institusi yang memanfaatkan stablecoin, bukan hanya untuk spekulasi, tetapi juga untuk transfer lintas jaringan, lindung nilai terhadap volatilitas pasar, dan bahkan transaksi sehari-hari di platform DeFi.

Langkah Regulasi yang Mengejutkan, Tapi Disambut Baik

Di sisi lain, kabar mengejutkan datang dari regulator utama AS. Pada 4 April 2025, Divisi Keuangan Korporasi SEC AS mengumumkan bahwa stablecoin tertentu yang masuk dalam kategori “covered stablecoins” tidak diklasifikasikan sebagai sekuritas.

Artinya, transaksi menggunakan stablecoin ini tidak perlu lagi didaftarkan ke SEC. Ini jelas bukan hanya angin segar, tapi bisa dibilang seperti lampu hijau yang selama ini ditunggu-tunggu oleh para pengembang dan pelaku pasar kripto.

Keputusan ini bisa jadi mengubah lanskap stablecoin di AS dan mungkin diikuti oleh yurisdiksi lain. Dengan adanya kepastian ini, pengembang stablecoin bisa lebih fokus untuk membangun infrastruktur dan kolaborasi, alih-alih sibuk menghadapi risiko hukum yang tak jelas batasnya.

Dan bagi pengguna biasa? Ini berarti akses yang lebih mudah dan aman ke layanan berbasis stablecoin, tanpa harus pusing memikirkan urusan legalitas yang membingungkan.

Arah Baru Bagi Ekosistem Kripto

Lebih lanjut lagi, pertumbuhan valuasi stablecoin yang terus menanjak ini tak hanya mencerminkan peningkatan adopsi, tapi juga rasa percaya pasar terhadap model mata uang digital yang nilainya stabil.

Di tengah dunia kripto yang bisa tiba-tiba naik tajam atau anjlok dalam hitungan jam, keberadaan stablecoin menawarkan semacam “zona nyaman” yang bisa digunakan untuk parkir dana sementara tanpa harus keluar dari ekosistem blockchain.

Jika tren ini terus berlanjut, stablecoin bisa saja mulai berkompetisi secara langsung dengan sistem pembayaran tradisional. Bahkan bisa jadi, dalam waktu dekat, stablecoin bakal jadi opsi utama untuk remittance internasional, pembayaran on-chain, hingga sistem penggajian lintas negara.

Dengan stabilitas nilai dan efisiensi transaksi, bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan, kita akan melihat stablecoin nongkrong di daftar dompet digital masyarakat awam, bersanding dengan saldo bank dan e-wallet tradisional.

Namun demikian, meski perkembangan ini terlihat menjanjikan, tantangan tetap ada. Masalah teknis, keamanan, serta pengawasan lintas negara masih harus ditangani dengan hati-hati.

Tetapi jika sejarah adalah guru terbaik, maka jelas pasar kripto sudah beberapa kali menunjukkan kemampuannya untuk beradaptasi, dan stablecoin tampaknya jadi bagian penting dari fase perubahan berikutnya. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait